kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / AJI Banda Aceh Gelar Pelatihan Jurnalistik Lingkungan

AJI Banda Aceh Gelar Pelatihan Jurnalistik Lingkungan

Selasa, 01 Desember 2020 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar
Foto: Ist.

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Aceh bersama dengan Forum Konservensi Leuser (FKL) mengadakan pelatihan Jurnalistik Lingkungan dengan tema "Meliput Isu Lingkungan Berbasis Data" di kantor AJI Banda Aceh, Selasa (01/12/2020).

Pelatihan itu terbuka bagi wartawan-wartawan muda untuk mengulik lebih jauh bagaimana isu lingkungan berkembang.

Dalam pelatihan tersebut, AJI Banda Aceh selaku penyelenggara acara menghadirkan 4 tokoh narasumber dari instansi berbeda yang perhatian pada isu lingkungan.

Diantaranya yaitu Ditkrimsus Polda Aceh, Mulyadi, lalu Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, Muhammad Nur, kemudian Forum Konservensi Leuser (FKL), Tezar Pahlevie, dan Pimpinan Redaksi masakini.co, Maimun Saleh.

Keempat pemateri tadi menyampaikan materinya kepada para peserta secara bergiliran. 

Ditkrimsus Polda Aceh, Mulyadi mengatakan, Aceh kehilangan hutan 15.140 hektar per tahun. Hal itu diakibatkan oleh kebakaran hutan yang terjadi dibeberapa wilayah di Aceh. 

"Angka 15.140 hektar ini kalau kita taksir bisa hampir dua kali luas kota Banda Aceh," ujarnya.

Mulyadi menambahkan, pengelolaan hutan secara tidak baik bakal berdampak buruk untuk generasi penerus bangsa nantinya.

"Jika kita tidak bisa mengelola hutan dengan baik, saya yakin generasi penerus bangsa bakal tidak bisa melihat hutan kedepannya," katanya ketika menyampaikan materi kepada peserta.

Mulyadi juga menambahkan, pelanggaran terhadap kerusakan hutan harus dianggap sebagai sebuah kasus besar dan juga harus disandingkan seperti kasus korupsi dan narkoba.

"Saya menganggap kasus pengrusakan hutan ini sebagai extra-ordinary crime dan harus di tindak tegas pelakunya," katanya.

Selain itu, Direktur Eksekutif WALHI, Muhammad Nur mengatakan, adanya ilegal logging, pertambangan liar dan pengawasan buruk terhadap kelestarian hutan menjadi indikator dari kerusakan hutan itu sendiri.

"Ancaman terbesar kawasan hutan bisa disebabkan karena ilegal logging, perambahan hutan dengan tanpa budidaya pohon, dan tambang ilegal yang menyebabkan hutan tidak mampu memulihkan diri," ungkapnya.

Selain itu, Koordinator Pemantauan Kerusakan Hutan dari Forum Konservensi Leuser (FKL), Tezar Pahlevie menyayangkan deforestasi yang terus terjadi di kawasan ekosistem Leuser.

Tezar menjelaskan, deforestasi ini ialah laju kehilangan kawasan hutan.

Ia mengutip dari hasil survei yang dilakukan Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), dari tahun 2016 sampai 2019 deforestasi di kawasan ekosistem Leuser mengalami trend penurunan.

"Satu sisi ini kabar yang sangat positif, namun disisi lain sangat disayangkan deforestasi di kawasan ekosistem Leuser terus terjadi, dan ini akan terus terdampak pada habitat satwa-satwa didalamnya," ujar Tezar ketika menguliahi peserta pelatihan jurnalis.

Tezar juga berharap kepada peserta wartawan muda supaya ikut membantu dengan mengangkat isu-isu lingkungan.

"Adik-adik, mari kita blow-up isu-isu lingkungan agar budidaya alam terus adem dan lestari," katanya.

Tezar juga berharap, supaya sesama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) saling marangkul dalam aksi peduli lingkungan.

Kemudian, Maimun Saleh, sebagai pemateri terakhir lebih fokus dalam mengajari peserta pelatihan jurnalistik untuk menulis.

Ia mengajari peserta bagaimana caranya menulis feature, indepth reporting (report mendalam) dan tulisan investigasi dengan benar. 

Maimun Saleh berharap, supaya peserta dapat mengambil hikmah dari pelatihan ini dan mampu diaplikasikan dalam berbagai sisi liputan. (AKH)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda