kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Aceh Termiskin ke 5 di Indonesia, Dr Damanhur: Pukulan Yang Paling Mendalam!

Aceh Termiskin ke 5 di Indonesia, Dr Damanhur: Pukulan Yang Paling Mendalam!

Kamis, 03 Februari 2022 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur
Akademisi, Dr Damanhur Abbas, Lc. [Foto: Istimewa]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh kembali menyandang status sebagai salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk miskin di Aceh kini naik menjadi 15,53 persen. Kenaikan ini menempatkan Acehkembali sebagai daerah termiskin di Sumatera dan nomor lima di Indonesia.

Akademisi, Dr Damanhur Abbas, Lc mengatakan, sangat menyedihkan Aceh masih berstatus sebagai provinsi termiskin di Sumatera dan lima di Indonesia ini merupakan pukulan yang paling mendalam selama kepemimpinan bapak Nova sebagai Gubernur Aceh.

"Akar permasalahan kemiskinan ini tidak pernah terpecahkan dikarenakan kemiskinan ini menjadi sebuah proyek yang akan terus dipelihara kalau seandainya kita semua punya niat baik untuk mensejahterakan masyarakat tentu kita akan menyusun langkah langkah pasti dan terukur agar kemiskinan itu dapat dipersempit jurang pemisah nya," ucapnya kepada Dialeksis.com, Kamis (3/2/2022).

Kemudian, Dirinya menjelaskan, permasalahan utama adalah pangan. Solusi dalam Islam sudah diberikan yaitu dengan membesarkan zakat pertanian yaitu sebesar 5 atau 10%.

"Seandainya hasil panen ini dapat dikelola dengan baik dan dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang mendukung hasil tanam petani maka, AC akan Sur ploes padi 60% setiap tahunnya, sehingga padi tersebut tidak keluar Aceh dan akan dijual lebih mahal lagi," jelasnya.

"Kenapa kita tidak membeli mahal dari petani kita daripada kita mau menjual murah pada orang luar inilah yang dinamakan dengan tanggung jawab moral," tambahnya.

Menurutnya, hal yang menarik lagi siklus panen padi saja tidak pernah putus dalam satu tahun, sehingga kalau kita mempunyai beberapa central tadi, maka ini akan sanggup untuk mengentaskan kemiskinan dalam hal pangan.

"Faktor kedua yang dirilis oleh BPS adalah faktor rokok, maka sudah saatnya pemerintah menerapkan kebijakan yang membuat masyarakat untuk jera dalam hal merokok. Perputaran uang untuk salah satu produk rokok di Lhokseumawe saja dalam satu bulan itu mencapai 10 milyar. Kedua faktor ini merupakan penyumbang terbesar kemiskinan di Aceh maka harus dibenahi dari dua Sisi ini terlebih terdahulu," jelasnya lagi.

Selanjautnya, kata Dr Damanhur, sudah seharusnya, Aceh mempunyai pemimpin yang mempunyai hati, bukan pemimpin yang mempunyai hati-hati. 

"Dana yang melimpah Ruah itu seharusnya dijadikan proyek fundamental seperti pembuatan kilang Padi yang dapat mengolah hasil tanaman, industri pakan yang dapat mensuplai kebutuhan hewan ternak di Aceh di industri tekstil yang dapat memenuhi kebutuhan pakaian Aceh dan berbagai macam industri lainnya, sehingga Aceh tidak bergantung dengan daerah luar. Kalau niat seperti ini tidak pernah ada, maka jangan pernah menceritakan tentang konsep kesejahteraan, karena kesejahteraan itu merupakan janji palsu sebelum menjabat," tegasnya.

Dr Damanhur mengakui merupakan salah satu orang yang tidak pernah mempermasalahkan perihal Otsus.

"Mulai dari nenek moyang kita (Indatu) tidak pernah hidup dengan Dana otsus, karena keikhlasan mereka maka kita hidup hari ini dapat menikmati hasil pembangunan mereka," ujarnya.

Kemudian, Dirinya juga menyampaikan, Aceh merupakan daerah yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah ruah, Mari kita garap semua sektor yang berpotensi untuk meningkatkan ke imanan kesejahteraan dan keamanan agar aja menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Dalam hal ini, kata Dr Damanhur, kuncinya adalah ke imanan hari ini masyarakat Aceh jauh keimanannya dari Allah dan meninggalkan Allah dan Rasul, maka mereka dalam keadaan seperti ini saling mengkhianati saling mendhalimi seakan akan hari akherat itu tidak pernah ada.

"Padahal kalau kita menyadari semuanya yang kita perlakukan hari ini itu akan kita pertanggungjawabkan nanti di hari akhirat. Tentu kita akan berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan sehingga kita akan mendapatkan balasannya di hari akhir," sebutnya.

Oleh karena itu, maka tidak mungkin orang yang mempunyai kekuasaan akan mengambil hak rakyatnya, menzaliminya atau menindasnya, begitu juga dengan rakyat mereka akan loyal terhadap pimpinan nya dikarenakan pimpinan nya adalah Taat kepada Allah dan rasul.

"Janji Allah apabila penduduk sebuah negeri itu beriman kepada Allah maka Allah akan bukakan pintu keberkahan dari langit. Kalau seandainya keberkahan itu tidak ada menandakan ke imanan itu tidak pernah kunjung tiba iman hanya diucapkan di mulut tidak diaktualisasikan dengan gerakan tubuh," ungkapnya.

Menurutnya lagi, konsep ekonomi apapun yang sudah pernah dicoba oleh para Ekonom gagal mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi Rasulullah telah membuktikan konsep pemberdayaan ekonomi melalui instrumen yang telah diajarkan kepada kita yaitu Wakaf Infaq, sedekah dan zakat. Hanya saja hari ini kita memperkecil instrumen kebijakan fiskal tersebut seakan akan menjadi tanggung jawab individu bukan menjadi tanggung jawab negara.

"Dulu pada masa kejayaan Islam orang orang akan mendapatkan fasilitas barang pecah belah dari dana Wakaf, orang-orang bisa berobat gratis dengan dana Wakaf, orang-orang bisa pergi naik Haji dengan dana Wakaf, bayangkan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan di dalam Islam itu sudah pernah diberikan contohnya, hanya saja bagaimana hari ini kita mau mengelola potensi tersebut agar kita tidak menjadi hamba yang jauh dari Allah dan Rasul," pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda