1,14 Juta Anak Ikut Imunisasi, Program Sub-PIN Polio di Provinsi Aceh Capai 93,7 Persen
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ilustrasi polio [Foto: merdeka/arie basuki]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pasca dihebohkan dengan kemunculan kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, pemerintah dengan sigap langsung menginstruksikan imunisasi dengan mencanangkan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio. Program Sub-PIN Polio ini sudah dimulai sejak tanggal 28 November 2022.
Sub-PIN Polio ini dilaksanakan dengan pemberian vaksin novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) dengan sasaran anak usia 0 bulan sampai 12 tahun.
Pencatatan riwayat imunisasi anak selain dilakukan secara mandiri juga didata secara digital ke dalam Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK).
Merujuk pada laporan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), persentase capaian imunisasi polio di Provinsi Aceh per tanggal 13 Januari 2023 sudah mencapai 93,7 persen.
Secara kumulatif, terhitung sudah ada 1.141.540 anak yang diimunisasi.
Berdasarkan wilayah, Kabupaten Bener Meriah menjadi daerah tertinggi capaian Sub-PIN Polio dengan persentase sebanyak 103,7 persen.
Di posisi kedua diduduki oleh Kabupaten Gayo Lues (102,1 persen) dan di posisi ketiga Kabupaten Aceh Tengah (102,1 persen).
Ada juga beberapa daerah yang perlu memacu capaian program Sub-PIN Polio, seperti di Kabupaten Aceh Utara (85,5 persen), Kota Lhokseumawe (83,1 persen) dan Kabupaten Simeulue (82,5 persen).
Secara keseluruhan, cakupan imunisasi program Sub-PIN Polio di beberapa daerah kabupaten/kota lain sudah berada di angka 90 persen hingga menyetuh angka 99 persen.
Fakta-fakta Kasus Polio di Aceh
1. Ditetapkan Sebagai KLB
Kasus polio yang terjadi di Indonesia ditetapkan sebagai sebagai kejadian luar biasa atau KLB. Temuan polio yang terdeteksi di Indonesia tentunya mengejutkan banyak pihak. Sebab, Indonesia diketahui sudah berstatus bebas polio sejak tahun 20214.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, asal-usul polio yang terjadi di Aceh berasal dari virus polio yang sudah dilemahkan dalam vaksin. Virus polio yang dilemahkan tersebut keluar dari tubuh anak yang baru saja divaksinasi polio saat sedang buang air besar (BAB).
2. Polio Hanya Bisa Dicegah
Menurut laman resmi Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI, hingga saat ini tidak ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan polio. Namun, perawatan kepada pengidapnya dapat tetap dilakukan untuk meringankan gejalanya. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah terapi fisik yang dapat bermanfaat untuk merangsang otot.
Selain itu, dokter juga biasanya akan meresepkan penggunaan obat antispasmodic untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas pengidap polio. Meski obat ini dapat meningkatkan mobilitas, sayangnya kelumpuhan polio permanen tidak dapat diobati dengan obat tersebut.
Selain itu, apabila sudah terkena polio, tindakan yang dapat dilakukan adalah tatalaksana kasus yang lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya kecacatan fisik. Melalui tatalaksana tersebut, anggota gerak pasien yang terkonfirmasi polio diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin. Pengidapnya akan dirawat inap selama minimal tujuh hari atau sampai pengidap melewati masa akut polio.