Beranda / Aceh Hebat / Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Kembangkan Tanaman Alpukat dan Replanting Lahan Sawit

Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Kembangkan Tanaman Alpukat dan Replanting Lahan Sawit

Selasa, 05 November 2019 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan. [Foto: Distanbun Aceh]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Selain mengembangkan cetak sawah baru, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh juga memiliki atensi pada peningkatan hasil perkebunan. Hal ini terbukti dari program pengembangan sentra tanaman alpukat dan program replanting (peremajaan) lahan sawit.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan menyebutkan pengembangan sentra tanaman alpukat ini dilaksanakan di tiga Kabupaten, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan yang paling luas di kawasan Saree, Aceh Besar. Dari ketiga kabupaten itu, A. Hanan menerangkan kawasan Saree mendapat porsi paling besar dari total areal luas lahan yang dikembangkan.

"Di Saree lahan tahura sudah dikuasai masyarakat. Kita melihat Saree sebagai sentral pertanian, serta mengembalikan fungsi alam Saree itu sendiri. Untuk itu kami memilih alpukat karena habitatnya di Saree dan memiliki pertumbuhan yang baik. Disini kita kembangkan 195 Ha, kita bantu bibit pada tahun 2019 dan saat ini sedang dilakukan penanaman," jelas dia.

Untuk komoditi sawit, lanjut dia, Dinas Pertanian dan Perkebunan memiliki program PSR, yakni replanting tanaman sawit rakyat yang ditujukan untuk tanaman yang telah berumur 25 tahun ke atas dan sudah tidak produktif. Namun, jelas dia, terhadap tanaman yang berumur 10 tahun ke atas dan tidak produktif juga bisa dilakukan untuk kegiatan ini. 

"Setiap hektarnya mendapat bantuan pemerintah sebesar 25 juta/Ha," tukas dia.

Berdasarkan analisa usaha untuk komoditi sawit, per hektarnya menghabiskan uang sebesar 45-55 juta sampai tanaman sawit itu menghasilkan. 

"Penggunaan 25 juta itu untuk memotong tanaman yang lama, melakukan pengadaan, mengolah lahan, dan melakukan penanaman yang baru. Untuk 25 juta lagi, sesuai dengan surat pak gubernur yang diajukan ke BPD, BPD dapat mentalangi dana kekurangan 25 juta untuk petani sawit yang mendapat program ini," terangnya.

Kepada BPD, dia berharap agar pengembalian cicilan pinjaman dapat dilakukan setelah tanaman itu menghasilkan. Bukan hanya itu, ia juga mengharapkan agar BPD turut serta pada pendampingan lapangan.

"Jadi tidak begitu pinjam, langsung dikutip cicilannya," ujar A. Hanan.

Hingga saat ini, bantuan yang telah dianggarkan itu telah terealisasi kepada 10 ribu ha. Anggaran itu, ucap dia, telah dikirim ke rekening kelompok.

"Itu artinya jika 10 ribu ha kali 25 juta, maka sudah 250 milyar. Itu yang dicapai akhir tahun 2018 ada 3000 ha, selebihnya merupakan progres yang dicapai tahun 2019," ungkap dia.

Selain replanting, Dinas Perkebunan dan Pertanian Aceh juga memiliki atensi terhadap keadaan ekonomi petani sawit. Menurut A. Hanan, pihaknya memahami bahwa pada saat proses replanting petani belum memperoleh pendapatan lain karena tanaman sawit belum menghasilkan.

"Untuk itu kami melakukan inovasi berupa memberikan bantuan benih jagung, sehingga petani dapat melakukan penanaman muda disela-sela tanaman sawit tersebut dan mendapat penghasilan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh ini.

Pihaknya akan terus berupaya agar petani menggunakan mekanisasi dengan melibatkan petani-petani mileneal.

"Inovasi kita yang lain kita dalam waktu dekat ini kita akan memagangkan petani mileneal. Mereka lulusan SLTA dan lulusan sarjana pertanian ke Songklak, Thailand. Akan dilaksanakan pertengahan November ini," ujarnya.

Diharapkan sekembalinya dari sana mereka dapat mendampingi petani-petani dalam mengembangkan tanaman kelapa pandan wangi," harap Hanan. (rls)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda