kip lhok
Beranda / Tajuk / Menggugat Hati kebudayaan Pemimpin Aceh

Menggugat Hati kebudayaan Pemimpin Aceh

Selasa, 29 Agustus 2023 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

DIALEKSIS.COM | Tajuk - Kebudayaan Aceh saat ini dimaknai segala produk masyarakat yang merupakan hasil cipta, rasa dan karya dalam bentuk tangibel (benda) maupun intangibel (tak benda). Kekayaan kebudayaan di Aceh telah hadir jauh sebelum nama Aceh ada dalam peta dunia. 

Begitu kayanya histori yang membentuk Aceh saat ini, harusnya menyadarkan kita bahwa bentangan waktu dari zaman ke zaman tersebut menyisakan banyak hal yang dapat di petik agar bermakna dalam kehidupan Aceh saat ini dan masa akan datang.

Sayangnya, keberpihakan akan menjaga warisan kekayaan budaya Aceh masih terlihat minus dari kata maksimal. Mari melihat dari bara keluhan para Kepala Bidang Kebudayaan di masing-masing Dinas Pendidikan dan Kebudayaan baik Kabupaten ataupun Kota di Aceh. 

Para pejabat Kabid kebudayaan ini, Saban hari mengeluh, merasa lelah dan bingung mengapa pimpinan daerahnya menganak tirikan bahkan seolah "membenci" budayanya. Apakah mata hati mereka dibutakan kenikmatan menjadi pejabat serta kelimpahan kekayaan?, sehingga enggan peduli serius menjaga kelestarian budaya dan cagar budaya. 

Padahal mereka lahir, tumbuh berkembang bahkan mati dalam dalam budaya Aceh yang Islami. Lucunya, para pemimpin dari walikota, bupati dan gubernurnya, sibuk berbohong, berjanji akan mengangkat budaya Aceh.

Bahkan anggota dewan dan calon anggota dewan juga ikut menjual budaya dengan janji-janji akan berpihak pada anggaran serta kegiatan yang membesarkan kebudayaan Aceh.

Tetapi, faktanya, janji hanya janji. Apa mungkin "berbohong" sudah dijadikan bagian "budaya"?

Solusi untuk ini adalah menagih Gubernur Aceh agar konsisten menjaga kebudayaan Aceh sebagai jalan hidup dan berkehidupan agar kebesaran Aceh yang terbentuk sejak lama bisa terjaga dan berkembang layarnya sehingga maksimal mengarungi samudera kehidupan dunia internasional dengan jati diri bangsa Aceh dalam naungan bangsa Indonesia.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda