Ilustrasi. Ilusi Orang Dekat. [Foto: Instagram kepribadian.id]

DIALEKSIS.COM | Tajuk - Najwa Shihab pernah menyebut tentang ilusi tahu. Ini fenomena orang sok mengerti hanya berbasis skrol informasi di media sosial atau sebatas baca headline media. 

Sepertinya ilusi tahu itu juga terjadi di Aceh, bahkan hingga ke lingkaran yang merasa dekat dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. 

Hanya dengan bekal informasi sekilas, mereka merasa sudah tahu secara utuh. Bahkan, lebih parah, merasa diri yang penting, bahkan merasa menjadi penentu pikiran dan langkah pemimpin Aceh. 

Namanya ilusi jelas bukan keadaan senyatanya. Keadaan sebenarnya ada pada pemimpin itu sendiri. Mualem sebagai Gubernur Aceh dan Fadhlullah sebagai Wakil Gubernur Aceh adalah sosok independen dalam mengenali dan memahami keadaan, sekaligus dalam menetapkan langkah, gerakan dan kebijakan. 

Mereka berdua merupakan pribadi yang sudah ditempa kehidupan, bergelut dengan beragam kenyataan, bergaul dengan berbagai kalangan, dan memimpin dalam berbagai keadaan. 

Jadi sudah lebih dari cukup untuk menyebut sosok genuine yang memiliki kemampuan dalam memutuskan arah gerak. Jadi, bukan karena disetir, apalagi karena ditandu dan dipandu oleh seseorang, yang kerap mengilusikan diri sebagai orang dekat. 

Dengan begitu, patut dicurigai ilusi orang dekat ini sebatas modus untuk mencari keuntungan semata. Siapapun yang memiliki ilusi orang dekat bukan pribadi yang membantu pemimpin melainkan mendapatkan bantuan (keuntungan) dengan ilusi orang dekat. 

Ilusi orang dekat, jika dibiarkan jelas berbahaya bagi pemimpin. Salah satu contohnya adalah kabar berita tentang orang jualan nama Gubernur Aceh untuk mencari duit pada saat Mualem menikahkan putrinya di Malaysia.

Bayangkan, betapa bahayanya jika orang-orang tertipu dengan “ilusi orang dekat” untuk urusan posisi dan jabatan. Sudah jatuh korban, rusak pula citra pemimpin Aceh. Maka, berhati-hatilah!. [red]