kip lhok
Beranda / Tajuk / Hargai Diri Aceh Melalui PON XXI

Hargai Diri Aceh Melalui PON XXI

Sabtu, 01 April 2023 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Stadion Harapan Bangsa, salah satu venue PON Aceh-Sumut 2024. [Foto: Abdul Hadi/acehkini]


DIALEKSIS.COM | Tajuk - Perhelatan besar segera berlangsung di bumi Serambi Mekah, Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI akan berlangsung, direncanakan pada 30 September 2024 bersama Sumatera Utara di daulat sebagai tuan rumah. 

Ajang pesta olahraga multi event itu juga akan mempertandingkan 65 cabang olahraga (Cabor). Tak tanggung tanggung rencananya akan dibuka oleh presiden Jokowi diakhir sisa masa jabatannya. 

Namun seiring kemajuan mensukseskan pelaksanaan PON, hanya Sumut yang memiliki progress signifikan dibandingkan Aceh. Dibuktikan aksi nyata Sumut mulai pembangunan dua venue PON yakni pembangunan stadion madya atletik dan gelanggang olahraga (GOR) martial arts.

Untuk Aceh, persiapan konstruksi main venue PON di Aceh Baru Sebatas Detail Engering Design (DED). Isi dari dokumen itu mencakup fasilitas induk dan pendukung di lokasi yang bangun di pegunungan Blang Bintang dalam wilayah Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.

Jika dicermati hitung mundur pelaksanaan PON hanya tinggal 18 bulan lagi, pertanyaan kritisnya apakah sanggup tercapai pembangunan fasilitas induk tersebut? Jika dipaksakan apakah maksimal tercapai hasil sesuai harapan?

Keberadaan pelaksaan PON XXI, tinjau dampak positifnya menjadi pintu masuk membangun trust (kepercayaan) orang luar kepada Aceh, pertukaran budaya, hingga memicu geliat ekonomi mampu mengubah Aceh menjadi lebih baik. Jangan sampai diabaikan efek positif tersebut, jika kita semua memiliki niat memajukan dunia olahraga di Aceh.

Bayangkan saja uang triliunan bisa beredar di Aceh, tentunya memicu penguatan ekonomi Aceh. Itu baru uangnya, bangunan fisiknya akan sangat bermanfaat memajukan dunia olah raga di Aceh. 

Namun mirisnya pemerintah Aceh melalui panitia PON terlihat tidak totalitas memastikan DED berjalan sesuai tahapan, padahal kebutuhan event olahraga ini pertaruhan serius menjaga martabat dan marwah Aceh. Mengapa karena yang meminta PON ketika era Gubernur Irwandi Yusuf atas nama Aceh. Bahkan lobi intens mampu menyakinkan pusat untuk memberikan perhelatan PON kepada Aceh. 

Yang perlu diwaspadai manakala dapat dijalankan PON di Aceh, maka catatan seriusnya memastikan keamanan. Hal lain terkait fasilitas dan layanan kepada para kontingen dan pendampingnya jangan sampai tidak optimal. Misalkan kebutuhan akan bank konvensional, makanan, hotel, kendaraan, dll. Jangan sampai cacian dan makian menghujam Aceh dimata mereka. Tidak mudah memang, tapi harus dilakukan selaku tuan rumah.

Ketika gagal menyelenggarakan event besar PON di Aceh, maka efeknya sangat besar bagi Aceh. Kenapa karena, pemerintah pusat dan provinsi lain tidak akan percaya lagi kepada Aceh ketika meminta PON kembali. 

Seharusnya ini jadi tonggak sejarah membuktikan Aceh pasca bencana, konflik dan damai saat ini, berhasil mensukseskan jalannya pelaksanaan PON. Keberhasilan event PON wajib diwujudkan jika kita semua bersatu dan saling bahu membahu mensukseskannya.

Pemerintah Aceh juga harus senantiasa terbuka kepada publik apa yang sudah mereka lakukan, apa tantangan yang mereka hadapi dan apa yang harus didukung masayarakat dalam menyukseskan PON.

Masih ada waktu, namun Aceh harus kerja keras. Menguyapakan seoptimal mungkin, agar pelaksanaan PON benar-benar menunjukkan karakter rakyat Aceh yang pantang menyerah. Apapun tantangan demi suksesnya PON harus dihadapi dengan jiwa besar.

Sukses PON di Aceh dan Sumut adalah harkat dan marwah negeri ujung barat pulau Sumatera ini. Aceh bisa menunjukkan jati dirinya, bahwa perhelatan PON di Aceh sukses. Ayo berbenah, selagi ada waktu hadapilah tantangan itu dengan jiwa besar. [Red]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda