Beranda / Tajuk / Cegah Stunting dengan GISA, Berhasilkah?

Cegah Stunting dengan GISA, Berhasilkah?

Minggu, 04 September 2022 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi stunting. Foto:Bbs.


DIALEKSIS.COM | Editorial - Angka prevalensi stunting Aceh 33,2 persen memang mengkhawatirkan. Karena itu sudah tepat Pj Gubernur Aceh  Achmad Marzuki mencanangkan gerakan penangganan stunting diseluruh Aceh. Gerakan ini, paska pertemuan dengan Wakil Presiden RI, 4 Agustus 2022, diberinama Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh atau disingkat GISA. Aksi nyata dimulai tanggal 30 Agustus 2022 melalui serangkaian kegiatan. 

Apapun namanya, gerakan yang menggerakkan berbagai komponen mulai dari petugas kesehatan, petugas KB, guru SMA, kepala desa, camat, mukim, ASN kab-kota dan Pemerintah Aceh langkah tepat, bahkan terobosan strategis secara sinergis dan harmonisasi. 

Intervensi yang dipilih pun dapat dilakukan secara bersama sekaligus didukung sumber anggaran, tidak hanya dari APBA Dinkes, tapi juga dari sumber Dana Alokasi Khusus KB, Bantuan Operasional Pukesmas dan juga Alokasi Dana Desa untuk penangganan stunting. 

Dengan keterlibatan banyak pihak, dengan sendirinya akan memudahkan menjalankan 10 intervensi yang dipilih. Melalui dukungan Dinas Pendidikan misalnya, petugas kesehatan dapat menjalin kerjasama dengan kepala sekolah dan guru SMA untuk memberikan "Tablet Tambah Darah" bagi siswi SMA. 

Begitu pula dengan kepala desa, dapat diajak untuk menganggarkan dana desa untuk melakukan, minimal 2 intervensi seperti pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kekurangan energi kronis dan pemberian makanan tambahan bagi bayi dua tahun.

Ditambah lagi dari pengalaman panjang Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh dalam dunia kesehatan, dan dengan berbagai kegiatan yang pernah dilakukan selama ini, terakhir penangganan kasus PMK, maka sangat mungkin untuk dapat menggerakkan berbagai komponen agar secara bersungguh-sungguh menjalankan intervensi yang sudah dipilih. 

Tentu 10 intervensi dan 7 imunisasi anak saja tidak cukup sebab permasalahan stunting lebih dari sekedar melakukan intervensi spesifik tapi juga intervensi sensitif. Karena itu, hendaknya seluruh kegiatan pembangunan di Aceh sudah harus memiliki sensitivitas terhadap stunting sehingga aksi nyata di dalam GISA dalam jangka panjang dapat benar-benar mencegah stunting. 

Pj Gubernur sepatutnya kembali memeriksa seluruh kegiatan pembangunan yang sudah direncanakan, termasuk yang masuk dalam katagori kegiatan Pokok Pikiran (Pokir) anggota dewan untuk ditelaah secara bersama agar punya kontribusi bagi penangganan stunting di Aceh. Masuk akal memeriksa kegiatan Pokir karena hampir semua kabupaten-kota di Aceh sebagai wilayah pemilihan anggota dewan memiliki problem stunting. 

Harus juga menjadi perhatian dalam hal pengukuran indikator penentuan stunting. Ukuran pendek badan dibeberapa daerah di Aceh belum tentu membuktikan bahwa itu adalah stunting. Jika ini tidak dibicarakan dengan pihak yang melakukan survei sudah pasti angka prevalansi stunting di Aceh tidak akan turun-turun. 

Pj Gubernur Aceh juga penting mendorong dan memfasilitasi berbagai pihak lainnya agar ambil bagian dalam ikhtiar menurunkan angka stunting di Aceh. Tapi, sebaiknya keterlibatan pihak swasta, lsm, perguruan tinggi dan organisasi langsung disambung atau dihubungkan dengan kabupaten/kota sebab secara data dan fakta serta para petugas ada di kecamatan dan desa. 

Terdapat 361 pukesmas ada di kabupaten/kota dan 6.497 kurang kepala desa ada juga di wilayah kabupaten/kota. Provinsi cukup menjadi katalisator dan moderator dan motivator dalam penangganan stunting agar seluruh anggaran yang ada tidak tumpang tindih, agar segenap sdm yang ada dapat dimobilsasi, dan agar kontrol dan pelaporan dapat pula dikelola sedemikian rupa. 

Apapun dan berapapun intervensi yang paling tepat, ideal dan penting perlu dikerahkan sebab sejatinya program pembangunan memang dihajatkan untuk membangun manusia seutuhnya, bukan insan yang stunting. Jika saat ini saja, ada banyak masalah dengan SDM Aceh konon lagi jika Aceh dipimpin oleh generasi stunting, bisa lebih kacau dan suram lagi masa depan Aceh. 

Jadi, GISA-lah (kembalilah) pada hakekat pembangunan itu sendiri, insya Allah stunting dan ragam masalah lainnya teratasi. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda