BAS Bukan Mainan Tapi Gerakan Perubahan
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi logo, Foto: ist
DIALEKSIS.COM | Tajuk - Hari berganti hari, waktu terus bergulir sudah berbulan-bulan. Namun, sampai saat ini Pj Gubernur Aceh belum menentukan pilihan siapa yang akan memimpin tampuk utama Bank Aceh Syariah (BAS).
Pj Gubernur nampaknya masih ragu menentukan sikapnya siapa yang bakal menjadi direktur utama di bank kebanggaan rakyat Aceh ini.
Dua nama sudah dikantongi Pj Achmad Marzuki, Syariah Nanang Hendriana dan Muhammad Syah. Dua nama yang sudah lulus seleksi itu yang turut melibatkan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam proses seleksinya.
Namun mirisnya banyak pihak bermanuver, melakukan intervensi mempengaruhi keputusan Pj gubernur dalam menentukan pilihan. Pj Gubernur bagaikan dihadapkan dengan pilihan dua gadis cantik untuk menentukan salah satunya sebagai teman hidup.
Karena pilihanya sangat menentukan dinamika perkembangan kemajuan dan perkonomian di Aceh. Sosok yang dipilihnya merupakan sosok yang punya visioner dalam menggerakan roda pembangunan, artinya turut menentukan keberhasilan Pj dalam membangun negeri.
Tekanan, intervensi dan statemen berbagai pihak bermunculan, sehingga semakin riuhnya persoalan siapa dirut BAS. Bermunculan berbagai kepentingan. Namun kita luput sadar bahwa posisi dirut BAS itu jabatan professional dan menuntut keahlian.
Sudah seharusnya meletakan orang berdasarkan “the right man on the right place”, memberikan amanah kepada ahlinya, bukan karena kepentingan. Pihak OJK dan LPPI, sudah melakukanya dengan turut serta mengadakan seleksi.
Namun semakin tidak logis ketika ada pihak mencampuri urusan sosok dirut BAS, dikaitkan isu kesukuan maupun latarbelakang dijadikan penilaian subjektif, bukan objektifitas.
Nampak sekali tidak menjadikan akal sebagai basis penilaian, sehingga ego kepentingan diutamakan. Padahal BAS butuh orang tetap dan mampu menjawab masalah dan tantangan melalui tindakan nyata inovasi dan kreatifitas guna membawa BAS maju dan berkembang lebih pesat.
Publik juga dilelahkan dengan polemic yang tidak berujung, dibalut kepentingan. Rakyat Aceh sudah cukup lama menonton kericuan di tubuh BAS, sebuah lembaga yang mereka cintai. Bagaikan mencoreng muka sendiri.
Dimana akibat benturan politisasi dan manuver multi pihak berakibat “distrust” kelembagaan BAS. Harus difahami bersama “recovery trust” membutuhkan waktu sangat lama, bahkan menyedot “cost” (anggaran) tak sedikit.
Saat ini dibutuhkan kesamaan visi dan misi, bukan mengamankan tumpukan kepentingan demi kelompok maupun perkauman.
Sekedar catatan untuk diingat juga, kalau rakyat Aceh sudah tidak percaya kepada bank milik sendiri, maka efeknya mereka akan mengalihkan simpanan ataupun tak lagi memakai jasa berbagai layanan di banknya sendiri, bahkan tak tutup kemungkinan hijrah ke bank lain.
Itu renungan yang jelas perlu kita sadari bersama, jika itu juga tidak sadar maka mata hati (batin kita) sudah mati rasa memahami kepentingan bersama memajukan BAS dimasa depan.
Mari kita serahkan semua keputusan kepada Pj Gubernur Aceh dalam menentukan pilihan terbaik dirut BAS dari semua proses yang sudah dilalui. Kita selaku masyarakat wajib menerima dan mendukung semua keputusan gubernur.
Karena yakinlah semua keputusan pemimpin itu sudah melalui kajian mendalam sebelum diputuskan. Pj Gubernur Aceh punya pertimbangan, punya analisa dalam menentukan pilihan demi masa depan Aceh.
Mari kita dukung normalisasi dan kemajuan bersama dirut BAS baru dengan semangat baru. Ide baru, energi baru, dan suasana baru. Maju atua tidaknya BAS tidak luput dari dukungan kita sebagai rakyat yang mendiami negeri Serambi Mekkah ini.
Mari kita untuk mendukung keputusan Pj Gubernur Aceh selaku otoritas penuh PSP. Siapun yang diberikan amanah, itulah orang yang diharapkan untuk membangun negeri. Pemegang tampuk pimpinan dalam menggerakan perkonomian.
Aceh membutuhkan orang yang tulus, memiliki skil, professional dalam bidangnya. Negeri ini akan kuat dan maju bila sebuah pekerjaan diberikan kepercayaan kepada ahlinya.
Bukan karena kepentingan, namun karena kebutuhan. Selamat menentukan pilihan Achmad Marzuki, semoga pilihanmu semakin memajukan negeri ini.