DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Di Aceh, warung kopi bukan sekadar tempat duduk dan menyeruput. Ia adalah ruang sosial, ruang wacana, dan kadang--ruang advokasi.
Sebagai nakhoda, pasangan ini harus mampu mengendalikan kemudi. Pandai mengukur kekuatan angin, sehingga kapal tidak terhempas, karam di tengah lautan. Apalagi negeri dalam aroma kopi ini sedang sakit.