DIALEKSIS.COM | Aceh - TAF Haikal, pengusaha Aceh yang kini menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Investasi di KADIN Aceh. Ia dikenal luas berkat kiprahnya dalam gerakan sipil, politik, dan pembangunan ekonomi daerah.
Teuku Achmad Fuad Haikal, populer disapa TAF Haikal, adalah tokoh asal Aceh yang memiliki rekam jejak gemilang di bidang aktivisme sosial, politik, dan kewirausahaan. Lahir di Bakongan, Aceh Selatan, 21 Maret 1970, Haikal menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Banda Aceh sebelum melanjutkan studi hukum di Universitas Syiah Kuala. Semasa mudanya, ia bahkan sempat menempuh pendidikan di Sekolah Perawat Ahli Gizi pada 1989, namun kecintaannya pada dunia politik dan kemanusiaan membuatnya beralih fokus untuk terjun langsung dalam kegiatan sosial. Sosok Haikal dikenal pekerja keras dan idealis sejak usia muda, ciri yang kemudian mengantarkannya menjadi salah satu figur penting dalam berbagai gerakan masyarakat sipil di Aceh.
Memulai kiprah dari level akar rumput, TAF Haikal mengawali kariernya sebagai aktivis LSM di pertengahan 1990-an. Ia bergabung dengan Yayasan Sumberdaya Alam (YASMA) sebagai staf advokasi pada tahun 1995, menunjukkan dedikasinya dalam isu-isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Kariernya di YASMA menanjak pesat Haikal diangkat menjadi Wakil Direktur YASMA pada 1998 dan kemudian dipercaya menjabat Direktur Eksekutif YASMA hingga 2003.
Selain di YASMA, Haikal aktif di berbagai organisasi non-pemerintah lainnya. Ia tercatat pernah menjadi anggota Dewan Daerah WALHI Aceh (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) periode 1997 - 2005 dan anggota Dewan Penasehat JKMA (Jaringan Kerja Masyarakat Adat Aceh) pada 2004 - 2007. Keterlibatannya di WALHI menegaskan kepeduliannya terhadap isu lingkungan hidup, sedangkan perannya di JKMA menunjukkan perhatian Haikal pada pelestarian adat dan pemberdayaan masyarakat adat Aceh. Kiprah luas di berbagai organisasi ini mengukuhkan reputasi Haikal sebagai aktivis kemanusiaan dan lingkungan yang vokal memperjuangkan aspirasi rakyat Aceh.
Peran dalam Reintegrasi dan Pemulihan Aceh Pasca Konflik dan Tsunami
Di tengah turbulensi Aceh pada awal 2000-an masa pemulihan pasca konflik dan bencana Haikal turut mengambil peran strategis. Ia pernah bergabung dalam Badan Reintegrasi Aceh (BRA), lembaga yang dibentuk pasca-perdamaian untuk memfasilitasi reintegrasi mantan kombatan dan korban konflik, dengan fokus di bidang kesejahteraan rakyat. Meskipun kemudian mengundurkan diri dari BRA, keikutsertaannya mencerminkan komitmen Haikal dalam proses perdamaian dan rekonstruksi sosial di Aceh.
Sebagai putra daerah yang merasakan langsung dampak tsunami 26 Desember 2004, TAF Haikal juga terjun aktif dalam upaya kemanusiaan pasca bencana. Ia dikenal sebagai relawan dan aktivis yang terlibat dalam penanganan darurat dan koordinasi bantuan saat Aceh dilanda tsunami dahsyat. Saat menjabat Direktur Eksekutif Forum LSM Aceh (Aceh NGO Forum) periode 2003 - 2006, Haikal berada di garis depan koordinasi berbagai organisasi non-pemerintah dalam penanggulangan bencana tersebut.
Pengalaman langsung di lapangan membuatnya menyadari pentingnya keterpaduan penanganan bencana. Ia kemudian terlibat dalam pendirian Poros Kemanusiaan Aceh sebuah inisiatif kolaboratif masyarakat Aceh untuk membantu korban gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2006 sebagai koordinator, menunjukkan semangat solidaritas antar daerah.
Tidak hanya itu, ia juga turut berperan dalam pendirian Oasis Atjeh Hotel, yang merupakan investasi pertama setelah penandatanganan MoU Helsinki, sebagaimana disampaikan oleh Pj. Gubernur Mustafa Abubakar pada saat peletakan batu pertama.
Haikal turut berkontribusi pada penyusunan kebijakan publik pasca konflik dan tsunami. Berkat jaringan luas dan pengalamannya, ia sering dilibatkan dalam tim perumus Qanun (peraturan daerah Aceh). Misalnya, Haikal menjadi bagian dari tim legal drafting dan lobi untuk Qanun Aceh tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, transparansi pemerintahan, pelayanan kesehatan, dan administrasi kependudukan di rentang 2006 - 2008.
Kiprahnya dalam proses legislasi lokal ini membantu mendorong tata kelola pemerintahan Aceh yang lebih partisipatif dan transparan. Hal ini mempertegas perannya sebagai jembatan antara masyarakat sipil dan pemerintah dalam membangun Aceh yang lebih baik pasca masa-masa sulit.
Kiprah di Dunia Politik dan Legislatif
Semangat advokasi TAF Haikal membawanya merambah arena politik formal. Menjelang Pemilu Legislatif 2009, Haikal direkrut oleh Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai calon anggota DPR-RI untuk daerah pemilihan Aceh I. Langkah ini menunjukkan pengakuan partai politik terhadap kapasitasnya sebagai representasi aspirasi masyarakat Aceh di tingkat nasional. Meskipun pencalonannya saat itu tidak berbuah kursi di Senayan, pengalaman tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk terus berkontribusi melalui jalur politik.
Tahun-tahun berikutnya, Haikal bergabung dengan Partai NasDem, partai politik yang didirikan pasca reformasi dengan semangat restorasi Indonesia. Di NasDem, kiprahnya kian menonjol; pada 2018 TAF Haikal menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) NasDem Aceh.
Dalam peran tersebut, ia bertanggung jawab memimpin strategi pemenangan NasDem di Aceh menjelang Pemilu 2019. Haikal bahkan menjadi Ketua Pelaksana kegiatan pembekalan calon legislatif se-Aceh yang dihadiri oleh Surya Paloh (Ketua Umum NasDem) di Banda Aceh. Kepiawaiannya mengorganisir acara besar dan menyatukan para kader menunjukkan kemampuan manajerial dan kepemimpinannya di kancah politik. Melalui NasDem, Haikal terus menyuarakan kepentingan Aceh, berkolaborasi dengan tokoh lokal maupun nasional, sekaligus membangun jejaring yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
Transisi ke Dunia Usaha dan Kepemimpinan Ekonomi
Selain di ranah sosial-politik, TAF Haikal juga menorehkan prestasi di bidang kewirausahaan dan ekonomi. Ia tercatat terlibat dalam pendirian dan pengelolaan sejumlah usaha sejak pertengahan 2000-an, di antaranya menjabat Direktur II PT Rumoh Nusantara Kita (sejak 2005) dan Komisaris PT Sepakat Kawan (sejak 2007). Pengalaman bisnis ini memberinya perspektif praktis mengenai tantangan dan peluang perekonomian Aceh, melengkapi wawasan aktivismenya.
Kini, Haikal dikenal sebagai salah satu pimpinan di Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh, organisasi yang menaungi para pelaku usaha di provinsi tersebut. Menjelang pertengahan dekade 2020-an, ia menjabat Wakil Ketua Umum KADIN Aceh bidang Investasi. Dalam kapasitas ini, Haikal aktif mendorong iklim investasi dan kemitraan strategis untuk kemajuan ekonomi Aceh.
Ia kerap menjadi narasumber media terkait isu ekonomi lokal misalnya, Haikal menyoroti maraknya pertumbuhan bisnis pencucian kendaraan (doorsmeer) di Banda Aceh yang belum memiliki asosiasi resmi. Menurutnya, ketiadaan asosiasi menyulitkan kolaborasi dan standar layanan para pengusaha doorsmeer, sehingga ia mendorong pembentukan wadah bersama dengan dukungan KADIN. Sikap proaktif ini mencerminkan visinya agar pelaku usaha kecil dan menengah di Aceh dapat bersatu dan berkembang secara profesional.
Sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Aceh, Haikal juga berperan menjembatani komunikasi antara investor, pemerintah, dan dunia usaha lokal. Ia menyambut baik masuknya investasi besar ke Aceh, seperti rencana Surya Group menanam modal Rp7,4 triliun untuk pembangunan pabrik industri di Langsa. Haikal menilai investasi sebesar itu akan menjadi game changer yang membuka banyak lapangan kerja dan efek berganda bagi ekonomi daerah.
Dirinya optimis kehadiran pabrik baru tersebut akan mendorong pertumbuhan industri Aceh dan bahkan berpotensi ekspor, sekaligus menarik minat investor lain. Pandangan visionernya ini menunjukkan komitmen Haikal dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi Aceh pascakonflik melalui sinergi dunia usaha dan kebijakan pemerintah.
Komitmen Berkelanjutan dan Reputasi Positif
Dari aktivisme sosial hingga ke lingkup bisnis, benang merah perjalanan TAF Haikal adalah dedikasi terhadap kemajuan Aceh. Selama lebih dari dua dekade, ia konsisten hadir di berbagai sektor mulai dari pendampingan masyarakat korban konflik, advokasi kebijakan, hingga pemberdayaan ekonomi lokal selalu dengan semangat kolaboratif. Rekam jejak Haikal yang kaya pengalaman menjadikannya sosok panutan di Aceh; ia dikenal mampu bergaul lintas kalangan, dari komunitas akar rumput, tokoh adat, pejabat pemerintah, hingga para pengusaha.
Jejak positifnya tampak dalam berbagai inisiatif yang pernah diusung. Banyak qanun Aceh lahir dengan kontribusi Haikal di balik layar, mendorong prinsip transparansi dan partisipasi publik dalam pemerintahan. Di sisi lain, kehadirannya dalam forum-forum ekonomi memberi warna baru bagi dunia usaha Aceh yang lebih dinamis. Kemampuan Haikal mengombinasikan pengalaman lapangan sebagai aktivis dengan visi strategis sebagai pebisnis membuatnya unik dan berharga bagi pembangunan Aceh ke depan.
Kini, TAF Haikal terus melangkah dengan peran gandanya sebagai penggerak masyarakat sipil sekaligus pemimpin dunia usaha. Figur ayah tiga putri ini senantiasa menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan LSM, antara investor dan komunitas lokal demi mewujudkan Aceh yang berdaya saing namun tetap humanis. Dengan reputasi bersih dan sepak terjang yang telah teruji waktu, TAF Haikal layak digelari salah satu putra terbaik Aceh yang kontribusinya di bidang sosial, politik, dan ekonomi patut diapresiasi.