Romantika Sulaiman Abda
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Romantika.Tuhan menciptakan dinamika dalam hidup ini. Ada suka dan duka. Ada yang datang dan pergi, tumbuh silih berganti. Bagaikan perputaran roda, semuanya sebagai penyeimbang.
Manusia itu ada masanya dan setiap masa ada manusianya. Semuanya diberikan Allah, agar manusia dapat mengambil pelajaran. Demikian dengan dunia perpolitikan, khususnya di Aceh. Ada sosok yang hadir di lembaga terhormat, ada yang sudah sampai masanya, meninggalkan lencana di dada.
Diantara sekian banyak sosok tokoh politik di Aceh, ada seorang sosok fenomenal yang kini meninggalkan lembaga terhormat. Dia sudah 15 tahun berturut turut mengukir sejarah, memoles Aceh. 10 tahun terahir dia dipercayakan sebagai pimpinan DPRA.
Siapa tidak kenal dengan sosok Sulaiman Abda, dengan ciri khas atribut berwarna kuning dibawah naungan pohon beringin. Kiprahnya sudah mewarnai Aceh. Dia adalah sosok politikus sejati, mendapat kepercayaan rakyat sejak tahun 2004.
Bahkan demi pengabdianya di dunia politik, dia memilih berhenti sebagai PNS. Dipenghujung September 2019, Allah memerintahkan Sulaiman Abda untuk istirahat dari lembaga terhormat. Walau maju untuk DPR RI dari Dapil 1 Aceh, namun ayah Leman, panggilan akrabnya, sudah ditakdirkan Tuhan, tidak "berkumpul" di Senayan.
Jabatan sebagai pimpinan DPRA selama dua priode akan diserahkanya kepada generasi penerusnya dari pohon beringin. Ayah Leman sudah banyak berbuat untuk Aceh, sudah mengerahkan daya pikiran, waktu dan tenaga, serta perasaanya untuk Aceh.
Sosoknya yang rajin menundukan kepala ke bumi, mengakui dirinya sebagai mahluk, kiranya menjadi tauladan bagi politikus lainya. Dalam berkarya sebagai ibadah, tidak melupakan yang maha segala galanya dalam hidup ini. Dia dikenal taat beribadah.
Tidak berlebihan, sosok Ayah Leman kiranya menjadi manusia panutan. Dia rela uang gajinya untuk membantu mahasiswa, saat generasi penerus bangsa ini membutuhkan dana dalam menggalang berbagai kegiatan. Info ini penulis dapatkan dari orang dekat yang pernah dibantunya.
Bahkan, plt Gubernur Aceh, Iriansyah Nova mengakui sosok ayah Leman adalah sahabat yang sering dijadikanya sebagai sosok diminta nasihat. Nova mengakui, ayah Leman adalah sosok yang berbakti dan berdedikasi untuk Aceh.
Bahkan ketika Ayah Leman mendapat cobaan, "sayapnya" tinggal sebelah, ditinggalkan istri tercinta almarhumah Dra. Hj. Hausmini M.Pd, 25 Mei 2015, dia terlihat tegar dan tabah, tugasnya untuk mengurus rakyat tidak diabaikanya.
Dua tahun yang lalu, 9 September 2017, ahirnya Sulaiman Abda diberi Allah teman hidup yang baru, dia menikah dengan Mustika Hayati, SSos, MM.
Sulaiman Abda, kelahiran Pidie, 18 Agustus 1958, dipenghujung masa tugasnya sebagai wakil rakyat, menyebarkan tulisan mohon pamit dan minta maaf. "Untuk yang datang dan kemudian pergi, kami ucapkan terimakasih sudah menjadi bagian dari perjalanan kehidupan Sulaiman Abda," demikian sebagian isi kalimat itu.
"Jabatan itu adalah amanah yang sangat berat, kita ini rawan tergoda. Rawan sekali dipengaruhi, tapi Alhamdulillah,dipenghujung jabatan ini, saya melihat masih terdapat kehormatan dan kemuliaan dari sosok Sulaiman Abda. Sekali lagi terimakasih untuk yang sudah pernah bersama-sama menjaga kehormatan ini".
Kepada masyarakat yang harapannya belum tertampung sampai dengan saat ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin saja pikiran-pikiran saudaraku sekalian dapat tertampung oleh wakil yang baru.
"Kini saatnya mohon pamit, dengan doa dan harapan agar Aceh yang kita cintai bersama ini lebih baik ke depannya," sebut Ayah Leman.
Lelaki dengan segudang jabatan dan prestasi ini, mengakui mungkin tanda tangan terahir yang dilakukanya sebagai Wakil ketua DPRA, menyangkut tuntutan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Aceh, yang menyampaikan aspirasinya ke dewan.
Dalam perjalananya di dunia politik, Sulaiman Abda pertama sekali menggunakan lencana di dada sebagai wakil terhormat, pada tahun 2004 langsung berhadapan dengan tantangan besar. Aceh saat itu luluh lantak disapu tsunami.
Ayah Leman, dipercayakan sebagai ketua komisi D, yang mengurus masalah Pembangunan. Dia harus menyiapkan dirinya dalam mengawasi proses rehab dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami, agar proses itu berjalan dengan baik.
Sebuah perjuangan yang berat, menuntut ketekunan, kesabaran. Harus mau berkorban, mengutamakan kepentingan publik, demi Aceh. Perjuangan yang tak mudah itu mampu dilaluinya dalam suka dan duka. Semua atas ijin Allah, demikian pengakuan Ayah Leman.
Priode selanjutnya, Ayah Leman dipercayakan pohon beringin dengan ciri khas warna kuning ini (2009- 2019), sebagai pimpinan dewan. Dia menjabat sebagai wakil ketua DPR Aceh selama 10 tahun berturut turut.
Selama 15 tahun dengan amanah di pundak, Sulaiman Abda mengakui, tugasnya tidak mampu dijalani tanpa dukungan semua pihak. Bantuan yang tak ternilai itu, telah membuat sosok Sulaiman Abda mampu menjalankan tugasnya. Semua itu, menurut ayah 4 anak ini, akan selalu diingatnya.
Untuk kisah hidupnya yang penuh romantika, Hasan Basri M. Nur, dosen UIN Ar-raniry merangkai kalimatnya dalam sebuah buku Sabda Rindu. Buku ini mengurai sosok Sulaiman Abda, ada kisah cinta, ujian bahkan disebutkan ada mukjizat.
Siapa Sulaiman Abda? Sekilas penulis menukilkan sosok lelaki yang memegang teguh sebuah keyakinan dengan semboyan, bila dendam diperturutkan, bagaimana pula wajah dunia ini.
Sulaiman Abda dilahirkan di Pedie, 18 Agustus 1958. Dia memiliki sejumlah karir dijabatan organisasi yang kemudian turut menentukan pilihanya untuk meninggalkan PNS dan eksis di dunia politik.
Sulaiman Abda pernah menjadi sekretaris SEMA FKIP Unsyiah, 1992-1994. Ketua Badan Koordinasi Kemahasiswaan Unsyiah, 1983-1987. Wakil Ketua DPD-I KNPI Provinsi Aceh, 1989-1991.Ketua KNPI Provinsi Aceh, 1991-1994.
Ketua Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unsyiah, 1991-1994. Wanhat GM Kosgoro Aceh, 1993-1998.Biro Pemuda DPD-I Partai Golkar Aceh, 1994-1999. Wakil Ketua Majelis Pemuda Indonesia Provinsi Aceh, 1994-1997.
Wakil Bendahara Persiraja Banda Aceh, 1995-1997. Manejer Persiraja Banda Aceh, 1996-1997.Pengurus ICMI Provinsi Aceh, 1991-2000.Pengurus Ikatan Sarjana FKIP Unsyiah, 1995-1999.
Wakil Ketua Pembina Olahraga Mahasiswa Provinsi Aceh, 1997-2000. Sekretaris Umum KONI Aceh, 1995-2000. Wakil Ketua DPD-I Partai Golkar Aceh, 2002-2008. Wanhat Kadin.Ketua DPD-I Partai Golkar Aceh, 2009-2015. Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Aceh, 2011-2016. Ketua Ikatan Keluarga dan Alumni Universitas Syiah Kuala (IKA Unsyiah).
Ayah Leman, pada 30 September 2019, akan mengahiri masa jabatanya sebagai pimpinan DPR Aceh. Pengabdianya untuk Aceh sudah menjadi catatan sejarah. Dia sudah membentangkan kisah panjang selama 15 tahun, dengan lencana di dada.
Apakah Golkar di Aceh akan memiliki sosok pengganti Sulaiman Abda yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan ini? Manusia itu ada masanya dan masa itu ada manusia. Sulaiman Abda sudah melaluinya. (Bahtiar Gayo)