Senin, 21 Juli 2025
Beranda / Sosok Kita / Razami Dek Cut, Motor Baru PAN Aceh

Razami Dek Cut, Motor Baru PAN Aceh

Minggu, 20 Juli 2025 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Razami Dek Cut Ketua Harian DPW PAN Aceh Periode 2024 - 2029. [Foto: dokumen dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gelombang regenerasi politik tengah bergulir di tubuh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Aceh. Dalam struktur kepengurusan yang baru disahkan untuk periode 2024 - 2029, muncul nama Razami Dek Cut sebagai Ketua Harian. Sebuah jabatan strategis yang akan menjadi motor penggerak organisasi di tengah dinamika politik lokal yang semakin kompleks.

Pengesahan kepengurusan itu dilakukan pada Jumat, 19 Juli 2025, sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan DPP PAN yang dikirim ke pengurus wilayah. Razami menjadi salah satu dari empat figur kunci yang dipercaya memegang komando partai berlambang matahari itu di Serambi Mekkah.

"Ini amanah yang berat tapi harus saya jawab dengan kerja konkret dan konsolidasi yang sehat," kata Razami kepada Dialeksis, Minggu (20/7). 

"PAN Aceh butuh energi baru, strategi baru, dan cara kerja yang lebih terukur. Itulah yang akan kami kerjakan bersama," jelasnya lagi. 

Nama Razami bukan sepenuhnya asing di panggung politik Aceh. Aktivis muda ini telah malang-melintang dalam berbagai kegiatan sosial dan advokasi kepemudaan sebelum terjun ke politik praktis. Kariernya di PAN melesat cepat. Di internal partai, ia dikenal sebagai figur komunikatif dan adaptif. Terpilihnya ia sebagai Ketua Harian memperlihatkan keberanian PAN untuk memberi panggung pada generasi baru.

Dalam struktur PAN Aceh saat ini, jabatan Ketua DPW dipegang oleh incumbent politisi senior, namun peran Ketua Harian akan menjadi eksekutor utama program dan penguatan kelembagaan. Di tangan Razami, partai ini dituntut mampu menjawab tantangan elektoral 2029, mulai dari konsolidasi internal, peningkatan kursi legislatif, hingga memperluas basis dukungan pemilih muda.

"Ketua Harian itu bukan hanya jabatan administratif. Ia adalah poros operasional harian partai. Di sinilah kami harus hadir bukan hanya untuk kader, tapi juga untuk rakyat Aceh yang butuh solusi nyata," kata dia.

Partai Amanat Nasional di Aceh saat ini berada dalam posisi yang bisa disebut sebagai titik kritis, hanya meraih 5 kursi hasil Pemilu 2024. Pada pemilu sebelumnya, raihan kursi PAN cenderung stagnan. Di sejumlah daerah, basis pemilihnya mulai tergerus oleh kekuatan politik baru maupun manuver partai nasional lainnya. Tak sedikit pula tokoh PAN yang memilih hengkang karena alasan pragmatisme elektoral.

Situasi itu disadari betul oleh Razami. Dalam pidatonya usai pengesahan, ia menyebut bahwa revitalisasi partai tak cukup hanya dengan retorika.

"PAN harus kembali ke akar: merawat ideologi partai, menghidupkan pendidikan politik kader, dan hadir di tengah denyut kehidupan masyarakat Aceh," ujarnya.

Ia juga menyebut PAN harus menjadi partai yang bersih, terbuka, dan mampu berdialog lintas generasi. "Bukan sekadar mesin elektoral lima tahunan, tapi menjadi rumah gagasan bagi anak-anak muda dan rakyat kecil," tambahnya.

Razami juga mengungkapkan arah PAN Aceh ke depan akan lebih mengedepankan politik nilai dan koalisi berbasis visi. Ia mengingatkan agar partai tidak terjebak pada praktik politik transaksional yang hanya berorientasi pada kekuasaan jangka pendek.

"Kami ingin membangun PAN Aceh yang kuat karena ide, bukan karena jual beli dukungan," katanya tegas. 

"Itu sebabnya seluruh pengurus diminta menandatangani komitmen integritas dan kode etik organisasi," ungkapnya.

Razami mengatakan, langkah awal yang akan dia lakukan adalah membangun struktur kerja kolektif dan menyapa akar rumput. "Kami akan menyusun peta jalan kerja lima tahun ke depan, lengkap dengan indikator capaian, bukan hanya program musiman," ujarnya.

Pergeseran kepemimpinan di PAN Aceh membawa harapan sekaligus ujian. Di satu sisi, publik mendambakan partai ini kembali memainkan peran penting dalam memperjuangkan isu-isu publik: kemiskinan, pendidikan, hingga korupsi. Namun di sisi lain, mereka juga skeptis jika partai hanya berganti wajah tanpa substansi.

Kini, giliran Razami dan koleganya membuktikan. Apakah PAN Aceh benar - benar akan berubah, atau justru terjebak dalam siklus lama: semarak di awal, senyap di ujung.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI