kip lhok
Beranda / Sosok Kita / Pemuda Aceh Khairil Fikri: Dari Keterbatasan Fisik hingga Prestasi Internasional

Pemuda Aceh Khairil Fikri: Dari Keterbatasan Fisik hingga Prestasi Internasional

Selasa, 14 Mei 2024 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Khairil Fikri (26), seorang penyandang disabilitas daksa asal Aceh. Foto: doc pribadi instagram 


DIALEKSIS.COM | Nasional - Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk terus berkembang dalam berbagai bidang. Contohnya adalah Khairil Fikri (26), seorang penyandang disabilitas daksa asal Aceh. 

Kini, ia merantau ke Bandung dan sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Nusantara. Meski memiliki keterbatasan fisik, Fikri tidak pernah merasa minder atau terpuruk. Sebaliknya, ia menjadikan kondisi tersebut sebagai motivasi untuk diri sendiri dan sebagai pengingat bagi orang lain untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.

"Saya ingin merantau dan meski saya memiliki keterbatasan mobilitas, jangan jadikan itu sebagai alasan untuk terpuruk. Jadikan itu motivasi untuk diri sendiri dan sebagai cerminan bagi orang lain untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang telah diberikan. Saya ingin membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa menjadi mahasiswa yang berkualitas," kata Fikri seperti dilansir detikJabar baru-baru ini.

Khairil, yang akrab disapa Fikri, memiliki bakat di bidang digital seperti desain grafis dan pengeditan video. Ia bercerita bahwa bakatnya ini berawal dari pencarian keahlian yang sesuai dengan kondisinya dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Fikri menekuni bidang ini selama setahun dengan modal belajar dari tutorial di YouTube.

"Saya mencari sendiri bidang yang cocok dengan kondisi saya tanpa harus bekerja keras secara fisik, namun tetap bermanfaat bagi masyarakat. Alhamdulillah, saya menemukan desain grafis yang mengandalkan otak dan kreativitas. Saya sangat menyukai bidang ini, dan oleh karena itu saya terus melanjutkannya hingga sekarang," tuturnya.

Fikri telah menghasilkan banyak karya. Pada tahun 2023, ia memenangkan berbagai lomba desain pembangunan 3 dimensi ruko dan toko di Komisi Informasi RI. Selain itu, ia juga mengikuti lomba content creator, desain logo, dan pengeditan video di tingkat provinsi. Bahkan, ia membuat lukisan dua dimensi yang dijual hingga mancanegara.

"Kalau karya kita sudah dikenal secara nasional, alhamdulillah. Untuk mancanegara, itu atas izin Allah. Lukisan dua dimensi yang saya buat berhasil dijual hingga ke Australia seharga sekitar 16 ribu dollar. Saya merasa sangat bersyukur," kata Fikri.

Di balik semangatnya yang tak pernah padam, Fikri berpegang teguh bahwa disabilitas bukan alasan untuk malas atau mengeluh. Menurutnya, kunci kesuksesan yang dapat mengubah nasib ada pada diri sendiri.

"Saya sudah ditakdirkan menjadi penyandang disabilitas dan jangan jadikan itu sebagai alasan atau keterpurukan. Justru jadikan itu untuk memotivasi diri sendiri. Saya harus tetap produktif dan aktif di masyarakat meskipun memiliki keterbatasan fisik. Bukan orang lain yang bisa membuat saya sukses, melainkan diri sendiri yang bisa mengubah nasib ke depannya. Itu adalah prinsip saya selama merantau. Bagaimana caranya agar keterbatasan saya menjadi cerminan dari kelebihan saya," ungkap Fikri.

Tujuan terdekat Fikri adalah membuka sekolah disabilitas yang diberi nama 'Sekolah Rehabilitas Keterampilan Disabilitas' untuk mengasah keterampilan para penyandang disabilitas.

"Saya insya Allah ingin membuka sekolah disabilitas. Sekolah ini tidak hanya fokus pada pendidikan, tetapi juga mengasah keterampilan mereka. Seperti saya yang akan mengajar desain grafis, dan keterampilan lainnya akan diajarkan oleh pengajar yang kompeten. Ini sudah dalam progres, insya Allah pusatnya di Bandung dan cabangnya di Aceh," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda