Beranda / Sosok Kita / Meurah Budiman Kakanwil Kemenkumham Aceh, Manusia Haus Ilmu

Meurah Budiman Kakanwil Kemenkumham Aceh, Manusia Haus Ilmu

Jum`at, 12 Maret 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Kakanwil Kemenkumham Aceh, Meurah Budiman. [IST]


Selagi Allah memberikan kesempatan, ada kesehatan dan mampu melakukanya, apapun akan dilakukanya dalam “mengisi” relung relung jiwa dengan ilmu pengetahuan. Baginya tidak ada istilah cukup dengan apa yang sudah didapat.

Tidak puas dengan S2 Magister Hukum yang sudah diraihnya, kini dia sedang mempersiapkan diri menggapai S3 di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Untuk jabatan di pemerintahan, dia sudah melanglang buana di bumi Pertiwi.

Dua anaknya sudah mandiri, si sulung menjadi pilot, dan adiknya menjadi PNS. Namun dalam mengisi relung memori dengan ilmu, dia tidak pernah menyerah. Apa saja ilmu yang bermanfaat akan “dilahapnya”.

Dia kini dipercayakan sebagai Kakanwil Kemenkumham Aceh. Putra kelahiran Nagan Raga, 4 Maret 1968, diberi nama oleh orang tuanya dengan nama khas Aceh, Meurah Budiman.

Drs Meurah Budiman SH MH dilantik menjadi Kanwil Kemenkumham Aceh oleh Menkumham RI, Prof Dr Yasonna H Laoly SH MSc, di Aula Umar Senoaji Ditjen KI lantai 18 Gedung Eks Centra Mulia Jakarta Selatan (Jaksel), Rabu (10/3/2021) siang.

Sebelumnya Meurah Budiman menjabat Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah. Dia dikembalikan ke Aceh, tempat dia dilahirkan, dibesarkan, dan tempat dia terlama mengabdikan diri kepada negara.

Inilah sekilas sosok Meurah Budiman. Dia dilahirkan Nagan Raya, Aceh, 4 Maret 1968. Saat itu Nagan masih menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Barat, belum mengalami pemekaran. Pendidikan SD hingga SMA dia tamatkan di Meulaboh.

Usai dari negeri Teuku Umar, dia melanjutkan pendidikan Unsyiah, Program Studi PMP/Kn pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP USK). Ia lulus tahun 1991. Lalu dia bekerja di jajaran Kanwil Kemenkumham Aceh.

Untuk memperdalam ilmu hukumnya, Meurah memperdalam ilmunya meraih S1 Jurusan Hukum Pidana pada Universitas Muhammadiyah Banda Aceh pada tahun 2005. Sebagai manusia yang tidak sempurna, dan masih harus membekali diri dengan ilmu, Meurah kemudian melanjutkan studi S2 Magister Hukum Pidana di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dia lulus tahun 2008.

Bukan hanya sampai disitu beragam ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan ini senantiasa dia pelajari, kini dia juga sedang mempersiapkan diri meraih doktor, dia sedang kuliah program doktoral (S3) di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.

“Saat menjabat kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, saya melanjutkan pendidikan program Doktor di Unissula Semarang,” sebut Meurah Budiman, ketika Dialeksis.com menyapanya.

Berbekal pengalaman di sejumlah Lapas disesaki dengan kasus narkoba, Meurah merencanakan disertasinya tentang narkoba. Khususnya tentang kejahatan bisnis narkoba yang dalam beberapa kasus justru dikendalikan narapidana dari dalam penjara.

Ayah sang pilot ini sudah memimpin beberapa LP, sudah mengerti bagaimana permaian narkoba, khususnya para narapidana yang sedang menjalani hukuman. Dia tahu bagaimana modus operandi narkoba di Lapas.

Bagaimana permaian narkoba di lapas, mulai dari kurir, bandar, hingga gembong narkoba, bahkan ada narapida yang resedivis tidak jera dengan kasus narkoba, semuanya terekam dalam memori Meurah dan kini dia tuangkan dalam disertasinya.

Suami dari Zuraidah ini kaya pengalaman di lapas. Awalnya jabatan Kalapas diembanya di Meulaboh, Aceh Barat, saat itu Aceh sedang diamuk konflik dan terjangan dahsyatnya tsunami. Soal jabatan menjadi Kalapas Meulaboh, Meurah Budiman memiliki kesan dan pengalaman yang tak terlupakan dari memorinya.

Dia berhasil menyelamatkan penghuni lapas dari amukan tsunami. Lapas yang berada di pinggir pantai ini, tidak menelan jiwa penghuninya ketika tsunami melanda Aceh pada Desember 2004.

Ayah dari Teuku Rabiul Mauliadi (Pilot) dan Cut Dini Mandasari (PNS) mengisahkan pengalamanya menyelamatkan tahanan di lapas Meulaboh saat tsunami.

“Alhamdulillah semua penghuni Lapas selamat karena kecepatan petugas Lapas membuka pintu kamar hunian. Para penghuni lapas berlarian menyelamatkan diri mencari ketempat yang lebih tinggi,” sebut Meurah Budiman.

Para penghuni Lapas naik ke lantai dua, ke mushalla, atap bangunan, memanjat pohon Ketapang yang ditanam pada masa Belanda di depan Lapas. "Ada penghuni lapas yang menyelamatkan diri ke Masjid Pasar Baru dekat lapas," sebutnya.

“tidak ada hutang nyawa narapidana dan tahanan yang meninggal dunia karena terkurung dalam kamar sel. Saya ingat benar pada saat itu komandan jaga, Jouni HS dan anggota sigap, membuka semua kamar pasca gempa bumi yang dahsat,” Meurah kembali membuka memori ingatanya.

Pada saat itu di Lapas Meulaboh, ada 140 penghuni. Hanya satu orang yang tidak melapor paska tsunami. Dia meninggal disapu tsunami, karena sebelum gempa dan tsunami, dia menjenguk orang tuanya di Asrama TNI di sebelah tembok Lapas.

 Pengalaman “manis dan pahit” di Meulobah masih dikenang Meurah, kemudian dia dipercayakan menjadi Kalapas Langsa -Aceh (2005-2007), selanjutnya Kalapas Lhokseumawe-(2007-2010), Kalapas Tanjung Pinang -Kepri (2010-2011), kemudian dia dipercayakan menjadi Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham Sumut (2012-2014.

Usai bertugas di Sumut, Muerah kembali ke Aceh menjadi Kabid Pembinaan Kanwil Kemenkumham Aceh (2014-2017), dari Aceh dia diterbangkan menjabat Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Gorontalo (2017-2018).

Usai dari Gorontalo kembali dia ditarik ke Aceh, menjabat Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Aceh (2018-2020). Dari Aceh kembali ditugaskan menjabat Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah.

Di sana dia mengikuti pendidikan di Unissula Semarang, dan ahirnya kini dia kembali ke Aceh menjadi orang nomor satu di tanah kelahiranya di Kemenkumham.

Tuhan sudah menakdirkan perjalanan hidup manusia. Meurah Budiman tidak pernah terpikir sebelumnya dia akan melanglang buana, ditempatkan di beberapa jabatan. Dia juga tidak pernah terbayang dalam benaknya akan kembali ke Aceh sebagai Kanwil Kemenkumham.

Namun ketika Tuhan berkehendak tidak ada manusia yang mampu menghalanginya. Semuanya sudah digariskan. Namun soal mengisi diri dengan ilmu pengetahuan, bukan semata mata takdir dan gerak dari Tuhan.

Ada faktor kekuatan semangat dan keyakinan yang turut menentukanya. Meurah Budiman punya tekat ingin meraih doktor, dia merasa dirinya masih banyak kekurangan dalam mendapat sebagian kecil ilmu yang diturunkan Tuhan.

Selagi ada kesempatan dan kekuatan, semuanya harus dimanfaatkan, ilmu itu tidak datang dengan sendiri, bila kita tidak punya keyakinan untuk mempelajari dan mendalaminya.Selagi Allah masih memberikan nafas dan kekuatan berjuanglah.

Meurah Budiman yang sedang menyelesaikan S3-nya dipercayakan menjabat Kakanwil Menhumkumham Aceh. Dia kembali ke tanah kelahiranya untuk mengabdi, selamat bertugas, semoga Allah senantiasa menunjuki jalan terbaik dalam hidup ini. **** (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda