DIALEKSIS.COM | Soki - Menelisik sosok Andi Harianto Sinulingga, atau akrab disapa Bang Ucok hasil rangkuman dari berita yang sudah dipublikasi Dialeksis maupun diramu dari informasi terhimpun redaksi, dirinya bukan sekadar nama yang menghiasi panggung politik Aceh. Di balik ketenarannya sebagai tokoh Partai Golkar, tersimpan sisi humanis, kecerdasan strategis, dan komitmen tanpa pamrih untuk membesarkan generasi muda. Melalui penelusuran redaksi, terkuak narasi inspiratif tentang sosok yang dianggap sebagai "penjaga nilai" dalam dinamika politik lokal maupun nasional.
Andi HS dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, jauh dari kesan arogan meski memiliki jejaring luas hingga ke tingkat nasional. Ia memilih pendekatan dialogis dalam menyelesaikan konflik, bahkan ketika menghadapi pengkhianatan dari rekan separtai.
"Dia tidak pernah membalas dengan emosi. Justru menjadikannya sebagai bahan refleksi untuk memperkuat komunikasi," tutur seorang kader Golkar yang enggan disebut namanya. Sikap ini mencerminkan prinsipnya: politik bukan medan permusuhan, melainkan ruang pembelajaran.
Kesederhanaannya juga terlihat dari gaya hidupnya. Meski kerap berinteraksi dengan elit berkuasa, ia tetap memilih mengajar dan membagikan ilmu secara gratis kepada pemuda Aceh.
"Baginya, membangun generasi adalah investasi terbesar bagi partai dan bangsa," ungkap sumber dekatnya.
Salah satu legasi terbesar Andi HS adalah kemampuannya menciptakan ruang bagi anak muda untuk berkembang. Ia kerap menjadi mentor bagi kader-kader baru, mengajarkan strategi organisasi tanpa menggurui.
"Dia tidak ingin pemuda hanya jadi pengikut, tapi pemikir yang kritis," kata Firdaus Mirza Nusuary, akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala.
Keterbukaannya dalam menerima aspirasi muda tercermin dari dukungannya terhadap sistem regenerasi di Golkar Aceh. "Jika ada kader lain yang lebih siap, saya memilih memberi ruang terlebih dahulu," ujarnya dalam sebuah diskusi di Banda Aceh.
Namun, sebagai kader senior, ia tak pernah menolak tugas partai. "Loyalitas pada Golkar adalah harga mati," tegasnya.
Di balik kesan bersahaja, Andi HS adalah politisi yang piawai membangun relasi strategis. Kedekatannya dengan Ketua Umum DPP Golkar, Bahlil Lahadalia, menjadi kunci sinergi antara kepemimpinan pusat dan daerah.
"Hubungan mereka memperkuat konektivitas program partai," ujar Teuku Husein Banta, tokoh senior Golkar Aceh.
Komitmennya pada nilai demokrasi juga tak diragukan. Jelang Musda XII Golkar Aceh, ia menegaskan,"Siapa pun boleh maju sebagai ketua, asal diterima kader dan pemegang hak suara." Sikap ini mengundang decak kagum, terlebih ketika namanya sendiri disebut sebagai calon kuat. "Dia tidak memaksakan diri. Jika dukungan mengalir, barulah ia akan bertindak," tambah Husein Banta.
Sebuah cerita menarik diungkapkan sumber Dialeksis: Andi HS pernah mengalami pengkhianatan dari rekan dekatnya dalam perjuangan politik. Alih - alih membalas, ia justru membuka ruang dialog dan menjadikan insiden itu sebagai refleksi bersama.
"Baginya, konflik adalah cermin untuk memperbaiki sistem, bukan menghancurkan hubungan," jelas sumber tersebut. Kisah ini mengukuhkan reputasinya sebagai figur yang menjunjung tinggi etika dalam setiap pertarungan ide.
Meski sejumlah tokoh senior mendorongnya maju sebagai Ketua DPD I Golkar Aceh, Andi HS menyatakan belum memiliki persiapan khusus. "Saya tidak punya keinginan pribadi. Jika partai menugaskan, saya tak akan menolak," katanya. Namun, banyak pihak yakin kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Kebijakan Kesejahteraan Rakyat DPP Golkar menjadi modal kuat untuk memimpin Aceh.
"Dia adalah sosok yang berakar ke bawah dan berpucuk ke atas kunci untuk membawa Golkar melompat lebih tinggi," pungkas Husein Banta.
Bahkan, ia menunjukkan sikap bijak. Jika menilai dan merasakan bahwa salah satu calon Ketua DPD I Golkar Aceh memiliki kapasitas memimpin dengan berbagai modalitas personal yang kuat, maka Andi HS tidak akan ragu memberikan dukungan dan memperjuangkannya siapa pun orangnya, baik Lukman CM, Mukhlis, maupun Teuku Raja Keumangan.
Baginya, kepentingan partai adalah prioritas utama di atas kepentingan pribadi. Ia siap berada di garda terdepan dalam memperjuangkan calon yang didukungnya, demi membesarkan Partai Golkar Aceh melalui semangat kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi yang solid antara DPD I dan DPP.
Kini tinggal melihat, siapa di antara ketiga bakal calon tersebut yang paling intens dan bersedia menjalin komunikasi dengan Andi HS untuk meyakinkannya memberikan dukungan penuh dan bersama - sama bekerja memenangkan kursi Ketua DPD I Golkar Aceh.
Atau justru sebaliknya, ia sendiri yang akan mengambil estafet kepemimpinan, dengan meninggalkan segala pencapaian di tingkat pusat demi mengabdikan diri sebagai Ketua DPD I Golkar Aceh.
Semua itu akan terjawab pada waktunya sebagaimana salat yang memiliki waktu tertentu untuk beribadah kepada Tuhan. Begitu pula dalam dunia politik, menentukan sikap membutuhkan momen yang tepat, apakah maju sebagai Ketua DPD I Golkar, atau memberikan dukungan kepada kandidat lain yang dianggap layak dan mampu memimpin.
Andi Harianto Sinulingga bukan hanya politisi, melainkan guru kehidupan bagi banyak orang. Dari Aceh hingga Jakarta, namanya identik dengan integritas, kesederhanaan, dan visi kebangsaan yang inklusif. Di tengah hiruk-pikuk politik, ia membuktikan bahwa loyalitas dan humanisme bisa berjalan seiring sebuah teladan langka di era yang kerap diwarnai intrik.
"Politik adalah seni merajut harapan, bukan merobek harga diri," – Andi HS.