Edi Fadhil, Gerakan "Cet Langet" yang Membumi
Font: Ukuran: - +
Edi Fadhil. (Dok. Dialeksis)
EDI FADHIL (33), tidak asing dan sangat dekat dengan kalangan masyarakat akar rumput. Lewat Gerakan Cet Langet yang digagasnya telah menggugah kepedulian semua pihak terhadap kaum miskin. Sudah puluhan rumah berhasil dibangun.
Pria kelahiran Lamraya, Aceh Besar, 16 Juni 1984 ini juga melakukan Gerakan Mari Belajar (GMB), satu program pemberian beasiswa untuk anak-anak yang putus sekolah atau terancam tak ada biaya untuk melanjutkan studi. Program ini berhasil memberi beasiswa murid SD, SMP, dan SMA sebesar Rp175 ribu hingga Rp200 ribu per anak untuk tiap bulannya, berbasis Facebook.
Dia menggalang dana dari donatur melalui media sosial dengan mempublikasikan foto-foto calon penerima (orang-orang miskin). Penyumbang berasal dari Aceh, provinsi lain dan luar negeri.
Edi Fadhil (33), alumnus Fakultas Hukum Unsyiah mengawali aktivis sosial kemasyarakatan sejak menjadi kader HMI Cabang Banda Aceh. Dia mulai memimpin Sekolah Demokrasi Aceh Utara (SDAU) dan dipercaya mengemban posisi direktur pada Perkumpulan Sepakat.
Bahkan berbagai kegiatan yang diinisiasi itu selalku ia unggah di wall facebook miliknya. Ini untuk memberitahu sekaligus menjadi laporan pertanggungjawaban terhadap mereka yang sudah ikut peduli.
Edi Fadhil, aktivis Cet Langet yang menancap ke bumi. Itu kesan ketika bertemu dengan dialeksis.com. "Masih di luar ini bang, nanti kalau sudah selesai urusan saya telepon abang," ujarnya saat ditelepon untuk minta bertemu.
Ternyata tidak sulit menghubungi sosok yang namanya sangat populer di kalangan orang-orang miskin itu. Tidak lazimnya, bila semakin terkenal semakin susah berkomunikasi.
Fadhil yang berpenampilan bersahaja, mengaku saat ini dia sudah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan ditempatkan di bagian hukum kantor Gubernur Aceh. Namun itu tidak menghalanginya untuk turun ke lapangan membantu orang-orang miskin.
Sebagai abdy negara, dia menggunakan waktu senggangnya peduli kaum miskin. Bila jam istirahat siang bagi pegawai negeri sipil (PNS), swasta, dan instansi lain sangatlah menyenangkan. Ada yang mencari tempat makan siang dengan menu spesial. Atau menjemput anaknya di sekolah. Malahan banyak yang memilih nongkrong di warung kopi, tapi tidak bagi Edi Fadhil (32). Dia justru memanfaatkan waktu luang itu untuk hal lain yang tak kalah bermanfaat.
Fadhil menyebur sampai saat ini sudah ada 44 unit rumah yang tidak layak huni berhasil direhab dan dibangun. Selain itu diberikan bantuan modal dengan nama usaha "Super Store". Sedangkan untuk beasiswa anak-anak yang putus pendidikan yang sebanyak 223 anak yang dibantu.
Sang inspirator Cet Langet itu mengaku ide awal dia membangun rumah-rumah untuk kaum duafa, ketika berada di Aceh Utara. Saat itu seorang teman memberikan foto hasil dari pemetaan etnografi kemiskinan menunjukkan rumah seorang kaum duafa di Aceh Utara.
Karena sangat tergugah, Edi Fadhil berinisiatif membantu. Dia pun mendatangi pemilik rumah dan meminta izin rumahnya untuk dipasang di akun Facebook-nya.
"Bu bisa nggak ya rumah ini saya ingin dan masuk di Facebook saya. Ooo, bisa katanya," ujar Edi mengisahkan.
Lewat Facebook, Fadhil menjaring dukungan. Selain mengunggah foto calon penerima bantuan juga Fadhil memberikan ketentuan, 1 like 1 comment harus bayar. Ternyata respons publik positif, hingga terkumpul Rp7 juta dalam tempo tiga hari.
"Jadi kalo kita misalnya ada status terus orang ngelike no comment tu kan biasa aja. Kalo ini saya tetapkan tarif. Sekali ngelike Rp100 ribu, sekali comment Rp100 ribu. Kalau Anda like dan comment harus bayar Rp200 ribu," tutur Fadhil
Kerja kemanusiaan yang dilakukan Edi Fadhil dan kawan-kawannya untuk membangun rumah, pemberdayaan ekonomi, dan pendidikan anak sekolah itu, Yayasan Saidina Award memberikan penghargaan untuk kategori Penggerak Pendidikan melalui Penggalangan Dana Via Media Sosial untuk Keberlangsungan Pendidikan Anak Ekonomi Lemah.
Edi Fadhil juga mendapat Anugerah Komunikasi Indonesia Tahun 2016 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Aktivitas sosial yang dilakukannya Edi, menyebabkan kalangan DPRA harus belajar. Dia diundang untuk mempresentasikan cara membangun gerakan peduli kaum duafa lewat Gerakan "Cet Langet". Kiat peduli kaum dhuafa juga dipaparkan di hadapan gubernur Aceh Zaini Abdullah dan pejabat Pemerintah Aceh saat itu.
Menurut Edi Fadhil, konsep peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan itu sederhana. Hal itu harus satu paket, ketika ada program pembangunan rumah harus disertai stimulus pemberdayaan ekonomi dan memberikan pendidikan bagi mereka yang sangat tidak mampu.
Saat ini katanya sedang menawarkan usaha penjualan satu paket coklat. Hasil penjualan cokelat sebesar 30 persen akan digunakan untuk keperluan membangun rumah bagi kaum duafa. []