Jum`at, 31 Oktober 2025
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Pegiat Literasi Aceh Ingatkan Pentingnya Menulis Budaya di Era Digital

Pegiat Literasi Aceh Ingatkan Pentingnya Menulis Budaya di Era Digital

Kamis, 30 Oktober 2025 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pegiat literasi Aceh, Siti Aminah dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal di Aceh Besar, Kamis (30/10/2025). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pegiat literasi Aceh, Siti Aminah, menilai bahwa menulis tentang budaya lokal bukan hanya kegiatan kreatif, tetapi juga sebuah upaya pelestarian identitas dan sejarah daerah.

Lulusan Magister Ilmu Perpustakaan dan Informasi dari Central China Normal University (CCNU), Wuhan, Tiongkok, ini menegaskan pentingnya menghidupkan kembali karya-karya dan memori budaya yang mulai dilupakan oleh generasi muda Aceh Besar.

"Budaya itu kan sangat umum, tapi bagaimana menulis konten kearifan lokal khususnya di Aceh Besar bisa membangkitkan dan mewarisi lagi karya-karya yang sudah lama ditinggalkan. Dengan begitu, anak-anak generasi sekarang bisa membacanya kembali,” ujarnya saat dimintai tanggapan oleh media dialeksis.com di sela-sela kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal di Aceh Besar, Kamis (30/10/2025).

Menurutnya, media sosial kini menjadi ruang baru bagi warga Aceh untuk memperkenalkan kembali budaya dan permainan tradisional yang mulai hilang.

Ia menyarankan agar masyarakat menuliskannya dalam bentuk cerita pendek atau konten visual agar mudah diakses dan menarik bagi generasi muda.

“Hal-hal sederhana seperti permainan anak zaman dulu bisa ditulis ulang, dibuat konten pendek, lalu dibagikan di media sosial. Itu bagian dari literasi juga,” katanya.

Kepada anak muda, ia berpesan agar bijak menggunakan teknologi. Ia mengingatkan bahwa kecanggihan gawai seharusnya tidak menjauhkan mereka dari sejarah dan akar budaya sendiri.

“Anak muda jangan hanya sibuk dengan gadget. Kalau pun sibuk, gunakan untuk hal-hal penting. Baca tentang sejarah, karena orang yang melupakan sejarah akan mudah dilupakan, dan orang yang tidak membaca sejarah akan buta tentang masa depan,” ujarnya.

Menurutnya, generasi muda Aceh kini mulai kehilangan kedekatan dengan sejarah dan kearifan lokal. Padahal, warisan budaya seperti tradisi, kuliner, permainan rakyat, hingga sejarah lokal adalah fondasi pembentuk identitas masyarakat Aceh.

“Kita tahu bahwa generasi sekarang sangat sulit membaca sejarah atau mulai melupakan nilai-nilai lokal. Nah, melalui kegiatan penulisan kebudayaan ini kita mengingatkan kembali memori yang hilang di tengah-tengah masyarakat,” katanya.

Siti Aminah menilai, menulis tentang budaya juga dapat berdampak positif terhadap sektor lain, seperti pariwisata.

Ia mencontohkan, jika seseorang menulis tentang Lampuuk dan keindahan alamnya, hal itu bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke sana.

“Tulisan bisa jadi promosi wisata. Ketika orang membaca cerita tentang Lampuuk, mereka bisa tertarik berkunjung. Jadi, literasi budaya juga bisa mendorong sektor pariwisata di Aceh Besar,” ujarnya.

Sebagai akademisi dan pegiat literasi, Aminah mendorong agar pemerintah terus memperluas kegiatan literasi hingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dari kota hingga pedesaan. Ia juga menekankan pentingnya adaptasi literasi di era digital.

"Literasi harus menyentuh semua aspek, dari masyarakat kecil sampai ke atas. Pemerintah, seperti yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Besar, sudah mulai melakukan sosialisasi. Tapi masyarakat juga perlu ikut aktif menulis dan mempromosikan budaya Aceh melalui media sosial atau jurnalisme warga,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI