Selasa, 26 Agustus 2025
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Lamuri, Pintu Masuk Awal Peradaban Islam di Asia Tenggara

Lamuri, Pintu Masuk Awal Peradaban Islam di Asia Tenggara

Senin, 25 Agustus 2025 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Prof. Dr. Husaini Ibrahim, MA, arkeolog sekaligus Guru Besar Sejarah FKIP USK. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perdebatan panjang mengenai di mana sesungguhnya Islam pertama kali bertapak di Asia Tenggara kembali mendapat titik terang dari hasil kajian arkeologi di Aceh.

Prof. Dr. Husaini Ibrahim, MA, arkeolog sekaligus Guru Besar Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala (USK), menegaskan bahwa Lamuri, sebuah kawasan yang kini berada di Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar merupakan pintu masuk awal Islam di kawasan Nusantara.

Menurut Prof. Husaini, sebelum Islam masuk, masyarakat Aceh telah hidup dalam tatanan pemerintahan yang mapan dengan pengaruh Hindu-Buddha.

Mereka juga memiliki kearifan lokal yang tinggi, sehingga ketika para pemimpin kerajaan mulai memeluk Islam, ajaran baru itu mudah diterima rakyat.

“Bukti terkuat mengenai jejak awal Islam di Aceh ditemukan di Lamreh. Batu-batu nisan di kawasan ini menunjukkan adanya pemerintahan Islam jauh sebelum abad ke-13. Bahkan beberapa temuan menunjukkan Islam sudah hadir di Aceh sejak abad ke-8,” jelas Prof. Husaini kepada media dialeksis.com, Senin (25/8/2025).

Hasil temuan arkeologi di Lamreh dan Kampung Pande Banda Aceh menjadi bukti otentik. Batu nisan khas Aceh yang ditemukan di sana tidak hanya mencerminkan teknologi seni batu yang tinggi, tetapi juga menyimpan catatan sejarah penting.

Salah satu batu nisan di Lamreh mencatat wafatnya seorang tokoh pada tahun 389 H atau 1007 M, jauh lebih tua dari makam Sultan Malik al-Shalih di Samudra Pasai (1297 M) yang selama ini dianggap sebagai bukti pertama Islam di Nusantara. Bahkan, temuan lain menunjukkan adanya Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basyir yang wafat pada 1211 M di Lamreh.

“Lamuri dan Kampung Pande merupakan situs kerajaan Islam yang lebih tua dibandingkan Perlak maupun Samudra Pasai. Dari sini Islam berkembang ke berbagai pelosok Nusantara,” tegas Prof. Husaini.

Kajian mengenai awal mula Islam di Aceh selalu menghadirkan dua kubu teori besar. Sarjana Barat seperti Snouck Hurgronje dan Moquette berpendapat Islam datang melalui India dibawa pedagang, dengan bukti awal di Samudra Pasai.

Sebaliknya, sarjana Timur seperti Hamka dan Ali Hasjmy menegaskan bahwa Islam datang langsung dari Arab melalui para mubalig, bahkan jauh lebih awal, yakni di Perlak pada abad ke-9.

Namun, Prof. Husaini menilai bahwa kajian arkeologi terbaru memperkaya paradigma lama. “Dengan pendekatan kebudayaan dan ekologi, kita bisa melihat bahwa Islam hadir tidak hanya melalui perdagangan, tetapi juga lewat akulturasi budaya, perkawinan, hingga peran para raja yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan,” jelasnya.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa sebelum berdiri Kerajaan Aceh Darussalam, di Aceh Besar telah ada tiga dinasti besar yaitu Dinasti Manteu, Dinasti Po Liang, dan Dinasti Alaiddin.

Dari dinasti inilah lahir kerajaan Lamuri yang awalnya bercorak Hindu-Buddha, kemudian beralih ke Islam. Maharaja Lam Teuba, salah satu raja Lamuri, disebut telah menerima Islam dari seorang pendakwah Arab pada tahun 754 M.

Dari sinilah Islam perlahan berkembang hingga akhirnya Sultan Alaiddin Johan Syah memimpin Lamuri sebagai raja Islam pertama pada tahun 1205 M, jauh sebelum berdirinya Samudra Pasai.

Selain faktor keagamaan, posisi Aceh yang strategis di Selat Malaka menjadi kunci penyebaran Islam. Sejak abad ke-5, kawasan ini sudah terlibat dalam perdagangan jarak jauh antara India, Arab, dan China. Rempah-rempah, kapur barus, hingga cendana dari Aceh menjadi komoditas utama yang menarik para saudagar asing untuk singgah dan berdagang di pelabuhan-pelabuhan seperti Lamuri, Pedir, dan Pasai.

“Hubungan dagang inilah yang mempercepat proses Islamisasi. Para saudagar muslim menikah dengan perempuan lokal, lalu anak-anak mereka tumbuh sebagai muslim. Dari sinilah Islam menyebar secara alami,” ungkap Prof. Husaini.

Hingga kini, situs Lamuri dan Kampung Pande masih menyimpan jejak kebesaran sejarahnya. Di Kampung Pande misalnya, selain dikenal sebagai pusat perajin logam, juga menjadi pusat pemerintahan pasca keruntuhan Lamuri akibat serangan luar dan bencana alam.

“Lamuri adalah situs berlapis yang mencerminkan tiga zaman yaitu prasejarah, Hindu-Buddha, dan Islam. Kekayaan arkeologi ini harus dijaga dan diteliti lebih dalam agar generasi mendatang memahami bahwa Aceh adalah pintu masuk Islam pertama di Asia Tenggara,” pungkas Prof. Husaini. [nh]

Keyword:


Editor :
Redaksi

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
17 Augustus - depot
sekwan - polda
bpka