Kearifan Khanduri Apam Di Pidie
Font: Ukuran: - +
* Sebuah Tradisi Syi’ar Yang Hampir Hilang
DIALEKSIS.COM | Pidie - Puluhan remaja dan anak muda Teupin Raya, Pidie memukul rapai sambil bershalawat menyambut H. Muhammad Nazar, Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012, di jalan menuju Meunasah Kupula, Teupin Raya, Geuleumpang Tiga Pidie, 12 April 2018.
Para geuchik, mukim Teupin Raya dan lalu datang pula Camat Geuleumpang tiga T. M. Dawod ikut menyambutnya. Nazar yang saat ini memimpin Partai SIRA setelah partainya itu lebih lima tahun menyepi dari politik praktis sebagai peserta pemilu nampak seperti orang yang sedang dirindukan kehadirannya dalam kegiatan sosial budaya masyarakat itu, yaitu Khanduri Apam— sebuah tradisi yang bernilai syiar Islam yang masih kental diperingati di kabupaten Pidie dan Pidie Jaya.
Sedangkan kabupaten/ kota lainnya di Aceh sudah tidak banyak lagi yang melaksanakannya. Pada masa-masa kesultanan Aceh telah dibudayakan untuk diadakan selama bulan rajab.
Para tokoh masyarakat lainnya juga nampak menyambut Nazar dengan gembira, sementara puluhan ibu-ibu yang sedang membuat apam di bawah tenda ikut berhenti dan ada yang langsung menyapa "peue haba bang Nazar, that trep kamoe preh hawa meuk foto sigo nyoe," kata beberapa ibu yang membuat Nazar tertawa sambil memberikan respon: "ka bereh nyan, siat treuk ta foto beh, peu seuleusoe apam laju ilee, kamoe ka hawa that nyoe.
Lalu ratusan masyarakat dari berbagai gampong dan kemukiman dalam kecamatan Geuleumpang Tiga sebagiannya memasuki gedung meunasah Kupula yang berukuran cukup besar dan sebagiannya nampak bergegas mempersiapkan hidangan apam, buah-buahan dan minuman untuk disajikan kepada para undangan dan masyarakat.
Lalu Nazar pun dipersilakan duduk di atas sebuah kasur yang sudah dibalut rapi dengan kain indah yang membuat Nazar kembali bercanda: Hai pakon na kaso nyoe bak khanduri apam lam meunasah? Hahaha, Nazar tertawa lebar. Pak camat menjawab ini pengganti kursi pelaminan pak wagub, khusus untuk bapak. Lalu Nazarpun mempersilakan Camat dan Geuchik gampong meunasah Kupula untuk ikut sama-sama duduk di atas kasur yang dibalut itu. Acarapun dimulai, dibuka oleh Drs. Rahmat Gade selaku Ketua Panitia Pelaksana kegiatan khanduri apam.
Beberapa menit setelah Ketua Panitia membuka acara, Geuchik Musdir selaku tuan rumah mulai memberi sambutan dan menjelaskan bahwa masyarakat di Teupin Raya masih setia dengan khanduri apam. Biasanya apam dibuat di rumah-rumah lalu dibawa ke meunasah, tetapi kali ini karena akan ada tamu kehormatan khusus maka dibuat di meunasah di bawah tenda yang sudah disiapkan sehingga tamu juga bisa melihat proses bikin apam yang benar dengan rasa yang gurih dan enak. Sekaligus ini merupakan salah satu potensi kuliner dari Pidie raya, termasuk pidie Jaya, kata Geuchik Musdir
Usai sambutan Geuchik Musdir, ketua panitia selaku pembawa acara mempersilakan camat Geuleumpang Tiga untuk ikut memberikan sambutan tetapi dikarenakan waktu yang sempit dan keadaan mendung mulai turun rintik hujan, camat T. M. Dawod meminta panitia untuk langsung mempersilakan H. Muhammad Nazar yang sudah ditunggu-tunggu masyarakat untuk menyampaikan ceramah agama dan budayanya. Lalu pembawa acara mempersilakan Nazar. Maka Nazarpun bangkit dari duduknya dan memulai menyampaikan pemikiran-pemikirannya di hadapan masyarakat yang hadir di dalam gedung meunasah maupun yang menonton dan mendengarkannya di teras serta halaman meunasah.
Dalam ceramahnya, Nazar mengatakan di Aceh itu paling banyak khanduri (kenduri) karena ada sebabnya dan banyak tujuannya. Tetapi prinsip dari pelaksanaan sebuah khanduri adalah harus selalu sesuai dengan nilai Islam dan keimanan. Di Aceh itu, antara agama dan budaya tidak dapat dipisahkan. Ada yang datang dari kebudayaan Islam dan ada budaya lokal yang diislamkan. Karena itu khanduri di Aceh secara umum adalah untuk membangun silaturahmi, mensyiarkan iman, memperkuat jaringan internal sosial masyarakat maupun dengan tetangga yang berbeda gampong. Sehingga dalam acara khanduri apam, khanduri maulid, khanduri udep lainnya dan khanduri mate selalu warga gampong tetangga yang diundang meski belum tentu ada hubungan keluarga secara langsung dengan pelaksana khanduri.
Demikian juga khanduri adalah untuk melatih mentalitas keikhlasan memberi dan juga sebagai wujud rasa syukur sambil berdoa kepada Allah yang telah memberikan rezki. Serta wajib dijaga jangan sampai khanduri itu mubazir, semuanya harus bermanfaat. Nah, jadi tak ada yang salah dalam khanduri, dan bukan itu bukan bid’ah serta tidak dilarang. Bahkan dulu pada masa-masa kesulthanan Aceh, terutama manakala pada saat baru usai terjadi proses pengintegrasian kerajaan-kerajaan kecil menjadi kerajaan Aceh Darussalam di abad XVI, para Sulthan Aceh selalu memanggil para ulama agar memberikan fatwa hukum sunnat terhadap beberapa jenis khanduri seperti maulid, isra’ mi’raj, baraat (nisfu sya’ban) sehingga otomatis menjadi hukum agama di Aceh.
Jadi khanduri di Aceh juga adalah ajang dan instrument silaturrahmi dan rekonsiliasi. Berdasarkan al Quran dan hadis setiap mukmin itu bersaudara. Maka untuk membangun persaudaraan dan mengatasi konflik itu ada banyak cara, termasuk lewat mekanisme khanduri. "Jai pake maka le khanduri," ungkap Nazar. Jika ada anggota dalam sebuah keluarga tidak mau berkumpul dengan saudara-saudaranya yang pernah atau sedang berkonflik internal dalam sebuah khanduri nujoh yang dianggap sakral maka kemungkinan rekonsiliasi lain semakin sulit," lanjut Nazar yang juga seorang peminat urusan-urusan pembangunan, perekonomian, kesejarahan, agama, sosial budaya dan peradaban itu.
Selain itu, dalam ceramahnya Nazar juga mengajak masyarakat agar tidak boleh malu-malu mengakui kekurangan serta mengenal kelemahan agar lahir kelebihan dan kekuatan. Merubah prilaku menjadi lebih baik dan pro pembangunan adalah modal sosial untuk sebuah kemajuan, ungkap Nazar. Para pemimpin dan rakyat masing-masing ada kelebihan dan ada kekurangan. "Ketika saudara memilih seorang pemimpin atau seorang anggota dewan nilailah dengan baik, jangan sampai hanya dihargai seratus ribu rupiah sekali saja lalu dilupakan selama mereka berkuasa. Maka jangan biasakan menjadi pemilih dan politisi uang. Jika saya memilih si A sebagai pemimpin dan si B sebagai perwakilan saya di Dewan lalu saya marah kepada mereka karena alasan mereka tidak mampu atau katakanlah mereka ternyata bodoh maka saya selaku pemilih ikut bersalah besar," jelas Nazar. Karena itu masa lalu itu mari kita jadikan pengalaman, cermin, guru dan nilai, sedangkan masa depan adalah sejarah sebenarnya yang harus kita ukir dengan cemerlang.
Menutupi ceramahnya Nazar membacakan sebuah syair yang nampak berkulitas hadih maja yang dibuatnya secara spontan di HPnya dalam perjalanannya mulai dari pegunungan seulawah hingga ke kota Sigli yang ditulisnya dalam bahasa Aceh. Berikut kutipan lengkapnya:
KHANDURI APAMDi Nangroë Acèh le that khanduri
syiar islami jeuët keu seumpeuna
khanduri udép khanduri maté
hanjeuët tapeucré syariat ngen adat budaya
Nilai syariat sak lam tradisi
mangat bèk salah adat budaya
geuhukôm sunnat ladôm khanduri
syi’ar islami geu peudong teuga
Ta meukhanduri makna meu bri-bri
silaturrahmi meuikat teuga
nyan kon hai salah kon bid’ah beunci
yang peunténg bak niët ho tameuk jak ba
peutimang tauhid syari’at suci
peukara wajéb hanjeuët tahinda
hanjeuët salah niët ta meukhanduri
Allah pih neubri phahla ngen ridha
nibak uroë nyoë takalon akhi
khanduri apam di Teupin Raya
ban saboh Acèh dilèë nyan syiar tradisi
leubèh lom meuri sigom Pidië Raya
inong ngen agam muda ngen mudi
jaroë ngen gaki siap seudia
lam buleuën rajab apam geukhanduri
peunoh hikeumah ngen bijaksana
asai meuasai apam khanduri
di Nangroë Pidië ngen Acèh dumna
meumacam bagoë haba geurawi
bah laén kali tapeugah teuma
jinoë tapeugah apam khanduri
syiar islami ngen adat budaya
haleuë tapajôh ngen tanikmati
ban mandum akhi jak beutrôk rasa
talam ngen pingan apam khanduri
deungon bismillah laju tabuka
ngen kuah tuhè mangat han sakri
tamah jép kupi mangat lagoë na
nyoë jeunih apam haleuë cicipi
bèbaih nikmati hana bahaya
nyoë apam darat mandum dituri
seusuai syar’i ngen adat budaya
bèk na teumakôt jidrop lé peulisi
apam khanduri hareuëm pih hana
neujak beutrôk kalon beu meuri
bèk salah qalbi jeuët syok wa sangka
meu bida keubit apam yang dipromosi
nyan apam online ba lam nuraka
ngen macam hareuga nyan muda mudi
dijak publoë droë bak sosial media
hai Bansa Aceh ban mandum akhi
nyan aneuk Bansa peuseulamat sigra
leumpah that malèë ka Nangroë syareu’i
lagèë tan wali ngen ureueng tuha
peureunoë aneuk nyan sijak bayi
wajéb hai akhi hukôm agama
bèk tapeubiyeuë aneuk tan keundali
keubeuë keubiri pih ék tajaga
iman agama culok lam haté
mulai bayi sampoë ‘oh tuha
mangat ditu’oh udép syareu’i
haleuë ngen hareuëm wajéb peubida
Sijarah ukeuë ureuëng muda uké
bèk sampé jahé rugoë usia
hareuëm tapeubloë badan ngen tari
jak ta keumbali u jalan agama
Muhammad Nazar
Meunasah Kupula, Teupin Raya, Pidie, Kamis, 12 April 2018