Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Kaset Tape Era 90an Kembali Jadi Tren

Kaset Tape Era 90an Kembali Jadi Tren

Jum`at, 12 Januari 2018 19:06 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Sammy

Ilustrasi kaset tape. (The Verge)

DIALEKSIS, Jakarta - Dalam pesatnya kemajuan teknologi dan kemudahan dalam menjalani apapun termasuk mendengarkan musik, justru kaset tape, media memperdengarkan musik di era 90an, kini kembali jaya.

Melansir Techcrunch yang mengutip Nielsen Music, setelah beberapa tahun belakangan piringan hitam atau vinyl berjaya, penjualan kaset tape naik 35 persen pada satu tahun terakhir.

Naiknya kaset tape tak miliki sebab musabab yang sama dengan naiknya vinyl beberapa tahun belakangan. Kaset tape lebih disebabkan oleh dorongan pop kultur, seperti ditampilkannya kaset tape di film superhero Guardians of the Galaxy Vol.1 dan 2, serta serial Netflix Stranger Things dan 13 Reasons Why yang mengambil setting retro.

Selain itu jika di AS, pertunjukan teater Broadway juga dikasetkan dan jadi platform favorit pendengar. Hal ini pun membuat beberapa judul album lawas juga naik penjualan kasetnya. Sebutlah Nevermind dari Nirvana serta Purple Rain dari Prince.

Hal ini terjadi di tengah merebaknya industri streaming. Jika ingin mendengarkan sebuah album, kini kita bisa masuk aplikasi Spotify dan dan musik akan mengalir langsung ke telinga Anda dengan praktis.

Pada awal kehadirannya di Indonesia tahun lalu, Spotify langsung membuat penggunanya rela menghabiskan waktu sebanyak 1.165 miliar menit untuk melakukan streaming musik. Pengguna menghabiskan rata-rata 90 menit per hari untuk mendengarkan musik dari Spotify, karena kemudahannya.

Spotify sendiri memiliki 140 juta pengguna aktif, dan 60 juta pengguna yang membayar. Perusahaan yang kini sudah berusia 11 tahun tersebut memiliki valuasi sebesar 13 milyar Dollar.

Ini belum termasuk rival utama Spotify yakni Apple Music, yang secara gradual memiliki pertumbuhan pengguna yang baik, yakni 27 juta pengguna yang membayar.

Terlebih lagi, Apple makin mendominasi di bisnis streaming musik, pasalnya Apple mengakuisisi Shazam, yang sebelumnya menyumbang klik ke Spotify dan juga Google Play Music lebih dari satu juta klik per harinya.

Masih ada layanan streaming musik lain yakni Joox yang merupakan aplikasi streaming 'freemium' populer di Asia Tenggara, dan YouTube sedang merencanakan untuk rilis layanan streaming musiknya sendiri di tahun ini, dengan dukungan Warner dan Sony Universal. (Merdeka)


Keyword:


Editor :
Samy Khalifa

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda