Din Saja: Pentingnya Membumikan Kesenian Aceh dalam Kurikulum Pendidikan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Din Saja, seorang penyair, seniman, budayawan, sekaligus aktivis kesenian Aceh. [Foto: net]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Din Saja, atau yang dikenal pula dengan nama Ade Soekma dan Fachruddin Basyar, seorang penyair, seniman, budayawan, sekaligus aktivis kesenian Aceh, menekankan pentingnya menjadikan karya puisi, syair, dan hikayat Aceh sebagai bagian dari kurikulum pendidikan.
Menurutnya, langkah ini krusial untuk menanamkan kecintaan generasi muda terhadap kultur dan budaya Aceh sejak dini.
Din Saja berpendapat, puisi, syair, dan hikayat bukan sekadar produk seni, tetapi juga warisan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan sejarah.
"Jika generasi muda kita mengenal dan memahami kekayaan budaya ini, mereka akan tumbuh dengan identitas yang kuat sebagai anak Aceh," ujarnya saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (9/1/2025).
Ia mengusulkan agar karya-karya kesenian Aceh mulai diajarkan sejak jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga tingkat atas. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga dibekali dengan wawasan budaya yang mendalam.
Din Saja juga menyoroti pentingnya membentuk budaya literasi di kalangan generasi penerus. Ia menyatakan, literasi budaya dan seniadalah kunci untuk menciptakan generasi yang tidak hanya melek huruf, tetapi juga memiliki pemahaman akan jati diri mereka melalui seni dan budaya Aceh.
“Budaya literasi ini akan menjadi fondasi untuk melestarikan seni dan budaya Aceh di masa mendatang. Jika kita tidak mulai sekarang, kapan lagi? Seni Aceh harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sekadar sejarah yang terlupakan,” tegasnya.
Langkah ini, menurut Din Saja, juga akan mendukung pelestarian berbagai jenis kesenian Aceh lainnya, seperti tari, musik, dan seni pertunjukan. Ia berharap pemerintah, pendidik, dan seluruh elemen masyarakat dapat bersinergi dalam mewujudkan visi ini.
“Anak-anak kita perlu memahami bahwa puisi, syair, dan hikayat adalah cerminan jiwa Aceh. Ini bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang siapa kita sebagai masyarakat Aceh,” tutupnya. [ar]