Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Air Mata di Ujung Sajadah, Film Drama Perempuan Perjuangkan Harta Paling Berharga

Air Mata di Ujung Sajadah, Film Drama Perempuan Perjuangkan Harta Paling Berharga

Rabu, 02 Agustus 2023 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Zulkarnaini

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Industri film Indonesia semakin diramaikan dengan kehadiran sebuah karya baru yang menjanjikan, yaitu film berjudul "Air Mata di Ujung Sajadah." 

Dalam film garapan Beehave Pictures ini, para penonton disuguhi dengan kisah keluarga yang mengharukan, sekaligus mengangkat isu anak angkat dan keperempuanan. 

"Air Mata di Ujung Sajadah" menyatukan beberapa artis top Indonesia yang akan menghidupkan karakter-karakter sentral dalam cerita ini. 

Di antara para bintang yang akan berperan dalam film ini adalah Fedi Nuril, Titi Kamal, dan Jenny Rachman, yang telah terbukti mampu memberikan penampilan akting luar biasa dalam proyek-proyek sebelumnya.

Mengusung genre keluarga, film ini akan mengajak penonton menyelami cerita tentang kehidupan seorang ibu yang sedang memperjuangkan yang sangat berharga.

Sebagai seorang ibu, dia harus merelakan putranya untuk berjuang menghadapi liku-liku kehidupan yang tak terduga. 

Kisah penuh emosi ini diharapkan dapat menyentuh hati penonton dari berbagai kalangan, mengingat tema keluarga merupakan hal yang dekat dengan banyak orang.

"Kami ingin menghadirkan cerita yang memancing rasa empati dan memperkuat pemahaman kita tentang kompleksitas peran seorang orang tua, terutama dalam konteks anak asuh. Film ini akan menyentuh aspek-aspek hukum dan agama yang relevan dengan situasi tersebut, serta menggali esensi dari keikhlasan seorang ibu yang telah melahirkan anaknya namun mengalami pemisahan dengan sang anak,” kata Produser Eksekutif Teuku Nausa dalam wawancara dengan Dialeksis.com, Selasa (2/8/2023).

Lebih lanjut Teuku Nausa mengatakan, film "Air Mata di Ujung Sajadah," ini ingin disampaikan adalah tentang pentingnya keikhlasan dari orang tua asuh untuk menghadapi situasi yang kompleks dan menyampaikan dengan bijak bahwa ada orang tua kandung yang masih ada dan memiliki hubungan darah dengan sang anak.

Melalui narasi yang disajikan dalam film, karakter orang tua asuh akan dihadapkan pada konflik batin yang mengharuskan mereka untuk berpikir dengan bijaksana dan terbuka. 

Film ini menggambarkan bahwa hubungan darah seorang anak dengan orang tuanya adalah sesuatu yang penting, dan memiliki orang tua kandung yang mencintai dan merawatnya adalah hak alamiah setiap anak.

Sebuah kisah pribadi yang dialami oleh salah satu keluarga Teuku Nausa telah menginspirasi lahir film "Air Mata di Ujung Sajadah." Melalui hasil diskusi dengan teman-temannya dan Production House (PH), Teuku Nausa bersama tim produksi berhasil menciptakan sebuah film yang mendalam dan bermakna.

Kisah keluarga Teuku Nausa tentang mengadopsi seorang anak menjadi cikal bakal dari cerita yang mengharukan dalam "Air Mata di Ujung Sajadah." 

“Pengalaman pribadi ini menjadi titik awal bagi saya dan teman-teman untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keikhlasan dalam menghadapi situasi keluarga yang kompleks, terutama ketika melibatkan anak asuh,” kata Teuku Nausa.

Lebih lanjut Teuku Nausa mengatakan, hasil dari diskusi intensif dengan teman-teman dan Production House (PH), film ini dianggap sebagai medium edukasi dan informasi bagi masyarakat. 

Teuku Nausa dan tim produksi berharap bahwa "Air Mata di Ujung Sajadah" dapat menyampaikan pesan tentang cinta, kekeluargaan, dan pentingnya pemahaman tentang hak-hak anak.

"Film ini bukan hanya sekedar hiburan semata, tetapi juga menjadi jendela yang menggambarkan bagaimana keluarga bisa terbentuk dari berbagai latar belakang, termasuk melalui proses adopsi," kata Teuku Nausa dalam wawancaranya.

Dengan kesadaran akan peran media sebagai sarana edukasi dan informasi, Teuku Nausa berharap film ini dapat menginspirasi masyarakat tentang pentingnya mendukung hak anak asuh untuk mengetahui asal-usulnya dan memiliki kesempatan untuk mengenal keluarga kandungnya.

"Air Mata di Ujung Sajadah" dihadirkan sebagai cerminan kehidupan nyata dan menggugah emosi penontonnya. Film ini diharapkan dapat mengajak penontonnya untuk merenung dan menghargai pentingnya keikhlasan, kasih sayang, dan dukungan dalam membentuk keluarga yang penuh cinta dan pengertian.

Dalam film ini, Teuku Nausa juga berharap masyarakat dapat memahami lebih dalam mengenai proses adopsi dan bagaimana peran masyarakat dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung anak-anak yang diadopsi agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

Sementara itu Teuku Nausa, sebagai tokoh di industri film Indonesia, memiliki tekad yang kuat untuk mendorong perfilman Indonesia agar mampu bersaing dengan film-film Hollywood. 

Dengan kesadaran akan potensi dan kekayaan budaya Indonesia, Teuku Nausa berusaha untuk mengangkat cerita-cerita yang unik dan mendalam dari dalam negeri, sehingga mampu menarik perhatian pasar global.

Teuku Nausa berkomitmen untuk meningkatkan kualitas produksi, sinematografi, skenario, dan akting para pemain. Dia menyadari bahwa film Hollywood memiliki standar produksi yang tinggi, namun percaya bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi yang baik, perfilman Indonesia dapat mencapai kualitas yang setara atau bahkan lebih baik.

“Saya mendukung para sineas muda Indonesia dan para senior memberikan kesempatan bagi bakat-bakat lokal untuk berkembang. Saya berharap dapat menemukan bakat-bakat baru yang memiliki potensi untuk menghasilkan karya-karya berkualitas tinggi,” katanaya.

Dalam upayanya untuk bersaing dengan film Hollywood, Teuku Nausa juga memahami pentingnya kolaborasi internasional. Dia terbuka untuk bekerja sama dengan para sineas dan produser dari luar negeri untuk menciptakan proyek-proyek film yang menarik dan memiliki daya saing global. Kolaborasi semacam ini dapat membuka pintu bagi film-film Indonesia untuk lebih dikenal di kancah internasional.

Dengan semangat dan dedikasi dari tokoh seperti Teuku Nausa, industri perfilman Indonesia semakin bersemangat untuk menghasilkan karya-karya yang dapat bersaing dengan film-film Hollywood. 

“Dengan mengangkat cerita-cerita unik, meningkatkan kualitas produksi, mendukung bakat lokal, dan berkolaborasi dengan pihak internasional, perfilman Indonesia memiliki peluang besar untuk tampil di panggung internasional dan menjadi kebanggaan bangsa,” pungkas Teuku Nausa.

Rencana gala premiere film "Air Mata di Ujung Sajadah" pada tanggal 16 Agustus 2023. Acara tersebut akan menjadi momen yang spesial untuk para pemain, tim produksi, serta para undangan VIP dan media dalam merayakan kelahiran film yang penuh makna ini, di Plaza Senayan XXI.

Setelah gala premiere, film "Air Mata di Ujung Sajadah" akan tayang perdana di seluruh bioskop di Indonesia pada tanggal 7 September 2023 mendatang. Penayangan secara nasional ini akan memungkinkan para penonton dari berbagai kota dan daerah di Indonesia untuk menikmati kisah yang mengharukan ini dan merasakan makna dari cinta dan keikhlasan.


Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda