Ketua Pordasi Buka Cabor Pacuan Kuda PON XXI di Aceh Tengah
Font: Ukuran: - +
Atlet memacu kudanya pada perlombaan cabor pacuan kuda PON XXI Aceh Sumut di Kota Takengon, Provinsi Aceh. [Foto: MC PON XXI Aceh Sumut]
DIALEKSIS.COM | Takengon - Ketua Pordasi Pusat, Triwaty Marciano, secara resmi membuka pertandingancabang olahraga pacuan kuda PON Aceh-Sumut XXI di lapangan pacuan kuda Hasan Gayo di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Rabu (11/9/2024).
Ia mengatakan dengan adanya lapangan yang representatif ini semoga olahraga berkuda di Aceh Tengah semakin maju dan berkembang.
"Ini kesempatan pecinta olahraga berkuda untuk berkembang dengan adanya lapangan yang sudah setaraf nasional ini," kata Triwaty Marciano, dalam rilis media center PON XXI Aceh Sumut.
Ketua Pordasi Pusat juga memberikan apresiasi yang besar terhadap antusias masyarakat dalam event pacuan kuda PON.
"Kita lihat semua bahagia hadir menyaksikan pacuan kuda setaraf nasional. Yang hadir dari 13 provinsi di Indonesia dan memberikan yang terbaik," kata Triwaty Marciano, disambut tepuk tangan.
Begitu juga Penjabat Bupati Aceh Tengah, Subhandhy mengucapkan terima kasih kepada Presiden Republik Indonesia bapak Jokowi yang telah membagikan keberkahan PON Aceh-Sumut ke XXI untuk masyarakat Gayo. "Terima kasih Pak Presiden atas kepercayaan beberapa event dilaksanakan di Aceh Tengah hingga membawa berkah yang besar bagi masyarakat kami," ucapnya.
Perlombaan cabor pacuan kuda di Kota Takengon, bagi masyarakat merasakan atmosfir yang positif Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut XXI 2024 di Takengon.
Takengon, masyarakatnya hampir secara keseluruhan sebagai penggemar pacuan kuda. Sebelum PON di Aceh Tengah, ada dua kali turnamen tradisional pacuan kuda dilakukan pemerintah setempat.
Bagi masyarakat Gayo khususnya pacuan kuda adalah ajang silaturahmi keluarga besar. Dimana saat pesta pacuan kuda, ramai-ramai masyarakat membawa bekal dari rumah yang disantap disela-sela pacuan kuda.
Masyarakat tumpah ruah di lapangan menyaksikan event besar nasional PON. Warna-warna payung sebagai pelindung dari teriknya matahari, tak membuat masyarakat mundur. Tradisi ini akan lebih kuat dengan hadirnya lapangan yang bertaraf nasional. [*]