DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerhati Politik dan Pemerintahan, Risman Rachman mengatakan bahwa tanpa keberanian Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Safrizal Zakaria Ali yang mengangkat isu empat pulau ke hadapan publik pada 15 Mei 2025, bisa saja masyarakat tidak mengetahui keputusan Kemendagri yang telah ditandatangani pada 25 April 2025 lalu.
Padahal, menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi berdampak besar terhadap batas wilayah Aceh ke depan.
“Kalau Pak Humam menghantam Safrizal, saya diam-diam malah berterima kasih kepada Safrizal,” ujar Risman dalam Podcast SagoeTV bertema “Sengketa Empat Pulau: Menggali Akar, Mencari Solusi” dilansir media dialeksis.com, Jumat (27/6/2025).
Menurut Risman, tidak berlebihan jika publik kemudian geger menyoroti kebijakan Kemendagri terkait batas wilayah empat pulau tersebut.
Ia menyebut, peran figur publik seperti Safrizal turut membantu membuka tabir persoalan yang sempat luput dari perhatian masyarakat.
“Kan bisa saja yang rapat itu memutuskan bersama, lalu berjalan terus begitu saja tanpa publik tahu. Tapi Safrizal memberitahukan, lalu diangkat media, akhirnya ramai,” jelasnya.
Risman juga menyoroti peran warganet yang dianggap memiliki ingatan tajam terkait janji-janji politik. Ia menyinggung janji Mualem sebutan akrab Gubernur Aceh pada Februari 2025 di Tapak Tuan yang sempat berkomitmen untuk mengambil kembali empat pulau tersebut.
"Pada Februari, itu Mualem pernah berjanji di tapak Tuan akan mengambil balik empat pulau ini. Dan kebetulan lagi Kemendagri terbaru yang dikeluarkan, yang ditanda tangani pada 25 April, itu genap dalam seratus hari masa kerja mualim. Jadi kesempatan netizen itu cukeh (colek)," ujarnya.
Momentum mencuatnya kembali isu sengketa empat pulau itu, kata Risman, menjadi semacam “pemantik” publik untuk menagih janji kepemimpinan Mualem.
Apalagi kebetulan keputusan Kemendagri tersebut keluar tepat dalam seratus hari masa kerja Mualem, sehingga menjadi bola panas yang cepat bergulir di tangan warganet.
“Pucit panglima (katanya Panglima GAM). Paiduk seumaloe (Pasti disegani). Nah itu bahasa netizen. Barulah meledak di tangan netizen,” kata Risman, mengutip istilah khas Aceh yang bermakna sindiran tajam. [nh]