Beranda / Politik dan Hukum / Survei Darmansyah Teratas, Terpa Isu Kian Kencang

Survei Darmansyah Teratas, Terpa Isu Kian Kencang

Senin, 02 September 2024 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Fauza Andriyadi, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Washliyah Banda Aceh dan Peneliti Jaringan Survei Inisiatif. Foto: Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Mulai dari tuduhan "tidak layak memimpin daerah penghasil pala Aceh Selatan" hingga isu tak sedap bahwa untuk mendapatkan dukungan partai, seseorang harus membayar Rp1 miliar kepada Partai NasDem. 

Namun, tuduhan tersebut terbantahkan melalui klarifikasi Misran, Bendahara DPD NasDem Aceh Selatan, yang kemudian dikuatkan oleh Muntasir, Ketua DPD Partai NasDem Aceh Selatan, serta dibantah langsung oleh Darmansyah dan Zamzami, Sekwil Partai NasDem. Semua klarifikasi ini dipublikasikan di media Dialeksis.com (01/09/2024) dalam artikel berjudul, "Tuduhan Suap dalam Pemilihan Calon Bupati Aceh Selatan Tidak Terbukti."

Pemicu dari isu hoaks tersebut ternyata terungkap dari hasil temuan Dialeksis dalam sebuah dokumen indikator lembaga survei berjudul, "Peluang Menang Calon Bupati di Kabupaten Aceh Selatan." Survei ini dilaksanakan pada periode 25 Juli – 1 Agustus 2024, menggunakan metode multistage random sampling dengan 400 responden, tingkat kepercayaan 95%, dan margin of error 5%.

Hasil survei tersebut menunjukkan top of mind calon bupati, dengan Darmansyah berada di posisi teratas sebesar 18,6%, diikuti oleh Mirwan MS (14,9%), Hendri Yono (13,5%), Tgk. Amran (8,6%), Edi Saputra (3,1%). Sisanya adalah Zaitun MHD (0,8%), Raja Masbar (0,8%), Hadi Surya (0,7%), Cut Syazalisma (0,6%), Deni Irmansyah (0,3%), Bustami Hamzah (0,1%), sementara yang tidak menjawab mencapai 38,0%.

Menanggapi serangan dan tekanan isu hoaks yang diarahkan kepada Darmansyah, Fauza Andriyadi, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Washliyah Banda Aceh dan Peneliti Jaringan Survei Inisiatif, menyatakan bahwa upaya pembunuhan karakter semacam itu menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh oknum tertentu yang tidak beretika dalam mewujudkan prinsip demokrasi yang baik.

"Seharusnya, penyebaran isu hoaks tidak mencerminkan karakter masyarakat Aceh Selatan, apalagi jika klaim tersebut berasal dari orang Aceh Selatan sendiri. Hal ini justru menciptakan citra buruk bagi kita, saya sebagai bagian dari masyarakat Aceh Selatan," ujarnya saat dihubungi oleh Dialeksis.com (02/09/2024).

Fauza Andriyadi, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa dalam berpolitik, yang terpenting adalah memberikan pendidikan politik yang menyadarkan serta menggugah masyarakat Aceh Selatan untuk memastikan mereka tidak salah memilih kandidat.

"Bukan dengan menyebarkan isu hoaks untuk menjatuhkan orang lain. Jika praktik semacam ini terus terjadi di Pilkada Aceh Selatan, maka kualitas demokrasi akan menurun dan tidak dapat menjadi contoh yang baik bagi generasi mendatang," tegasnya.

Fauza berharap agar ke depan tidak ada lagi isu hoaks yang dijadikan cara untuk menjatuhkan seseorang dalam Pilkada Aceh Selatan. Ia menekankan pentingnya berperilaku politik yang beretika, menjunjung tinggi moralitas, serta memberikan pendidikan politik yang meliputi pemahaman tentang rekam jejak para kandidat, kapasitas mereka, dan sosialisasi visi serta misi semua kandidat.

"Yang terpenting adalah menggugah simpati dan empati masyarakat Aceh Selatan, bukan dengan cara menjatuhkan seseorang, tetapi dengan bertarung ide, visi, misi, dan program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat di masa depan," tutup pria humoris ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI