Relawan Bustami Gabung Mualem, Sinyal Kelemahan di Calon Lain Jelang Pilkada Aceh 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Pengamat politik dan akademisi Aceh, Usman Lamreung. Dokumen untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Persaingan politik dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terus bergerak dinamis sepanjang minggu ini, memanaskan atmosfer menjelang hari pemungutan suara.
Dukungan dan aliansi politik pun tampak bergeser secara signifikan, salah satunya terjadi dalam peralihan dukungan Relawan Bustami Aceh (RBT) yang awalnya mendukung pasangan calon Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi, namun kini mengalihkan dukungan kepada pasangan Muzakir Manaf-Fadhlullah atau yang akrab disapa Mualem-Dek Fadh.
Keputusan RBT untuk meninggalkan pasangan Bustami-Fadhil dan menyatakan komitmen mendukung Mualem-Dek Fadh memberikan dampak politik yang besar.
Pengamat politik dan akademisi Aceh, Usman Lamreung, menilai langkah ini bukan hanya sekadar pergeseran dukungan, namun juga menandai adanya kelemahan dalam struktur pendukung Bustami-Fadhil yang mungkin belum sepenuhnya kuat.
Menurut Usman, perubahan arah dukungan ini mengirimkan sinyal jelas kepada publik bahwa terdapat ketidakstabilan dalam fondasi politik pasangan calon nomor urut 1.
“Perubahan dukungan ini tentu memiliki dampak besar terhadap psikologis pendukung dan simpatisan, dalam politik, peralihan dukungan dari kelompok relawan yang awalnya setia pada satu calon dapat menimbulkan kekhawatiran bagi simpatisan lainnya. Keputusan yang diambil oleh RBT ini menandakan adanya dinamika dan mungkin ketidakpuasan internal yang belum terlihat di permukaan," ujar Usman Lamreung kepada Dialeksis.com, Minggu, 10 November 2024.
Menurut pernyataan RBT, keputusan untuk mengalihkan dukungan tersebut bukanlah langkah yang diambil dengan ringan.
Beberapa faktor krusial menjadi pertimbangan, termasuk keberlanjutan visi pembangunan Aceh yang dirasa lebih relevan dengan program kerja Mualem-Dek Fadh.
Dalam hal ini, dukungan kepada Mualem-Dek Fadh lahir dari kepercayaan bahwa pasangan ini mampu membawa perubahan signifikan yang diharapkan oleh rakyat Aceh.
Usman menambahkan bahwa fenomena seperti ini lumrah terjadi dalam dinamika politik, terlebih pada masa kampanye, di mana berbagai kepentingan dan strategi dijalankan.
“Perubahan dukungan relawan atau mesin politik biasanya mencerminkan adanya celah pada soliditas calon yang ditinggalkan, ini adalah tantangan bagi Bustami-Fadhil untuk segera melakukan introspeksi dan mengonsolidasikan kembali kekuatan mereka, atau mereka bisa kehilangan lebih banyak lagi pendukung yang merasa terombang-ambing oleh ketidakpastian politik," ujarnya.
Peralihan dukungan ini diprediksi akan memengaruhi perolehan suara, terutama di kalangan masyarakat yang cenderung mengikuti langkah relawan atau simpatisan yang dianggap memiliki pandangan politik yang sama.
Dengan bergabungnya RBT ke Relawan Pendukung Mualem (RPM), pasangan Mualem-Dek Fadh diperkirakan akan mendapat dorongan lebih kuat untuk menarik suara pemilih dari basis pendukung Bustami-Fadhil.
“Ketika satu kelompok relawan mengambil langkah berani untuk mengalihkan dukungan, hal ini sering kali diikuti oleh pergerakan dari kelompok-kelompok kecil lainnya,” jelas Usman.
Ini dapat mengubah peta kekuatan politik lokal, dan dalam konteks Pilkada Aceh, keputusan RBT tentu menjadi salah satu momentum penting yang mungkin akan menginspirasi kelompok relawan lainnya untuk mengevaluasi ulang dukungan mereka.
Bagi pasangan Bustami-Fadhil, kehilangan dukungan RBT berarti mereka harus segera mengambil langkah strategis untuk mempertahankan basis pendukung yang tersisa.
Menurut Usman, salah satu tantangan terbesar bagi pasangan ini adalah bagaimana mempertahankan loyalitas simpatisan mereka di tengah gempuran kampanye Mualem-Dek Fadh yang kini semakin gencar.
“Bustami-Fadhil harus segera menunjukkan komitmen nyata yang dapat mengikat kembali hati para simpatisan. Jika tidak, mereka bisa mengalami penurunan dukungan yang signifikan dalam waktu singkat, Komunikasi politik yang solid dan pembuktian nyata melalui program-program yang dekat dengan masyarakat adalah cara yang efektif untuk meredam dampak peralihan dukungan ini," tegasnya.
Menurut Usman, jika pasangan Bustami-Fadhil ingin memulihkan kepercayaan masyarakat, mereka perlu mengambil langkah cepat untuk menyampaikan pesan yang kuat dan konsisten, serta memperkuat komunikasi dengan simpatisan dan masyarakat luas.
“Dalam politik, simbolisme seperti ini sangat kuat. Bukan hanya tentang siapa yang mendukung siapa, tetapi juga tentang bagaimana pergeseran dukungan ini dipersepsikan oleh masyarakat. Apakah masyarakat melihat ini sebagai tanda kelemahan atau sekadar bagian dari dinamika kampanye," tambahnya.
Usman menggarisbawahi bahwa kompetisi yang dinamis dalam Pilkada Aceh kali ini menunjukkan adanya kesadaran politik yang meningkat di kalangan masyarakat.
"Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana persaingan ini tetap berlangsung sehat, serta bagaimana para calon dapat menawarkan solusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat Aceh,” pungkasnya.[*]