Politik Identitas Kuat Pengaruhi Pilihan Pemilih Banda Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : biyu
Saddam Rassanjani, Dosen FISIP Universitas Syiah Kuala dan Kandidat Doktor University of Strathclyde. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengaruh politik identitas dari daerah sekitar diprediksi akan kuat mewarnai kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Banda Aceh tahun ini. Saddam Rassanjani, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala, menilai identitas politik yang berkembang di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar berpotensi memberi pengaruh signifikan di ibu kota Provinsi Aceh tersebut.
"Dinamika lokal di Banda Aceh tidak dapat dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya, terutama Pidie dan Aceh Besar yang memiliki basis massa cukup besar di sana," ujar Saddam saat dihubungi Dialeksis.com pada Senin (19/06/2024).
Saddam menjelaskan bahwa kedua kabupaten tersebut dikenal kental dengan politik identitas berbasis kesukuan dan keagamaan. Hal ini berpotensi mewarnai pola kampanye dan strategi pemenangan calon dalam Pilkada Banda Aceh nanti.
"Potensi penggunaan isu-isu primordial seperti kesukuan dan agama bisa saja muncul untuk menarik simpati massa pendatang dari dua kabupaten tersebut," tutur dia yang saat ini merupakan Kandidat Doktor University of Strathclyde.
Selain politik identitas, Saddam memprediksi politik uang juga berpotensi mewarnai pesta demokrasi di Banda Aceh. Sebab, kontestasi di tingkat lokal dengan skala pemilih yang lebih kecil kerap membutuhkan pendekatan personal yang berujung pada praktik jual beli suara.
Merespons potensi dua pengaruh politik tersebut, Saddam mengimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mengawasi jalannya Pilkada secara ketat, termasuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran dan kampanye bermuatan isu identitas sempit.
"Masyarakat juga diminta untuk cerdas memilih calon dengan program nyata untuk kemajuan Banda Aceh ke depan. Jangan terprovokasi retorika politik identitas dan fanatisme dari luar," tegasnya.
Tidak hanya dipengaruhi isu kesukuan di Pilkada Banda Aceh, menurut Saddam, masih ada isu lain yang akan muncul, yakni isu perempuan dan agama yang akan mewarnai dinamika saat kontestasi Pilkada berlangsung.
"Hal yang anomali ketika tingkat pendidikan dan arus informasi serta data begitu terbuka di Banda Aceh, namun pengaruh kuat politik identitas sangat kental menentukan pilihan politik pemilih. Seharusnya masyarakat lebih logis dan cerdas dalam bersikap memutuskan pilihan politik. Faktanya, hal itu sama sekali tidak berpengaruh," pungkasnya.