Nilai Tawar Mualem di Mata Pusat Lebih Menjanjikan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Dr. Firman, S.Sos., M.A., Dosen FISIP Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dinamika Pemilihan Gubernur (Pilgub) Aceh menunjukkan adanya pertimbangan khusus dari elit pusat terhadap sosok Muzakir Manaf (Mualem) dibandingkan Bustami Hamzah. Dr. Firman, S.Sos., M.A., Dosen FISIP Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, menilai hal ini terkait dengan posisi tawar yang dimiliki Mualem.
"Bargaining position Mualem jauh lebih kuat karena latar belakangnya sebagai mantan petinggi GAM dan jejaring yang dimilikinya dengan elit pusat," ujar Firman saat dihubungi Dialeksis, Sabtu (9/11/2024).
Menurut Firman, ada beberapa faktor yang membuat posisi Mualem lebih diperhitungkan. Pertama, statusnya sebagai mantan petinggi eks kombatan dan GAM memberikan legitimasi historis yang kuat. Kedua, posisinya sebagai ketua partai politik menunjukkan kapasitasnya dalam mengelola kepentingan politik.
"Mualem memiliki basis konstituen yang jelas dan solid. Ini terlihat dari monitoring media yang menunjukkan intensitas pertemuannya dengan tokoh-tokoh berpengaruh di tingkat pusat," jelasnya.
Pengamat politik dari UTA 45 Jakarta ini menegaskan bahwa elit pusat cenderung memilih Mualem karena kemampuannya memastikan empat aspek stabilitas: pembangunan, pemerintahan, politik, dan keamanan. Sementara Bustami Hamzah dinilai hanya mampu menjamin stabilitas pembangunan dan pemerintahan.
"Pengalaman dan rekam jejak Mualem membuat dia lebih dipercaya dalam mengelola stabilitas politik dan keamanan di Aceh. Ini menjadi pertimbangan serius mengingat karakteristik khusus wilayah Aceh," tambahnya.
Firman menyimpulkan bahwa preferensi pusat terhadap Mualem merupakan kalkulasi politik yang mempertimbangkan aspek historis, kapasitas personal, dan kemampuan menjaga stabilitas wilayah.
"Ini bukan sekadar pilihan politik biasa, tapi pertimbangan strategis untuk kepentingan yang lebih besar," tutupnya.