Mencari Pemimpin Ideal untuk Aceh: Lebih dari Sekadar Etno-nasionalisme
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Pengajar Filsafat Politik, TM Jafar Sulaiman. Foto: dok pribadi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengajar Filsafat Politik, TM Jafar Sulaiman mengatakan, politik Aceh selalu penuh dengan kejutan, sulit diprediksi, dan penuh dengan dinamika yang tak terduga.
Menurutnya, untuk membangun Aceh dengan baik, diperlukan empat unsur penting: etno-nasionalisme, kekhususan, nasionalisme Indonesia, dan globalisasi.
"Keempat unsur tersebut harus menyatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, apakah sudah ada figur calon pemimpin Aceh saat ini yang mampu mengintegrasikan keempat unsur tersebut? Jawabannya belum ada," kata Jafar kepada Dialeksis.com, Minggu (28/7/2024).
Saat ini, kata dia, beberapa kandidat calon pemimpin cenderung hanya mengedepankan etno-nasionalisme, sementara nasionalisme keindonesiaan mereka mulai luntur, sehingga menciptakan ketidakseimbangan. Ada pula yang tidak menyentuh aspek global, padahal Aceh hidup dalam konteks global. Banyak isu yang harus diselesaikan, seperti pengelolaan Freeport Sabang dan bagaimana menarik perusahaan internasional untuk berinvestasi di Sabang.
Bagi Jafar, Aceh membutuhkan pemimpin yang mampu memadukan keempat unsur ini. Mungkin ada figur-figur lain yang akan muncul yang dapat memenuhi syarat ini, yang mampu membawa Aceh ke investasi besar.
"Contoh Sabang, dengan potensi wisatanya, harus dikembangkan menjadi megatren bagi turis. Investasi besar-besaran diperlukan untuk ini, tidak boleh setengah-setengah," tuturnya.
Jafar menyebutkan, pemimpin ideal untuk Aceh harus memiliki pengetahuan yang luas, keberanian, dan tidak tersandera oleh satu kelompok tertentu. Ia harus mampu merepresentasikan berbagai kelompok, baik agamis, reformis, maupun nasionalis, serta memiliki pemikiran global dalam membangun Aceh.
"Figur yang cocok untuk Aceh harus memahami etno-nasionalisme dan relasinya dengan kesejahteraan, memahami kekhususan Aceh dan prosesnya, serta memahami peta politik nasional sehingga tidak berkonflik," jelasnya lagi.
Selain itu, sambungnya, pemimpin Aceh harus berhubungan dengan dunia global, memahami politik dan ekonomi internasional, sehingga setiap kebijakan dan implementasi di daerah memiliki relevansi dengan perkembangan global.
"Aceh membutuhkan pemimpin yang bisa memadukan keempat unsur penting ini untuk menghadapi berbagai tantangan dan membawa Aceh menuju masa depan yang lebih baik dan sejahtera," pungkasnya.***