Beranda / Politik dan Hukum / Ketegangan Internal di Kubu Lain, Mualem - Dek Fadh Semakin Mantap Menang Pilkada 2024

Ketegangan Internal di Kubu Lain, Mualem - Dek Fadh Semakin Mantap Menang Pilkada 2024

Kamis, 14 November 2024 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Usman Lamreung, akademisi dan pengamat politik dari Universitas Abu Yatama. Dokumen untuk dialeksis.com. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Usman Lamreung, akademisi dan pengamat politik dari Universitas Abu Yatama mengatakan bahwa pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh 2024 menjadi momen penting dalam perjalanan politik daerah ini. 

Berbeda dengan Pilkada 2017 yang penuh dinamika dan ketegangan internal antara mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Pilkada kali ini terlihat lebih terkoordinasi dengan dominasi dukungan yang lebih solid kepada pasangan calon nomor urut 02, Muzakir Manaf (Mualem) dan Fadhlullah (Dek Fadh).

Pada Pilkada 2017, persaingan politik Aceh sangat intens dan dinamis. Banyak calon gubernur yang bersaing berasal dari kalangan mantan anggota GAM, dan masing-masing membawa basis dukungan yang kuat. 

Dalam kontestasi tersebut, Mualem bersaing ketat dengan Irwandi Yusuf, Zaini Abdullah, dan Zakaria Saman. 

Perpecahan dalam dukungan internal, terutama di kalangan mantan GAM, menyebabkan suara terbagi, menguntungkan calon lainnya, dan akhirnya Irwandi Yusuf berhasil menang tipis.

“Dulu, saat Pilkada 2017, kita melihat ada banyak perpecahan antara sesama mantan GAM. Tapi kali ini, semua tokoh utama dari GAM yang sebelumnya bersaing kini bergabung dan mendukung pasangan Mualem - Dek Fadh,” jelas Usman kepada Dialeksis.com, Kamis, 14 November 2024.

Pasangan Muzakir Manaf dan Fadhlullah (Mualem - Dek Fadh) mendapat dukungan besar dari tokoh-tokoh GAM, Komite Peralihan Aceh (KPA), serta Partai Aceh (PA). 

Tidak hanya itu, mereka juga mendapat dukungan dari berbagai partai nasional dan lokal yang memiliki pengaruh signifikan di Aceh. 

“Perpaduan antara kekuatan lokal dari GAM dan KPA dengan dukungan dari partai-partai nasional menciptakan sebuah koalisi yang sangat solid. Ini adalah sebuah langkah strategis yang membuka peluang besar bagi Mualem dan Dek Fadh,” kata Usman.

Dukungan dari partai-partai besar seperti PDIP, Golkar, dan Gerindra semakin memperkuat peluang kemenangan mereka. 

Bahkan, hasil survei yang dirilis oleh sejumlah lembaga riset menunjukkan pasangan nomor urut 02 ini menempati posisi teratas dengan jarak yang signifikan dibandingkan pesaing mereka.

Tanda-tanda peralihan dukungan dari kubu calon lain semakin terlihat. Beberapa pendukung pasangan nomor urut 01 diketahui mulai mengalihkan pilihannya ke pasangan Mualem - Dek Fadh. 

Hal ini menjadi indikator adanya masalah internal di kubu 01, yang pada gilirannya menguntungkan pasangan 02. 

"Perpecahan dalam kubu 01 menciptakan celah yang semakin lebar bagi pasangan Mualem dan Dek Fadh untuk meraih kemenangan,” ujar Usman.

Peralihan dukungan ini mencerminkan ketidakpuasan dalam kubu 01, baik dari segi kepemimpinan maupun strategi pemenangan yang dinilai kurang efektif. 

Bagi sebagian besar pemilih Aceh, stabilitas dan kesolidan koalisi menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan mereka. 

Oleh karena itu, semakin banyak yang beralih mendukung pasangan yang dipandang lebih mampu menjaga keharmonisan dan menyatukan Aceh pasca-konflik.

Dengan semakin solidnya dukungan yang diterima oleh pasangan Mualem dan Dek Fadh, tantangan besar bagi tim pemenangan mereka adalah menjaga momentum ini. 

Konsolidasi dukungan yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan kemenangan di hari pemilihan. 

“Mualem dan Dek Fadh harus bisa membangun komunikasi yang lebih intensif dengan basis-basis baru, tidak hanya mengandalkan dukungan dari GAM dan KPA saja, tetapi juga dari elemen-elemen masyarakat yang selama ini cenderung memilih calon-calon lain. Inilah saat yang tepat untuk menggali potensi lebih luas,” tambah Usman.

Menurut Usman, Pilkada 2024 ini tidak hanya tentang siapa yang paling banyak mendapatkan dukungan politik, tetapi juga tentang siapa yang mampu menyentuh hati masyarakat Aceh dengan visi yang jelas dan kemampuan untuk menjaga kesejahteraan serta stabilitas pasca-konflik. 

“Aceh membutuhkan pemimpin yang bisa memperjuangkan hak-hak rakyat dan membawa kesejahteraan tanpa meninggalkan jejak-jejak perpecahan,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda