Jokowi Dianggap Tinggalkan Jejak Demokrasi Buruk, Ini Penilaian Peneliti BRIN
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Peneliti Senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Firman Noor. Foto: for Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dinilai mengakhiri masa jabatannya dengan meninggalkan jejak demokrasi yang buruk. Hal ini disampaikan oleh Peneliti Senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Firman Noor.
"Seingat saya, di zaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) demokrasi kita sehat. Berdasarkan lembaga pemerhati dan pendukung demokrasi internasional, Freedom House mencatat, demokrasi di Indonesia saat ini jauh di bawah era Presiden SBY yang bertahan lama di kategori negara bebas atau free country," ujarnya kepada Dialeksis.com, Rabu (7/8/2024).
Firman menyebut, salah satu indikator kemunduran demokrasi di era Jokowi adalah bentuk kepemimpinan yang tidak peduli terhadap demokrasi.
"Di era Jokowi, terjadi elitisme dalam pembuatan kebijakan. Jokowi juga menyuguhkan kembali praktik nepotisme," katanya.
Ia menambahkan, masyarakat awam hanya menjadi penonton dalam proses demokrasi. "Kita memang dibiarkan bicara, tapi pada akhirnya proses pembuatan kebijakan itu ada di tangan Jokowi dan sekitarnya," tambah Firman.
Prof Firman juga menyoroti perlunya keteladanan dari kepemimpinan nasional yang kuat untuk mengatasi sifat patron-klien yang masih kental di Indonesia.
"Kedepan, kita butuh satu model kepemimpinan baru yang lebih menghormati konstitusi, demokrasi, dan menghayati kedaulatan rakyat. Itu harus betul-betul ditegakkan," jelasnya.
Menurutnya, pemimpin nasional yang akan datang harus mampu melepaskan diri dari karakteristik bayang-bayang pemerintahan ala Jokowi.***