Beranda / Politik dan Hukum / Jelang Pilkada 2024, Dinamika Politik di Aceh Selatan Sangat Kompleks

Jelang Pilkada 2024, Dinamika Politik di Aceh Selatan Sangat Kompleks

Minggu, 07 April 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada. Foto: dok dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada mengatakan bahwa dinamika politik di Kabupaten Aceh Selatan sangat komplek. 

Hal ini berdasarkan rangkaian informasi dan data yang dikumpulkan secara cermat kemudian dianalisis dengan berbasis data monetoring media, data observasi maupun rujukan dari sumber yang dapat dipercaya. 

Pernyataan ini disampaikan dalam podcats Jalan Ary Official yang dilansir oleh media dialeksis.com, Minggu 7 April 2024.

Aryos melihat Kabupaten Aceh Selatan sebagai Kabupaten yang unik dan berbeda dengan lainnya, secara kesukuan, Aceh Selatan memiliki penduduk yang heterogen, dibagi dengan beberapa wilayah secara teritorial ada Labuhan Haji Raya, Kluet Raya, Samadua, Meukek maupun Tapak Tuan.

Ia menekankan bahwa Aceh Selatan memiliki eksistensi keberadaan ulama, elit politik serta ketokohannya, bahkan pengaruh kultur itu masih relevan dengan daya pilihan politis di masyarakat Aceh Selatan. 

"Kalau mau main di pilkada Aceh Selatan itu harus menguasai Ulama, Ketokohan yang Baik, teritorial wilayah yang mumpung, kapasitas dan modal besar untuk menjadi seorang bupati di Aceh Selatan," ujarnya.

Aryos juga mengatakan bahwa jumlah desa di Aceh Selatan ada 660 desa dan Kecamatan ada 18 Kecamatan dengan 697 TPS, semua elit politik harus menguasai TPS karena kuncinya hanya kemenangan di TPS. 

Dalam hal ini, untuk kemenangan pemilih di Aceh Selatan ada di wilayah Tapaktuan sebanyak 16.000 pemilih, sawang 11.000 pemilih, Meukek 15.000 pemilih, Pasie Raja 18.000 pemilih dan Kluet Utara 12.000 pemilih. Artinya wilayah ini menjadi basis dukungan untuk pemilihan kepala daerah di Aceh Selatan.

Ia juga mengajak untuk mencermati orang - orang yang pernah menjabat sebagai bupati di Aceh Selatan dari data yang saya tabulasikan ada rentetan Mulai dari Pilkada 2006 itu ada Husin Yusuf dan Daska Azis 

Pilkada 2013 ada Sama Indra dan Kamarsyah dan Pilkada 2018 ada Azwir dan Tengku Amran.

Dalam hal ini, pada Pilkada 2006 jelas euforianya pada saat itu masih menggunakan jalur independen atau jalur perorangan. 

"Saat itu Husain Yusuf dengan Daska Ajis melalui mekanisme perorangan," ujarnya.

Lalu lantas masuk di Pilkada 2013 Sama Indra dan Kamarsyah itu didukung oleh gabungan parnas yaitu Golkar dan Gerindra 

Lantas masuk di Azwir dan Tengku Amran yang berbeda karena ada irisan kolaborasi antara parlok dengan parnas ketika mengusung kandidat ini.

Dalam konteks hari ini Azwir sudah meninggal atau almarhum sehingga ketokohannya menjadi sangat menarik untuk melihat mencermati siapa sih orang yang pas untuk bisa menyaingi pasca tidak ada lagi kedua orang yang memang punya pengaruh kuat di kota pala.

Kolaborasi menjadi satu catatan kemenangan pasangan Azwir dan Teuku Amran sebagai Bupati dan Wakil Bupati Aceh Selatan.

Ia mencermati bahwa dari jumlah kursi pada masing-masing periode di 2014-2014 yang memang dominan besar PPP, Demokrat dan Partai Aceh, dengan perolehan kursi Demokrat 5 kursi, Partai Aceh 5 kursi, Pan 3 kursi dan PPP 3 kursi, Jadi ini totalnya memang jumlah anggota 30 orang.

Dilihat di 2019 dan 2024 itu menariknya bahwa ada pergeseran peta kalau PKB pada tahun 2019 itu satu kursi lantas naik dua Kursi, Gerindra dari satu kursi jadi dua, PDIP yang awalnya ada kursi kemudian hilang kursi, Partai Golkar juga hilang kursi.

Nasdem bertambah dari dua jadi tiga kursi, PPP turun dua kursi tinggal satu kursi saja sedangkan PAN dari tiga kursi turun jadi dua kursi, partai Demokrat turun jadi empat, partal Aeh turun dari 5 jadi tiga kursi.

Bahkan yang menarik PDA naik Jadi dua kursi dan PNA jadi enam kursi dan PKPI ee turun jadi dua yang awalnya jadi empat kursi.

"Nah ini peta untuk mencermati dari hasil Pemilu kemarin," ujarnya.

Aryos melihat pada peta kandidat Bupati berdasarkan monitoring media yang ditangkap ada Tengku Amran, Darmansyah, Hendriono ada Mirwan MS dan Edi Saputra.

kemunculan tokoh-tokoh yang berpotensi mewarnai berkontestasi pada Pilkada 2024 mendatang.

Dalam hal ini, diihat lagi dari nama-nama itu juga ada muncul beberapa nama seperti Deni Irmansah dan Irwandi yang menjadi tokoh-tokoh alternatif dari sebelumnya ada tokoh-tokoh lama. 

"jadi mulai-mulai muncul tokoh-tokoh baru," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa dari hasil survei jaringan survei inisiatif yang dilakukan di tanggal 17 Januari sampai tanggal 27 Januari 2024 itu menunjukkan bahwa nilai pengaruh Mirwan berada di urutan nomor satu, yang kedua nilai pengaruhnya itu ada Henry Yono selanjutnya Darmansyah, Edi Saputra selanjutnya Teuku Amran.

Bahkan dari Pollingkita itu menempatkan Darmansyah sebagai urutan nomor satu.

Aryos mengatakan bahwa ada kriteria sosok bupati yang diinginkan oleh masyarakat Aceh Selatan yang layak untuk dapat menduduki posisi orang nomor di bumi Pala tersebut.

Sosok ini memang dengan kata kunci ingin melakukan perubahan dan pembaharuan, punya pengalaman birokrasi, dan dekat dengan masyarakat akar rumput artinya dia juga orang asli disana dan memiliki latar pendidikan yang jelas dan memiliki kedekatan dengan para ulama 

"Seperti yang dijelaskan di mukadimah di awal pengantar awal," ujarnya.

Lanjutnya, sosok itu juga memiliki jaringan kuat provinsi, nasional, dan internasional bahkan juga sudah jelas karya ataupun penghargaan-penghargaan yang sudah diraih yang bersangkutan.

"Kriteria ini memang pas dan layak untuk bisa dipertimbangkan oleh siapapun termasuk masyarakat di Aceh Selatan, tentunya menjadi satu Barometer untuk bisa meletakkan kepercayaan siapa yang akan didukung siapa yang akan diberikan suara untuk menjadi seorang Bupati di selatan pada periode 2024-2029," ujarnya. 

Ia menegaskan bahwa kabupaten Aceh Selatan harus betul-betul dipahami dan didalami secara tersirat harus betul-betul dilihat dengan cara sudut pandang berbagai sudut dan perspektif sehingga tidak monoton sehingga tidak mendapatkan satu penilaian yang tunggal tapi ada berbagai sisi yang itu akan memperkaya khazanah dan melahirkan satu penilaian yang objektif mendalam dan komprehensif.

"Itu saja dari saya monolog saya untuk membahas tentang Pilkada di Aceh Selatan semua kesimpulan semua hal yang dapat ditangkap oleh sahabati ketika nonton channel ini saya serahkan Saya hanya memberikan gambaran informasi dari hasil presentasi saya tentang dinamika politik menjelang Pilkada di Aceh Selatan," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda