Senin, 07 Juli 2025
Beranda / Politik dan Hukum / Jaksa, Gampong, dan Gerakan Sunyi Antikorupsi

Jaksa, Gampong, dan Gerakan Sunyi Antikorupsi

Minggu, 06 Juli 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Kajati Aceh Yudi Triadi dan Ketua IAD Aceh Juraida Yudi Triadi meninjau pameran kerajinan desa binaan Kejari Bireuen di Paya Santewan Indah, Kota Juang, Jumat (4/7/2025). Foto: Humas Kejari Bireuen


DIALEKSIS.COM | Bireuen - Di tengah rimbunnya pepohonan dan aliran jernih Paya Santewan Indah, Jumat pagi, 4 Juli 2025, Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh Yudi Triadi berdiri terpukau. Di hadapannya, puluhan warga desa, para camat, dan sejumlah pejabat daerah tengah memamerkan produk lokal dari desa-desa binaan Kejari Bireuen. Tak sekadar pameran, kehadiran mereka menyambut satu tujuan: membangun desa bebas korupsi.

“Saya sampai tak bisa berkata-kata,” ujar Yudi dengan mata berkaca. “Melihat langsung hasil pembinaan desa oleh Kejari Bireuen ini, saya benar-benar terharu.”

Geulanggang Gampong, sebuah desa kecil di Kecamatan Kota Juang, Bireuen, telah menjelma menjadi simbol perlawanan terhadap praktik korupsi di level akar rumput. Kejaksaan Negeri Bireuen, melalui program nasional Jaga Desa, mengusung pendekatan pendampingan untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan desa secara transparan dan akuntabel.

Yudi hadir bersama istrinya, Juraida Yudi Triadi”yang juga Ketua Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) Aceh”dan rombongan pejabat dari lingkungan Kejati dan Kejari. Mereka meninjau langsung hasil program desa antikorupsi, mulai dari sistem pelaporan dana desa, produk ekonomi kreatif warga, hingga pengelolaan objek wisata berbasis komunitas.

“Saya melihat ada ketulusan yang besar dari Kajari Munawal Hadi dan jajarannya. Pembinaan seperti ini hanya bisa berhasil jika dijalankan dengan hati,” kata Yudi. “Kalau tidak, seperti botol dan tutupnya yang tak pernah cocok.”

Yudi menyebut Geulanggang Gampong layak menjadi model nasional desa antikorupsi. Ia berharap pendekatan semacam ini tidak berhenti sebagai program seremonial, tapi menjadi gerakan sosial yang melibatkan warga secara aktif.

Dalam sambutannya di hadapan warga dan tokoh masyarakat, Yudi menegaskan kehadiran jaksa bukan untuk mencari-cari kesalahan. “Kami hadir bukan untuk menakut-nakuti. Kami datang untuk mendampingi. Tidak usah ragu dalam mengelola dana desa selama sesuai aturan,” ujarnya lugas.

Pernyataan itu disambut tepuk tangan warga. Kepala Desa Geulanggang Gampong, T Saifuna, dalam sambutannya menceritakan bahwa program desa wisata yang ia kelola tumbuh seiring dukungan Kejari Bireuen. “Kami merasa diberi kepercayaan, dan kami belajar mengelola anggaran dengan benar,” kata Saifuna.

Program pembinaan desa oleh kejaksaan mendapat apresiasi dari Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Bireuen. Koordinator GeRAK, Murni M. Nasir, menyebut model ini sebagai langkah nyata pemberantasan korupsi dari hulunya.

“Ini bukan hanya pendekatan hukum, tapi juga penguatan budaya antikorupsi di tingkat komunitas,” ujar Murni kepada Dialeksis saat diminta pendapatnya. Menurutnya, langkah Kejari Bireuen menunjukkan bahwa pencegahan lebih penting daripada sekadar penindakan.

Murni menilai kehadiran jaksa yang aktif mendampingi aparatur desa mampu membangun relasi kepercayaan yang selama ini renggang. “Ketika jaksa turun ke desa dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, maka warga akan lebih terbuka, dan aparatur desa pun merasa dilindungi, bukan diawasi secara represif,” ujarnya.

Namun ia mengingatkan agar pembinaan ini tidak berhenti pada pencitraan atau acara formalitas. “Program seperti ini harus punya indikator keberhasilan yang terukur dan tidak berhenti pada satu atau dua desa saja,” kata Murni.

Program Jaga Desa yang diusung Kejaksaan Agung kini mulai menunjukkan hasil di sejumlah daerah. Bireuen menjadi salah satu contoh menarik, karena model pembinaan ini tidak hanya menyentuh aspek hukum, tapi juga pemberdayaan ekonomi, penguatan sosial, hingga pembangunan destinasi wisata.

Geulanggang Gampong yang dahulu desa biasa, kini menjadi tempat belajar bersama. Tak hanya soal keindahan alamnya, tapi juga tentang bagaimana membangun tata kelola desa yang bersih dan dipercaya warganya.

Yudi menutup kunjungannya dengan pesan singkat namun kuat, “Kalau ingin negara ini bebas dari korupsi, mulailah dari desa.”

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI