Beranda / Politik dan Hukum / Illiza-Afdhal Siap Perbaiki Pipanisasi Atasi Krisis Air Bersih di Banda Aceh

Illiza-Afdhal Siap Perbaiki Pipanisasi Atasi Krisis Air Bersih di Banda Aceh

Minggu, 22 September 2024 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Calon Walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal didampingi oleh Ketua Kolaborasi Pengusaha Muda Kota (KPMK), Aminullah. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pasangan calon (Paslon) Illiza Sa'aduddin Djamal dan Afdhal siap lakukan perbaikan pipanisasi untuk atasi krisis air bersih di Banda Aceh.

Hal ini disampaikan dalam deklarasi Kolaborasi Pengusaha Muda Kota (KPMK) untuk paslon Illiza Sa'aduddin Djamal dan Afdhal sebagai Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh dalam Pemilihan 2024. 

lliza Sa'aduddin Djamal yang pernah menjabat sebagai Walikota Banda Aceh periode 2014-2017 menegaskan bahwa masalah air bersih bukanlah persoalan baru di Kota Banda Aceh. 

"Persoalan air bersih ini sudah lama ada, bukan hanya masalah yang muncul hari ini. Dari masa kepemimpinan kami, kami sudah mulai membangun sistem yang cukup baik," jelasnya. 

Illiza juga menyoroti berbagai infrastruktur yang telah dibangun untuk memperbaiki sistem air bersih di Banda Aceh, termasuk pembangunan reservoir dan penerapan sistem pengecekan elektronik.

Namun, Illiza mengakui bahwa meski ada beberapa kemajuan, tantangan masih terus berlanjut. 

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah ketersediaan air baku dan sistem pipanisasi yang masih belum optimal. 

"Meski sistem air bersih kota sudah cukup baik, kita masih punya persoalan air baku dan pipanisasi. Ini perlu pembenahan lebih lanjut," tambah Illiza.

Lebih lanjut, Illiza mengungkapkan bahwa meskipun sistem air bersih telah dibangun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam hal operasional dan manajemen. 

Ia menyinggung perlunya evaluasi mendalam terhadap sistem yang diwarisi dari kepemimpinan sebelumnya. 

"Ada yang bilang, ini kan peninggalan masa Pak Mawardi dan Bu Iliza, kenapa tidak dibenahi? Saya sudah tujuh tahun meninggalkan kota ini, tapi insya Allah kita akan berjuang untuk memperbaikinya," ujarnya dengan optimis.

Dalam rangka memperbaiki sistem air bersih, Illiza dan timnya sudah melakukan diskusi dengan berbagai pihak, termasuk belajar dari kota-kota lain yang berhasil mengatasi masalah serupa. 

Salah satu kota yang menjadi acuan adalah Surabaya, yang memiliki PDAM terbaik di Indonesia. 

"PDAM di Surabaya menjadi contoh yang baik, dan kita sudah mulai belajar dari sana. Kita akan lihat mana yang sangat mendesak untuk diperbaiki di Banda Aceh," jelasnya.

Menurut Illiza, salah satu fokus utama dalam membenahi sistem air bersih di Banda Aceh adalah perbaikan pipanisasi, yang membutuhkan anggaran sangat besar. 

"Membenahi pipanisasi ini tidak kecil dananya, membutuhkan sekitar 2 triliun rupiah. Kita akan mulai dari yang paling mendesak, tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa membenahi semuanya akan butuh waktu dan dana yang besar," tambahnya.

Pengalamannya membenahi sistem drainase di Banda Aceh, yang menghabiskan sekitar 1 triliun rupiah, menjadi dasar keyakinannya bahwa meskipun tantangan besar, perbaikan air bersih bisa dilakukan dengan usaha dan dukungan berbagai pihak. 

"Saat itu, untuk membenahi drainase saja, kita butuh dana besar. Jadi, pipanisasi juga serupa, tapi insya Allah dengan kepercayaan dan usaha, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk pemenahan ini,," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda