DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Polemik yang sempat memanas soal pengalihan empat pulau dari Provinsi Aceh ke Provinsi Sumatera Utara kini telah mereda.
Empat pulau tersebut yaitu Pulau Mangkir Besar, Mangkir Kecil, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang akhirnya kembali ke pangkuan Aceh setelah intervensi langsung Presiden RI Prabowo Subianto dan sejumlah tokoh nasional.
Bupati Aceh Barat, Tarmizi, SP, MM, menanggapi momentum ini mengenai perjuangan panjang rakyat Aceh terutama ketika masa konflik dulu.
Menurutnya, apa yang terjadi hari ini bukan sekadar soal batas wilayah, melainkan cerminan sejarah panjang perjuangan dan pengorbanan rakyat Aceh yang patut dikenang dan dihormati.
"Kejadian uroe nyoe (hari ini) gambaran kiban (bagaimana) masa konflik dile (dulu)," tegas Tarmizi dalam teks keterangan di akun Facebook pribadinya yang dilansir Dialeksis, Rabu, 18 Juni 2025.
Tarmizi mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk tidak melupakan masa lalu. Ia menyebut bahwa di masa konflik, rakyat Aceh berjuang dengan berbagai cara demi menjaga kehormatan dan kedaulatan negeri.
“Mandum (semua) rakyat Aceh berjuang dengan cara droe-droe (masing-masing) masing: ada yang mengangkat senjata, ada yang turun ke jalan sebagai aktivis, ada tokoh dan akademisi yang menulis, bahkan rakyat Indonesia di luar Aceh juga turut mendukung dan mendoakan. Ini semua bagian dari sejarah kita," ujarnya.
Menurutnya, tidak ada yang bisa berdiri sendiri dalam perjuangan Aceh. Ia menekankan bahwa keberhasilan hari ini lahir dari darah, keringat, air mata, dan bahkan nyawa yang dikorbankan dalam perjuangan panjang.
Namun, Bupati Aceh Barat juga menyentil pihak-pihak yang pada masa itu cenderung menjauh dan tak menunjukkan keberpihakan terhadap kepentingan Aceh.
Ia menyebut ada segelintir orang yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan perjuangan kolektif bangsa Aceh.
“Hana (tidak ada) loyalitas dan hana (tidak ada) sense of belonging terhadap bangsa Aceh,” kata Tarmizi.
Kini, dengan empat pulau yang telah kembali, Tarmizi menekankan pentingnya menjaga persatuan sebagai kekuatan utama Aceh. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak lagi saling menyalahkan atau mencaci satu sama lain.
Menurutnya, justru di momen seperti ini tali silaturahmi harus diperkuat dan semangat kebersamaan dikobarkan.
“Bargaining Aceh uroe nyo (hari ini) yang paleng rayeuk (besar) nakeuh (cuma) kekuatan persatuan dan kekompakan rakyat Aceh.”
“Bek le (jangan lagi) geutanyo (diantara kita) saling menghujat, saling menjelekkan dan saling bermusuhan. Perkuat erat tali silaturrahmi, akai ku’eh kajeut keubah (akal picik harus dihilangkan),” tegasnya.
Tarmizi juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian polemik empat pulau ini. Ia menyampaikan terima kasih kepada Presiden RI Prabowo Subianto, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Mendagri Tito Karnavian, seluruh pejabat Aceh, serta rakyat Aceh dan Indonesia yang mendukung perjuangan ini.
“Saatnya kita mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah menunjukkan keberpihakan terhadap keadilan untuk Aceh,” pungkasnya.[nh]