Dinamika di Balik Penetapan Cagub-Cawagub Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Risman A Rachman, pemerhati sosial dan politik Aceh. Foto: doc facebook
DIALEKSIS.COM | Aceh - Penetapan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh untuk Pilkada 2024 menyisakan sejumlah pertanyaan. Risman A Rachman, pemerhati sosial dan politik Aceh, mengungkap beberapa hal menarik di balik proses yang menuai kontroversi ini.
"Ada tiga hal krusial yang mungkin bisa mengubah jalannya cerita," ujar Risman kepada Tempo melalui unggahan Facebook-nya, Senin, 23 September 2024.
Ia merujuk pada respons cepat KPU atas surat KIP Aceh, sikap DPRA terhadap Qanun 7/2024, dan reaksi tim Muzakir Manaf-Fadhlullah atas jadwal penggantian cawagub.
Risman menegaskan bahwa tuduhan terhadap KIP Aceh tidak berdasar. "KIP Aceh cukup aktif berkomunikasi dengan Dewan," katanya, merujuk pada sejumlah surat yang dikirim KIP Aceh ke DPRA sejak awal September.
Menariknya, Risman mengamati perbedaan strategi antara dua tim pasangan calon. Tim Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi dinilai agresif dalam membangun tekanan dan propaganda politik.
"Mereka merencanakan aksi mengepung KIP, memasang spanduk yang memojokkan KIP Aceh, dan menyebarkan isu KIP Aceh di bawah kendali partai terbesar," ungkapnya.
Di sisi lain, tim Muzakir Manaf-Fadhlullah cenderung reaktif. "Mereka lebih memilih untuk terus bergerak ke masyarakat lewat temu tokoh dan temu rakyat," jelas Risman.
Meski demikian, Risman melihat dinamika politik Aceh masih dalam batas normal. Ia mengutip sebuah percakapan di warung kopi: "Jangan sampai Bustami gagal, tidak seru kalau ujung-ujungnya melawan kotak kosong."
Pilkada Aceh 2024 akan digelar pada 27 November mendatang. Dua pasangan calon yang telah ditetapkan adalah Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi dengan nomor urut 1 dan Muzakir Manaf-Fadhlullah dengan nomor urut 2.
Kontroversi seputar penetapan pasangan calon ini menjadi sorotan publik dan diprediksi akan terus mewarnai dinamika politik Aceh menjelang hari pemilihan.