Di wilayah lain Nasdem Selalu Bersama Gerindra di Pilkada, Di Aceh akankah Melawan Arus?
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Aduwina Pakeh, Dosen FISIP Universitas Teuku Umar. Foto: doc Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam pesta demokrasi Pilkada 2024, sebuah fenomena menarik telah menarik perhatian publik. Partai NasDem terlihat konsisten mengikuti arah kebijakan Partai Gerindra dalam memberikan dukungan dan mengusung kandidat di berbagai daerah.
Berdasarkan data yang dihimpun Dialeksis.com, terdapat beberapa contoh nyata kolaborasi kedua partai ini. Di Pilkada Sulawesi Tengah, NasDem bergabung dengan Gerindra, PAN, dan PSI dalam koalisi yang mendukung Ahmad Ali. Sementara itu, di Pilkada Banten, NasDem kembali bersatu dengan Gerindra untuk memberikan dukungan kepada Andra Soni.
Pola serupa juga terlihat di Kabupaten Karawang, di mana koalisi Gerindra dan NasDem mengusung Aeep Syaepuloh. Di Kota Medan, kedua partai ini bersama-sama mendukung pasangan Rico Waas dan Zakiyuddin Harahap.
Menyoroti dinamika politik lokal di Pilkada Aceh, pertanyaan yang muncul adalah: akankah NasDem tetap mengikuti langkah Gerindra atau justru memilih untuk melawan arus kekuasaan yang ada saat ini?
Untuk memahami fenomena ini lebih dalam, Dialeksis.com mewawancarai Aduwina Pakeh, Dosen FISIP Universitas Teuku Umar. Menurut Aduwina, keputusan NasDem untuk mengikuti Gerindra menunjukkan komitmen partai tersebut untuk berkolaborasi demi tujuan yang sama.
"Dalam logika politik rasional, di mana ada Gerindra, di situ NasDem ikut. Ini bisa disimpulkan sebagai strategi Gerindra untuk mengikat secara emosional dengan elit berkuasa saat ini, hasil kemenangan di Pemilu 2024," ujar Aduwina kepada Dialeksis.com (11/08/2024).
Lebih lanjut, Aduwina menjelaskan bahwa strategi NasDem ini bertujuan untuk memastikan kelanjutan akses kekuasaan di masa depan bersama Gerindra, yang berhasil memenangkan Prabowo Subianto sebagai presiden dalam Pilpres 2024.
Terkait Pilkada Aceh, Aduwina mempertanyakan kesiapan NasDem jika memutuskan untuk melawan arus dengan memberikan dukungan kepada Bustami Hamzah. "Jika di provinsi dan kabupaten/kota lain di Indonesia NasDem mendukung kandidat yang sama dengan Gerindra, namun di Aceh berbeda, ini akan menjadi beban dalam relasi kekuasaan. Gerindra dan Partai Aceh memiliki ikatan emosional dan kedekatan antara Prabowo dengan Muzakir Manaf," ungkapnya.
Aduwina menilai bahwa keputusan NasDem untuk mendukung Bustami Hamzah berpotensi meruntuhkan hubungan partai tersebut dengan Gerindra. Hal ini dapat mempengaruhi penilaian Prabowo terhadap Surya Paloh dan mengganggu rencana pengelolaan kekuasaan di masa depan.
"Kita akan melihat apakah NasDem memberikan dukungan kepada Bustami, tentunya dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya serta siap menerima dampaknya dari buruknya relasi dengan Prabowo karena berbeda sikap politiknya," tutup Aduwina.