Debat Ketiga Pilgub Aceh Ricuh, Panwaslih Absen dan Manajemen Risiko Dipertanyakan
Font: Ukuran: - +
Situasi saat debat terakhir kandidat Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh berlangsung ricuh, Selasa (19/11/2024) malam. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh -Debat ketiga dan pamungkas calon Gubernur Aceh pemilu 2024 yang seharusnya menjadi ajang pemaparan visi dan misi berakhir dengan kericuhan. Insiden ini dipicu oleh ketegangan antara pendukung calon gubernur, setelah salah satu paslon diduga menggunakan alat elektronik selama debat berlangsung.
Ketegangan memuncak saat pendukung pasangan calon 02 memberikan peringatan keras kepada panitia untuk menghentikan pemaparan paslon lainnya.
Namun, panitia penyelenggara tidak segera mengambil tindakan tegas, hingga akhirnya massa dari kedua kubu meluap ke panggung utama. Situasi ini memicu aksi saling serang, baik secara verbal maupun fisik, yang gagal diredam oleh pihak keamanan di lokasi.
Komisioner KIP yang hadir dianggap tidak mampu merespons situasi dengan cepat. Lebih parah lagi, ketidakhadiran seluruh komisioner Panwaslih Aceh dalam debat ini menjadi sorotan tajam. Informasi yang diperoleh menyebutkan, ketujuh komisioner Panwaslih sedang melakukan perjalanan dinas ke Jakarta, dan hanya mengirimkan staf ahli yang tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
“Rakyat, sebagai pemilik suara dalam pesta demokrasi, sangat dirugikan dengan kejadian ini. Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan, terutama dalam hal manajemen risiko, agar insiden seperti ini tidak terulang,” ujar Muhammad Fahry, Program Manager Katahati Institute, dalam keterangan tertulis yang diterima dialeksis.com pada Kamis (21/11/2024). [*]