Beranda / Politik dan Hukum / Closing Statement Debat Kedua, Om Bus: Aceh Butuh Pemimpin, Bukan Pemimpi

Closing Statement Debat Kedua, Om Bus: Aceh Butuh Pemimpin, Bukan Pemimpi

Sabtu, 02 November 2024 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi (nomor urut 1). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana debat publik kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh berlangsung penuh antusiasme di The Pade Hotel, Lampeneurut, Darul Imarah, Aceh Besar, Jumat malam (1/11/2024). 

Dua pasangan calon, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi (nomor urut 1) dan Muzakir Manaf-Fadhullah (nomor urut 2), kembali bertemu untuk menyampaikan visi, misi, dan komitmen mereka bagi masa depan Aceh. 

Fokus utama debat ini yaitu upaya mereka dalam menangani permasalahan pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan kesejahteraan sosial bagi rakyat Aceh.

Saat sesi penutupan (closing statement), pasangan nomor urut 1, Bustami Hamzah dan Fadhil Rahmi, tampil dengan penyampaian yang penuh makna dan emosional, menyerukan perubahan yang dianggapnya sangat dibutuhkan Aceh saat ini. 

Bustami memulai dengan sebuah pengakuan jujur mengenai realita sosial yang masih banyak dihadapi masyarakat Aceh.

"Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak generasi muda yang belum menikmati pendidikan tinggi. Masih ada angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan yang layak, dan rakyat di desa-desa belum mendapatkan sentuhan layanan kesehatan yang prima," lanjutnya. 

Ia menekankan bahwa tantangan ini adalah kenyataan yang tak boleh diabaikan. Bustami menyatakan keprihatinannya akan nasib generasi muda yang masih sulit mendapatkan pekerjaan hanya karena mereka tidak memiliki jaringan atau koneksi.

Bustami mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk membangun masa depan yang lebih menjanjikan, di mana tak ada lagi yang kelaparan, anak-anak putus sekolah, atau ibu hamil yang tidak mendapatkan nutrisi yang layak. 

Menurut Bustami, Aceh saat ini membutuhkan pemimpin yang kuat, bukan pemimpi. 

"Sudah saatnya kita memperteguh kembali bahwa adat bak pou teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala. Qanun bak putro Phang, reusam bak laksamana," ujar Bustami, mengutip kearifan lokal yang menjadi pedoman hidup masyarakat Aceh.

Sementara itu, Syekh Fadhil Rahmi yang juga merupakan sosok religius, menambahkan dengan mengingatkan masyarakat akan pentingnya memilih pemimpin yang memiliki kompetensi dan keahlian dalam mengelola pemerintahan. 

Dengan tegas ia menyampaikan pesan moral yang relevan, "Sebagaimana dikatakan, 'iza wusidal amru ila ahli ghairihi fan tadhiris saah'. Apabila kekuasaan diberikan kepada yang bukan ahli dan kompeten, maka tunggulah kehancurannya," ucap Fadhil mengutip hadits.

Syekh Fadhil mengajak masyarakat Aceh untuk bersatu dalam memilih pemimpin yang cerdas, berkualitas, dan mampu memimpin Aceh dengan sebaik-baiknya.

Ia menegaskan bahwa Aceh tidak hanya membutuhkan pemimpin yang memiliki ambisi, tetapi juga harus memiliki wawasan luas dan kepekaan terhadap permasalahan yang dihadapi rakyat.

 "Mari kita memilih pemimpin yang mampu dan bermutu, yang cerdas dan berkualitas. Mari menyatu untuk nomor satu di tanggal 27 November yang akan datang," tutup Syekh Fadhil. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda