Hamidy Arsa: Paslon Gubernur 01 Segera Stop Polarisasi Politik Aceh
Font: Ukuran: - +
Wakil Ketua DPD Gerindra Aceh, Hamidy Arsa SIP, MSi, melontarkan kritik keras terhadap dinamika politik di Aceh. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wakil Ketua DPD Gerindra Aceh, Hamidy Arsa SIP, MSi, melontarkan kritik keras terhadap dinamika politik di Aceh, terutama yang terjadi pasca debat ketiga Pilkada Aceh. Hamidy menyoroti polarisasi politik yang menurutnya dilakukan oleh tim sukses pasangan calon gubernur nomor urut 01. Ia menilai narasi yang ditebar melalui media sosial, influencer, buzzer, dan media massa telah melewati batas wajar.
"Narasi seperti 'awak toet rumoh sikula, bodoh, awai bangai', serta framing pasangan calon gubernur nomor urut 02 sebagai inferior dan primitif, adalah bentuk politik yang kejam, tidak etis, dan mencederai perkembangan demokrasi di Aceh," ungkap Hamidy, Kamis (21/11/2024).
Hamidy mengingatkan bahwa kedamaian di Aceh pasca perjanjian Helsinki 2005 adalah hasil perjuangan besar yang dibayar mahal oleh rakyat Aceh dengan puluhan ribu nyawa. Perjanjian itu, menurutnya, mengantarkan Aceh ke era baru yang seharusnya menjadi landasan untuk membangun politik yang lebih dewasa.
"Perjanjian damai Helsinki melibatkan dedikasi dari kedua belah pihak, yaitu Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ini adalah warisan yang harus dijaga, bukan dihancurkan dengan ujaran kebencian," tambah alumnus Université Dauphine Paris itu.
Hamidy juga mengkritik keras tindakan tim sukses pasangan nomor 01 yang dinilai mempolarisasi masyarakat. Ia menyebut dinamika ini berisiko menciptakan jurang perpecahan yang semakin dalam di antara rakyat Aceh.
"Politik seperti ini tidak meninggalkan warisan yang baik bagi generasi muda Aceh. Hentikan politik sesat, polarisasi, dan playing victim. Kita perlu berpolitik secara elegan, sehat, dan bermoral," tegas Hamidy.
Sebagai pengingat, pasangan calon nomor urut 02, Muzakir Manaf dan Fadhullah SE, disebutnya sebagai tokoh yang telah berkontribusi besar dalam menjaga perdamaian di Aceh. Muzakir adalah mantan Panglima Tertinggi GAM, sedangkan Fadhullah memiliki pengalaman panjang dalam parlemen pusat dan sebagai Komandan Operasi GAM wilayah Pidie.
Di akhir pernyataannya, Hamidy memperingatkan tim sukses nomor urut 01 untuk tidak memperuncing dikotomi politik yang sedang terjadi.
"Kita semua adalah rakyat Aceh yang bersaudara. Jangan bangunkan 'harimau yang sedang tidur'. Mari kita ciptakan Pilkada yang damai, beretika, dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi," tutup Hamidy Arsa. [*]