kip lhok
Beranda / PKA7 / Takengon Selain Penghasil Kopi, Juga Ada Beragam Kesenian dan Budaya

Takengon Selain Penghasil Kopi, Juga Ada Beragam Kesenian dan Budaya

Rabu, 15 Agustus 2018 18:24 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. (Antara)

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebagai negeri penghasil kopi terbaik di Indonesia. Kabupaten Aceh Tengah tidak hanya sekadar menyuguhkan soal hasil alam mereka.

Daerah yang terletak di dataran tinggi gayo ini menyimpan cukup banyak cerita ragam budaya, dan keseniannya. Seperti tarian Sining, kesenian tradisional ini akan ditampilkan perdana dalam pagelaran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII.

Tarian Sining akan ditampilkan untuk pertama kalinya di hadapan masyarakat Aceh, Selasa (14/8/2018) malam, di panggung utama PKA VII, taman Ratu Safiatuddin,  Banda Aceh. Kesenian ini merupakan sesuatu hal baru dari Aceh Tengah yang belum pernah ditampilkan.

"Tarian ini baru kita hadirkan sejak Januari 2018 lalu. Kita akan menghadirkan sesuatu yang baru dari daerah dataran tinggi kepada seluruh masyrakat Aceh malam nanti," kata Uswatuddin, Ketua Kontingen Aceh Tengah.

Dikatakannya, tarian Sining telah memperoleh sertifikat dari Kementerian Hukum dan Ham dan diakui menjadi warisan budaya tak benda. Uswatuddin menjelaskan, tarian ini belum pernah ditampilkan sebelumnya. Dimainkan oleh dua orang lelaki di mana seorang penari akan menari di atas bara. Tarian ini jauh berbeda dengan tari guel.

"Kesenian ini belum pernah kita tampilkan sebelumnya. Tarian ini berbeda dengan tari guel,  karena penarinya cuma laki-laki 2 orang. Satu di atas bara dan satu di bawahnya," ujar Uswatuddin.

"Tarian ini adalah kesenian untuk penyambutan tamu juga sebenarnya. Namun ia menceritakan tentang burung malam. Dimainkan di atas bara serta udah diakui dan diliti oleh kementerian.  Ini adalah sesuatu yang baru bagi Aceh Tengah," tambahnya.

Disamping itu, selama berlangsung PKA VII, Uswatuddin mengaku anjungan mereka mendapatanimo masyarakat yang luar biasa. Banyak dari pengunjung penasaran tentang adat, budaya, bahkan ingin belajar bahasa gayo.

"Mulai dari hari pertama hingga saat ini atmosfir kita dapatkan, kami melihat pengunjung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang Gayo itu sendiri.  Karena memang selain menghadirkan replika manusia purbakala, kita juga menghadirkan ada juga aksara gayo," kata Uswatuddin, yang juga merupakan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah. (adv)


Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda