kip lhok
Beranda / Pemerintahan / Surveyor dan PIC Se-Aceh Dilatih Pengisian Data Kepariwisataan dan Ekraf

Surveyor dan PIC Se-Aceh Dilatih Pengisian Data Kepariwisataan dan Ekraf

Selasa, 02 Juli 2024 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Workshop pemahaman indikator dan pengisian data kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang diikuti 50 peserta yang berasal dari surveyor dan PIC 23 Kabupaten/Kota di Aceh pada Senin (1/7/2024) di Rasamala Hotel, Kota Banda Aceh. [Foto: Disbudpar Aceh]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mengingat pentingnya keakuratan data, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh gelar workshop pemahaman indikator dan pengisian data kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang diikuti 50 peserta yang berasal dari surveyor dan PIC 23 Kabupaten/Kota di Aceh pada Senin (1/7/2024) di Rasamala Hotel, Kota Banda Aceh.

Kadisbudpar Aceh melalui Kassubag Program, Informasi, dan Hubungan Masyarakat, Riza Muntasir, berharap keseriusan para peserta dalam mengikuti kegiatan tersebut sehingga motivasi dalam pengambilan data di lapangan dapat terkoordinasi dengan pihak Badan Pusat Statistik.

Apalagai menurutnya, di Aceh akan dilaksanakannya PON sehingga data yang dihimpun oleh surveyor dan PIC sangat membantu untuk mengetahui jumlah akomodasi yang ada di Aceh.

“Oleh sebab itu kami sangat butuh bantuan dari bapak ibu dalam pengambilan data ini. Jadi kami mohon keseriusannya di lapangan, kalau pengambilan datanya salah kita juga yang susah karena data yang diberikan bapak ibu kami pakai salah satunya untuk melihat berapa sih jumlah perhotelan yang ada di daerah kabupaten/kota masing-masing,” ujarnya.

Dengan menghadirkan narasumber yang kompeten, Riza juga berharap para peserta dapat berdiskusi selama kegiatan terkait dengan kendala yang dialami oleh surveyor dan PIC dalam pengambilan data di lapangan maupun mengelola hasil data yang dihimpun.

“Terima kasih kepada pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang sudah mendukung Aceh, salah satunya seperti kegiatan pada hari ini. Terima kasih juga kepada pihak panitia, dan kepada surveyor tolong mengikuti kegiatan ini dengan serius, karena ilmunya kan tidak mudah kita dapatkan, dan alhamdulillah kita hari ini difasilitasi oleh negara,” ujarnya.

Perwakilan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Effendi, menyebutkan, pengambilan data atau servei pada kegiatan statistik pariwisata di tahun 2024 bisa dijadikan sebagai survei bidang jasa pariwisata, survei sebagai prioritas nasional (Pronas), survei/kegiatan pariwisata lainnya.

Menurut Effendi, seiring berjalannya waktu, terdapat beberapa perubahan terkait survei di subditstat pariwisata 2024 seperti, adanya geo tagging menggunakan aplikasi Wilkerstat dalam survei terkait usaha pariwisata. VREST 2024 tidak hanya untuk usaha penyedia makan minum skala UMB, tetapi juga mencakup UMK khusus mengenai konsumsi bahan pokok.

Survei wisatawan nusantara 2024 kemungkinan ditiadakan. Data VIOT sumber utama adalah data online dari Ditjen Imigrasi, data dari daerah akan digunakan sebagai pelengkap.

“Dalam pengambilan data diperlukan adanya kerangka sampel usaha/perusahaan yang digunakan adalah daftar usaha/perusahaan hasil direktori jasa akomodasi yang dilengkapi dengan informasi alamat dan jenis akomodasi. Jumlah usaha yang dilakukan pendataan didasarkan pada jumlah usaha/perusahaan penyedia jasa akomodasi yang ada pada masing masing kabupaten/kota,” imbuhnya.

Konsultansi Sisparnas, Toni Bagus Murdjayanto, menyebutkan, pariwisa Indonesia semakin baik berdasarkan travel and tourism development index (TTDI) 2024 yang dirilis oleh word economic forum (WEF). Kinerja pariwisata Indoneisa terus menunjukkan perningkatan dari tahun ke tahun.

“Berita baik tersebut berdampak meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan melalui pelatihan, mendukung tempat wisata dan penginapan meningkatkan kualitas layanan dan kebersihan, mendukung pelaksanaan beragam acara internasional di Indonesia,” jelas Toni.

Toni menjelaskan, Sistem informasi kepariwisataan nasional (Sisparnas) adalah platform data & informasi kepariwisataan nasional. Sumber data yang diinput secara mandiri oleh Dinas Pariwisata Provinsi, kabupaten/kota Proses data dikembangkan dengan prinsip sentralisasi data.

“Seperti Dinas Pariwisata provinsi, Kabupaten/Kota memiliki dashboard, instrumen pengumpul data dan data dasar kepariwisataan. Kemudian Sisparnas disusun berdasarkan konsep TTDI & mempertimbangkan ketersediaan data (sekunder) yang ada, sehingga terdapat beberapa irisan/kesamaan konsep data dengan IPKN,” ucapnya.

Berdasarkan data-data tersebut, Toni berharap dapat saling mendukung komperhesifitas/pengayaan data pariwisata Indonesia. Sehingga fokus keberlanjutan Sisparnas dapat berjalan dengan optimalisasi, perbaikan, kolaborasi, penguatan dan transformasi. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda