Beranda / Pemerintahan / Pemerintah Aceh Diminta Serius Peduli pada Seniman dan Budayawan

Pemerintah Aceh Diminta Serius Peduli pada Seniman dan Budayawan

Kamis, 02 Januari 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Din Saja, seniman dan budayawan Aceh yang bernama asli Fachruddin Basyar. [Foto: Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Hidup sebagai seniman dan budayawan di Aceh masih jauh dari kata sejahtera. Minimnya perhatian serius dari pemerintah kerap membuat para penggiat seni dan budaya harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup, meskipun karya mereka telah banyak memberikan kontribusi bagi kebudayaan Aceh.

Hal ini disampaikan oleh Din Saja, seniman dan budayawan Aceh yang bernama asli Fachruddin Basyar, dalam sebuah pertemuan eksklusif bersama Dialeksis.com, Kamis (02/01/2025).

Menurut Din Saja, pemerintah Aceh perlu mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan para seniman dan budayawan. Ia menilai, penghargaan terhadap seni dan budaya tidak cukup hanya sebatas pengakuan simbolis, tetapi harus diwujudkan melalui program nyata yang berdampak langsung.

"Seniman dan budayawan adalah penjaga identitas dan kekayaan budaya Aceh. Kalau pemerintah tidak serius memperhatikan nasib mereka, kita akan kehilangan bagian penting dari jati diri daerah ini," ujarnya.

Din Saja menyarankan beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan pemerintah untuk menunjukkan komitmen mereka. Salah satunya adalah memberikan perlindungan asuransi kepada para seniman dan budayawan.

"Banyak dari kami yang bekerja tanpa jaminan kesehatan atau perlindungan sosial. Ketika sakit atau menghadapi musibah, kami harus bergantung pada belas kasihan orang lain. Pemerintah bisa memulai dengan memberikan asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan sebagai bentuk perlindungan dasar," tegasnya.

Selain itu, ia mengusulkan pembentukan koperasi khusus bagi seniman dan budayawan untuk mendukung keberlanjutan ekonomi mereka. Koperasi ini dapat menjadi wadah untuk mengelola kebutuhan finansial, seperti pembiayaan produksi seni atau kebutuhan mendesak lainnya.

"Koperasi bisa menjadi solusi kolektif untuk mengatasi masalah ekonomi yang sering dihadapi seniman. Dengan pengelolaan yang profesional, ini akan sangat membantu kami agar lebih mandiri," kata Din Saja.

Ia juga menekankan pentingnya program berbasis kelompok, seperti pelatihan dan penguatan kapasitas keilmuan. Menurutnya, seniman dan budayawan perlu terus belajar untuk mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan akar tradisional mereka.

"Program pelatihan seperti workshop seni, manajemen panggung, atau digitalisasi seni sangat penting. Ini akan membantu kami untuk tetap relevan dan kompetitif, terutama di era modern seperti sekarang," tambahnya.

Din Saja juga berharap pemerintah dapat menciptakan ekosistem seni dan budaya yang mendukung aktualisasi diri para seniman. Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan ruang kreatif, seperti gedung pertunjukan atau galeri seni, yang dapat digunakan tanpa biaya tinggi.

"Seniman tidak hanya membutuhkan panggung untuk berkarya, tetapi juga ruang untuk berekspresi. Jika ruang-ruang ini tersedia, kami bisa lebih produktif dan masyarakat juga akan mendapatkan manfaatnya," jelasnya.

Ia menegaskan, seni dan budaya bukan sekadar hiburan, melainkan bagian penting dari pembangunan manusia. Karena itu, perhatian terhadap seniman dan budayawan harus menjadi prioritas dalam kebijakan pemerintah.

"Kami tidak meminta kemewahan, hanya ingin dihargai dan diberi kesempatan untuk hidup layak. Dengan begitu, seni dan budaya Aceh bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan bersama," pungkas Din Saja.

Din Saja berharap, tahun mendatang akan menjadi momentum bagi pemerintah Aceh untuk membuktikan komitmennya terhadap seni dan budaya. Langkah kecil seperti pemberian asuransi atau pelatihan keterampilan, menurutnya, bisa menjadi awal yang baik untuk memulai perubahan besar.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI