DIALEKSIS.COM | Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, H. Ghufran Zainal Abidin, menyambut positif kebijakan penurunan harga tiket pesawat Garuda Indonesia dan Citilink selama musim mudik Lebaran 2025. Namun, politikus asal Aceh itu mendesak maskapai nasional untuk menambah frekuensi penerbangan ke Provinsi Aceh guna memastikan aksesibilitas yang merata bagi masyarakat.
“Kebijakan penurunan harga tiket patut diapresiasi. Ini bukti komitmen pemerintah dan BUMN memudahkan mobilitas masyarakat, terutama warga di daerah terpencil seperti Aceh,” ujar Ghufran dalam keterangan tertulis diterima Dialeksis.com, Senin (1/3).
Meski demikian, ia menegaskan bahwa langkah tersebut belum cukup tanpa diimbangi peningkatan ketersediaan jadwal penerbangan ke daerahnya.
Ghufran menyoroti minimnya frekuensi penerbangan Garuda Indonesia ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh. Saat ini, maskapai hanya melayani satu penerbangan pagi dari Jakarta ke Aceh.
“Kami mendorong Garuda menambah penerbangan sore dari Jakarta ke Aceh, serta penerbangan pagi dari Aceh ke Jakarta. Dengan begitu, warga punya lebih banyak opsi waktu dan mengurangi beban antrean tiket,” tegasnya.
Ia juga mengusulkan agar pesawat Garuda menginap (overnight) di Bandara SIM. “Jika pesawat bermalam di Aceh, penerbangan pagi ke Jakarta bisa dilakukan tepat waktu tanpa risiko delay. Ini solusi sederhana untuk meningkatkan kualitas layanan,” tambahnya.
Ghufran menekankan, penambahan frekuensi penerbangan tidak hanya bermanfaat bagi pemudik, tetapi juga mendongkrak pariwisata dan perekonomian Aceh.
“Aceh memiliki destinasi unggulan seperti Masjid Baiturrahman, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Pulau Weh. Akses transportasi yang baik akan menarik lebih banyak wisatawan, sekaligus membuka peluang bisnis bagi UMKM lokal,” paparnya.
Menurutnya, penerbangan sore dari Jakarta ke Aceh juga dapat menjadi pilihan bagi wisatawan atau pemudik yang ingin tiba di malam hari, lalu beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan darat ke kabupaten-kabupaten di Aceh. “Ini akan mendistribusi kepadatan penumpang di bandara dan terminal,” ujarnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, menyatakan pihaknya akan mempertimbangkan masukan tersebut.
“Kami menghargai aspirasi yang disampaikan. Penambahan frekuensi penerbangan ke Aceh akan kami evaluasi berdasarkan permintaan pasar dan ketersediaan armada,” jawabnya.
Wamildan menambahkan, kebijakan penurunan harga tiket Lebaran 2025 telah memperhitungkan potensi kenaikan permintaan di berbagai rute, termasuk Aceh. “Proyeksi kami, jumlah penumpang akan naik 20-25 persen. Jika ada lonjakan signifikan di rute Aceh, kami siap menambah jadwal,” katanya.
Ghufran berharap komitmen Garuda segera direalisasikan. “Penurunan harga tiket harus berjalan beriringan dengan pemerataan akses. Jangan sampai masyarakat Aceh kesulitan mendapatkan kursi karena frekuensi penerbangan yang terbatas,” pungkasnya.