Teori Cinta Segitiga Sternberg: Analisa Perceraian Teuku Ryan-Ria Ricis
Font: Ukuran: - +
Penulis : Tsabilla Ningtyas
Tsabilla Ningtyas, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Kabar perpisahan Teuku Ryan dan Ria Ricis bukan hanya sekedar gosip dalam jagat selebriti, tetapi menjadi cerminan yang dalam tentang dinamika manusia dalam hubungan. Sebagai informasi, Teuku Ryan dan Ria Ricis resmi bercerai pada 2 Mei 2024, setelah 3 tahun menikah. Dari kacamata psikologi, kisah ini mengundang kita untuk merenung lebih dalam tentang bagaimana interaksi antara individu dalam sebuah ikatan emosional.
Psikolog Robert Sternberg mengembangkan teori cinta segitiga pada akhir 1980an, yang terkenal dengan The Triangular Theory of Love. Teori ini memberikan landasan teoritis yang kuat untuk menganalisis kasus Teuku Ryan dan Ricis.
Menilik dari tiga komponen utama cinta Sternberg menyatakan bahwa orang dapat memiliki tingkat keintiman, gairah, dan komitmen yang berbeda-beda setiap saat. Dengan teori Sternberg ini, kita dapat menguraikan permasalahan yang muncul dalam hubungan ini dengan lebih rinci.
Keintiman
Pertama-tama, keintiman. Komponen ini melibatkan perasaan kedekatan (closeness), keterhubungan (connectedness), dan keterikatan (bondedness).
Konteks teori Sternberg, keintiman mengandung pengertian sebagai dorongan untuk melakukan kedekatan secara emosional dengan orang yang dicintainya. Pasangan yang memiliki keintiman tinggi akan tumbuh rasa saling pengertian karena adanya saling memberi dan menerima.
Pada pendekatan emosional, terlihat rapuh dalam hubungan ini. Ketika salah satu pihak merasa tidak didukung secara emosional seperti ketika Teuku Ryan cenderung membela ibunya daripada mendukung pasangannya, hubungan menjadi rentan. Kehilangan dukungan emosional dapat menciptakan perasaan terisolasi dan kesulitan untuk merasa dekat dengan pasangan.
Komitmen
Kedua, komitmen, ini menjaga agar hubungan tetap langgeng dan saling mengalah apabila terjadi masalah. Berdasarkan hasil penelitian, komitmen adalah komponen cinta yang sering muncul dalam setiap tahap pernikahan. Dengan adanya komitmen, pasangan ini dapat mempertahankan keutuhan pernikahannya hingga lebih dari lima tahun.
Berbeda dengan hubungan pernikahan Ria Ricis, kurangnya ikatan komitmen yang terjalin membuat hubungan menjadi hilang arah. Ketika satu pihak ingin menyelesaikan, satunya menutup akses tersebut.
Gairah
Ketiga, gairah atau hasrat juga memainkan peran krusial dalam mempertahankan romantisme dan keintiman fisik. Komponen ini melibatkan perasaan dan keinginan yang mengarah pada ketertarikan fisik, romansa, dan seksual.
Gairah ini meliputi hasrat yang merupakan ekspresi dan kebutuhan seksual yang didalamnya terdapat elemen fisiologis yang selalu ingin dekat secara fisik, merasakan sentuhan, dan melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
Penelitian Cindy dkk (2017) berjudul "Gambaran Triangular of Love pada Pasutri Pasca Melahirkan" menunjukkan bahwa komponen hasrat adalah komponen yang paling rendah diantara komponen keintiman dan komitmen pada pasangan pasca melahirkan.
Ketidakpuasan dalam aspek ini, seperti yang dirasakan oleh Ria Ricis karena jarangnya nafkah batin yang diberikan, dapat menciptakan kekosongan dalam hubungan. Tanpa gairah, hubungan cenderung kehilangan daya tarik dan meningkatkan kemungkinan terjadinya perselingkuhan.
Dari perspektif psikologi, penting untuk dipahami bahwa keberadaan semua komponen cinta ini sangatlah vital dalam menjaga keutuhan sebuah hubungan. Komitmen sendiri tidak cukup untuk menjaga hubungan tetap berjalan; keintiman dan gairah juga harus menjadi fokus perhatian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wismanto (2004) para pasangan yang harmonis pun mengindikasikan bahwa komponen tersebut merupakan salah satu faktor yang paling berkontribusi dalam keberhasilan pernikahan. Oleh karena itu, memahami bagaimana ketiga komponen ini saling berinteraksi dapat membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dalam hubungan.
Dari hubungan percintaan Teuku Ryan dan Ria Ricis, kita dapat merenung bahwa cinta bukanlah sekadar kata-kata, tetapi merupakan tindakan yang memerlukan perawatan dan usaha nyata.
Sangatlah wajar apabila terdapat konflik di hubungan pernikahan, karena hal itu juga merupakan gairah dan keintiman dengan versi yang berbeda. Kegairahan, keintiman, dan komitmen harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh agar hubungan tetap subur dan bahagia.
Hubungan akan bertahan lama jika kedua belah pihak ingin memperbaiki serta memperjuangkan hubungan bersama. Sesungguhnya, cinta yang sejati adalah hasil dari kerja keras, kesabaran, dan komitmen untuk terus tumbuh bersama. [**]
Penulis: Tsabilla Ningtyas (Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)