Jum`at, 19 Desember 2025
Beranda / Opini / Sisakan Air Matamu Untuk Bangkit…!

Sisakan Air Matamu Untuk Bangkit…!

Kamis, 18 Desember 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Bahtiar Gayo

Bahtiar Gayo, Pimpinan Redaksi Dialeksis/Penanggung Jawab. [Foto: dok. dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Opini - Menangislah saudaraku, lepaskan sesak di dadamu. Mengadulah kepada sang maha menentukan hidup ini. Jangan terlalu berharap kepada manusia, karena berharap kepada mahluk akan berbuah kecewa. 

Ketika negara menyatakan dirinya mampu, namun rakyat masih terbelenggu, usaplah air matamu. Jangan lagi kau keluarkan untuk yang sia-sia. Sisakanlah air matamu untuk bangkit. Kita yang didera musibah harus kuat, yakinlah Tuhan akan memberikan yang terbaik.

Tuhan tidak akan menurunkan cobaan bila tidak memberi imbalan diakhirnya. Imbalan itu berupa kemenangan atau kita keluar sebagai pecundang. Kita akan menang bila kita kuat dan yakin, Allah akan memberikan hasil yang baik.

Kita akan menjadi pecundang bila menyerah dengan keadaan, merasa hidup ini bagaikan tidak berarti lagi. Kita masih punya masa depan saudaraku, walau saat ini dibalut derita dalam pusaran prahara.

Jangan menyerah dengan keadaan. Tuhan memberikan cobaan karena kita mampu menghadapinya. Karena itu janji Allah, tidak menguji manusia diluar batas kemampuanya. Kita diuji Tuhan, karena Tuhan memilih kita, karena kita mampu menghadapinya.

Apakah ini ujian Tuhan atau hukuman? Nurani kita yang mampu menjawabnya. Bila hukuman, itu merupakan balasan Tuhan atas kesalahan dan maksiat yang kita perbuat selama ini. Sudah seharusnya kita bertaubat.

Bila ini ujian (karena ujian bukan hanya musibah, namun kenikmatan juga bentuk ujian), tentunya melatih kesabaran kita untuk mengangkat derajat dan semakin mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Apakah ini hukuman atau ujian, nurani kita yang menjawabnya.

Bagi saya ini hukuman. Kita telah larut dan lalai selama ini, maksiat dimana-mana. Dampaknya ketika Tuhan menghukum kita, yang tidak bersalah dan berdosa juga ikut terseret ke dalamnya. Bukan hanya mereka yang bermaksiat. 

Ada diantara kita kehilangan orang yang kita cintai, bahkan jasadnya ada yang belum ditemukan. Yang hilang, bila nanti jasadnya tidak ditemukan, kita harus ihlaskan karena dia sudah bersemayam ke asal muasalnya. Damai dalam pelukan bumi. 

Kita kehilangan harta benda dan sumber hidup. Dilarikan gemuruh, bagaikan tidak bertepi, tidak diketahui dimana rimbanya. Semuanya itu titipan Ilahi, jangankan harta benda, diri kita juga bila sudah masanya, harus kita ihklaskan kembali kepangkuan-Nya.

Kita yang tersisa dari bencana harus berjuang, bertahan hidup walau dalam kondisi yang sangat susah. Saat saat kritis sudah kita lalui, linangan air mata dalam munajat doa sudah kita lakukan. Yakinlah Tuhan maha mendengar apa jeritan hati kita dalam deraian air mata.

Kita yang bertahan hidup akibat sapuan musibah yang meluluh lantakan negeri ini, harus bangkit. Tidak boleh selama larut dalam kedukaan. Walau ada diantara kita sudah tidak punya apa-apa lagi, namun yakinlah kita masih punya Tuhan yang menuntun hidup kita.

Kita tidak sendiri saudaraku. Masih banyak manusia yang berhati nurani. Mereka turut merasakan penderitaan kita. Mereka mau berbagi dan berupaya untuk kebangkitan kita.

Untuk itu, jadikanlah deraan musibah untuk melatih kita, untuk menjadi manusia pilihan, kita harus bangkit. Tidak selamanya musibah atau hukuman membuat kita terpuruk dalam kehancuran. Bangkitlah saudaraku, jangan lagi buang air matamu meratapi keadaan ini.

Sisakanlah air matamu untuk menjadi sebuah kekuatan. Kita harus bangkit. Tuhan tidak akan menurunkan cobaan bila tidak memberi imbalan diakhirnya. Kita harus menjadi pemenang, bukan pecundang. 

Kita harus kuat, walau kadang kala rasanya tidak mampu, saya turut merasakanya. Namun kita jangan putus asa dan jangan terlalu berharap kepada manusia, kepada mahluk Tuhan. Karena terlalu berharap akan berbuah kecewa. 

Yakinlah Tuhan masih ada bersama kita. Semua cobaan itu diberikan Tuhan karena kita mampu melaluinya. Sisakan air matamu saudaraku untuk sebuah kekuatan. Sisakan air matamu untuk bangkit. [**]

Penulis: Bahtiar Gayo, Pimpinan Redaksi Dialeksis/Penanggung Jawab

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
pema