Sesulit Itukah Mempertahankan Pernikahan?
Font: Ukuran: - +
Penulis : Hafizhuddin Islamy
Hafizhuddin Islamy, S.Pd. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Pernikahan tidak bisa hanya diartikan sebagai sebuah perjalanan singkat dengan durasi hari, bulan atau tahun. Namun lebih dari itu bahwa idealnya pernikahan adalah sebuah proses panjang untuk membangun sebuah rumah tangga yang harmonis; atau dalam bahasa agama kita kenal dengan yang disebut sakinah, mawadah, warahmah (samara).
Untuk mencapai hal itu tentu tidak mudah, banyak hal yang terlebih dahulu harus dipersiapkan. Faktor-faktor seperti ekonomi kerap sekali menjadi ketakutan orang-orang yang belum menikah. Banyak yang masih berasumsi bahwa kurang stabilnya keadaan ekonomi dapat menimbulkan dampak buruk bagi rumah tangga yang hendak dibangun.
Padahal mapan secara ekonomi atau finansial tidak sepenuhnya menjamin rumah tangga dapat bertahan lama. Untuk menunjang langgengnya suatu ikatan rumah tangga dibutuhkan persiapan fisik serta mental yang cukup. Pembekalan keilmuan pranikah terhadap calon pasangan suami istri menjadi suatu hal yang mutlak harus dilakukan.
Tingginya angka perceraian mempengaruhi minat orang-orang untuk menikah
Beberapa waktu lalu kita dikagetkan dengan berita meningkatnya angka perceraian di kalangan ASN Provinsi Aceh yang mencapai 487 kasus sepanjang tahun 2024.
Penyebab dari meningkatnya angka perceraian di kalangan ASN tersebut rata-rata dikarenakan perselisihan yang terus-menerus terjadi antara suami istri. Perselisihan yang tidak menemui titik damai dan akhirnya berujung perceraian. Padahal jika dilihat dari segi ekonomi, para ASN seharusnya tidak lagi mengedepankan masalah-masalah ekonomi dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Fakta ini seakan memperjelas bahwa untuk mempertahankan pernikahan tidak cukup hanya dengan ekonomi yang mapan. Banyak faktor lain yang menjadi penting. Untuk menikah diperlukan persiapan yang matang dari segi moril dan materil.
Sayangnya kebanyakan orang terlalu sibuk mengkhawatirkan dan menyiapkan materil hingga lupa dengan persiapan moril. Kokohnya pondasi dasar serta tujuan membangun rumah tangga sesuai dengan yang dirumuskan oleh agama adalah penentu. Pemahaman agama yang dangkal juga menjadi sebab banyaknya kasus perceraian di Aceh.
Oleh karena itu penting untuk memberikan edukasi pernikahan sebelum menikah kepada anak-anak muda yang hendak menikah. Jangan sampai mahligai rumah tangga yang dibangun bisa dengan mudah retak hanya karena hal-hal yang sebenarnya punya banyak solusi untuk diselesaikan.
Tingginya harga emas, keinginan untuk melanjutkan karir dan ekonomi yang mapan sudah cukup untuk menjadi halangan bagi mereka yang hingga kini masih lebih memilih melajang dan belum menikah. Kita berharap jangan sampai tingginya angka perceraian juga malah menjadi suatu hal yang mempengaruhi minat orang-orang untuk menikah.
Apalagi jika kasus-kasus perceraian itu menimpa para publik figur yang selama ini acap kali menjadi role model bagi kebanyakan orang. Sudah seharusnya kita mulai menarasikan hal-hal positif tentang pernikahan agar generasi-generasi yang sedang berencana untuk menikah menjadi lebih optimis dan mengetahui apa saja yang penting untuk dipersiapkan supaya dapat membangun rumah tangga sakinah mawadah warahmah.
Peran media ikut mempengaruhi
Diakui atau tidak, berita-berita mengenai kasus perceraian jauh lebih mudah kita dapati daripada berita-berita tentang keberhasilan pasangan dalam sebuah rumah tangga. Mungkin jika bukan kasus perceraian yang diangkat tidak akan menjadi menarik atau bacaan tersebut tidak akan diminati.
Padahal secara tidak sadar tulisan-tulisan yang berkaitan dengan perceraian sangat berpengaruh terhadap orang-orang yang belum menikah. Sebagian dari mereka ada yang jadi ragu untuk menikah; sebagian yang lain menjadi khawatir dan takut untuk menikah.
Sejatinya memuat berita dengan unsur-unsur perceraian boleh-boleh saja. Namun disamping itu juga seharusnya dibarengi dengan berita orang-orang yang berhasil dalam rumah tangganya. Karena jika kita bandingkan, angka perceraian tersebut masih jauh lebih sedikit daripada ribuan pasangan yang berhasil mempertahankan rumah tangganya hingga akhir hayat. [**]
Penulis: Hafizhuddin Islamy SPd (alumni Prodi PAI UIN Ar-Raniry)
Berita Populer

.jpg)