kip lhok
Beranda / Opini / Prospek Pariwisata Barsela

Prospek Pariwisata Barsela

Sabtu, 24 Juli 2021 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Setiap jengkal tanah Aceh adalah destinasi wisata. Aceh memiliki destinasi wisata tematik yang sangat lengkap, mulai dari wisata bahari, wisata alam, wisata agro, wisata sejarah, budaya, hingga kuliner. Dengan segala potensi ini magnet pariwisata Aceh sesungguhnya tidak kalah mengundang dibanding daerah lain di Indonesia. Bisa dikatakan apa yang ada di daerah lain ada di Aceh.

Salah satu kawasan di Aceh yang memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar adalah Pesisir Barat Selatan mulai dari Aceh Jaya hingga Aceh Singkil dan Simeulue. Bantang alam yang indah, berada di kaki bukit barisan dengan vegetasi yang hijau dan lebat, disertai banyak alur, sungai, dan air terjun yang melimpah dari puncak pegunungan Leuser, area persawahan yang luas membentang, serta di pesisir langsung berhadapan dengan indahnya biru samudera Hindia dengan segala pesona wisata baharinya.

Menariknya di kawasan Barsela, pesona wisata alam, agro, dan bahari ini bisa hadir satu paket dalam satu area atau kawasan yang relatif berdekatan hingga dapat dinikmati oleh wisatawan sebagai paket “three in one”. Inilah keunggulan wisata Barsela yang tidak dimiliki oleh semua daerah lain.

Didukung oleh infrastruktur yang sudah sangat memadai, jalan nasional yang mulus dan lebar, lima bandara perintis dan lima pelabuhan penyeberangan yang terdistribusi secara merata, mengkoneksikan spot-spot wisata unggulan di semua kabupaten/kota yang ada di kawasan Barsela, sangat memudahkan mobilitas wisatawan untuk mengakses dan mengunjungi spot-spot wisata menarik tersebut sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada tingkat intensitas kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke kawasan ini.

Hadirnya investor dari UEA, Murban Energy yang akan menginvestasikan dana mereka sebesar tujuh trilyun rupiah lebih untuk membangun resort mewah di Pulau Banyak Aceh Singkil, adalah bukti besarnya potensi dan daya saing sektor kepariwisataan Aceh. Rencana investasi ini harus kita manfaatkan sebagai trigger, pemantik untuk mengeksplorasi dan memacu pengembangan destinasi-destinasi wisata unggulan lainnya yang ada di kawasan Barsela.

Di kawasan Barsela ada dua kawasan rawa dan mangrove yang sangat potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata konservasi dan riset, yaitu kawasan rawa Singkil dan kawasan rawa Tripa di Nagan Raya. Di Aceh Selatan ada destinasi wisata air Panjupian dan puncak Grapela, dan belakangan puncak Sigantang Sira yang ikut berkempetisi dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API). Di kabupaten ini juga banyak spot air terjun juga potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan. Sementara di Aceh Jaya potensial dengan wisata bahari, agrowisata nilam dan ekowisata dan arueng jeram Krueng Teunomnya.

Trend wisata agro yang belakangan muncul dan juga menarik, kreatif, serta mulai dikembangkan di kawasan Barsela, yaitu konsep wisata keumit atau dhom drien. Barsela adalah daerah penghasil durian terbesar di Aceh. Sepanjang perbukitan Barsela banyak pohon durian yang ditanami secara tradisional oleh masyarakat. Dikitari oleh topografi dan landscape yang tipikal, subur dan hijau, area sawah, pegunungan, sungai, alur, dan air terjun, kebun-kebun durian masyarakat di Barsela sangat potensial dikembangkan menjadi wisata tematik yang cukup unik, eksotis dan sangat mendundang dalam perspektif kepariwisataan “ karena sepertinya belum ada brand-nya kita dengar ada di daerah lain, yaitu paket wisata keumit drien dengan pondok-pondok yang disedikan bagi wisatawan untuk menginap dan begadang menunggu durian jatuh.

Pontensi agro kawasan Barsela tidak berhenti sampai di situ. Barsela juga adalah daerah penghasil minyak atsiri dengan kualitas terbaik di dunia, yang bersumber dari tiga tanaman rempah pala, cengkeh, dan serai wangi. Ini juga peluang untuk dikembangkan menajdi wisata tematik jalur rempah, sejalan dengan tema rekonstruksi dan revitalisasi jalur rempah nusantara yang kebetulan juga telah menjadi program strategis nasional.

Khusus untuk tema wisata bahari, selain Pulau Banyak yang sudah viral dan mulai mendunia dengan keindahannya yang tidak kalah dari Maldive, kita sebenarnya juga memiliki peluang yang sangat besar mengembangkan konektifitas destinasi wisata bahari kita untuk memberi nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian Aceh ke depan. Caranya adalah mengembangkan Sabang, Pulo Aceh, Simeulue hingga Pulau Banyak menjadi poros wisata bahari Aceh, dalam sebuah skema yang terintegrasi (terpadu) terkoneksi (terhubung), dan terkomplementasi (saling memperkuat dan melengkapi).

Untuk mendukung program ini kita perlu mengembangkan lalu lintas pariwisata baik melalui moda transportasi udara maupun laut. Diluar bandara di Aceh mainland, kita punya dua bandara di gugusan pulau ini, yaitu di Sabang dan Simeulue. Modanya, seperti pernah saya ditulis di “Program Aviasi di Aceh”, (8/8/20) adalah pesawat-pesawat kecil untuk kebutuhan penerbangan jarak dekat antar pulau, termasuk untuk kebutuhan spesifik karena di Pulau Banyak tidak ada bandara, dengan pesawat amphibi yang bisa take-off dan landing di air. Sementara untk transportasi laut, bisa dengan kapal cepat, pesiar, dan yacht. Jika program ini dapat kita wujudkan, sangat besar peluang Aceh untuk memasukkan dan menambahkan poros wisata bahari Aceh ini dalam daftar destinasi wisata prioritas nasional.

Jadi ada tiga magnet wisata unggulan di kawasan Barsela, yaitu agrowisata, ekowisata, dan wisata bahari. Untuk merealisasikan potensi dan peluang dari ketiga magnet wisata ini hingga memberikan manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya bagi rakyat Aceh khususnya di kawasan Barsela, diperlukan keseriusan dan komitmen pemerintah kabupaten dan kota di Barsela untuk menggarap dan menjadikan sektor kepariwisataan sebagai sektor unggulan pengungkit pertumbuhan ekonomi kawasan.

Proyeksi nilai tambah atas potensi agro, ekologi, dan kelautan di Barsela, diluar skema industri pengolahan, juga sangat prospek dikembangkan dalam dan melalui skema kepariwisataan hingga bisa go internasional. Peluang ini sesungguhnya terbuka lebar karena kebetulan secara geografis Aceh sangat dekat dengan pasar wisawatan mancanegara yang masuk melalui tiga pintu gerbang utama : Thailand, Malaysia, dan Singapura. Oleh karena itu kepala-kepala daerah kawasan Barsela perlu melihat ketiga magnet pariwisata sebagai sektor produktif yang akan memberi dampak besar bagi perekonomian Barsela. Jika sudah menjadi sektor produktif maka kebutuhan pembangunan infrastruktur, jalan, pelabuhan, dan moda transpotasi ke sektor-sektor produktif ini dengan sendirinya akan menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan untuk memastikan syarat utama keberhasilan pengembangan kepariwisataan, aksesibilitas. Tanpa aksesibilitas tak akan mungkin sebuah destinasi wisata akan berkembang.

ISMI Aceh sangat concern dengan isu kepariwisataan ini. Dalam Silaturahmi bisnis ke-12 yang baru-baru ini kami selenggarakan di Banda Aceh, pariwasata Aceh adalah isu sentral yang menjadi tema kegiatan kami. Kami siap berkontribusi dan bermitra baik dengan Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota di kawasan Barsela untuk mewujudkan cita-cita besar memajukan sektor kepariwisataan di Aceh.


Penulis: Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis.


Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda