Beranda / Opini / Mengapa Kawasan Sabang Sulit Berkembang dan Maju

Mengapa Kawasan Sabang Sulit Berkembang dan Maju

Jum`at, 17 Mei 2024 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Fauzi Umar

Fauzi Umar, Alumni IPB Bogor dan Ketua Divisi Kemitraan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh. Foto: for Dialeksis

Konsep 5-R untuk Percepatan Pengembangan Kawasan Sabang

Saya menawarkan konsep 5-R untuk mempercepat pengembangan Kawasan Sabang. Langkah pertama adalah Re Evaluasi, langkah ini perlu dilakukan mengingat sudah 2 tahun BPKS sangat sulit bergerak secara cepat dan tepat, lincah dan out of the box untuk mewujudkan harapan dan mimpi masyarakat Aceh.  

Setelah Re-Evaluasi secara menyeluruh dilakukan pada semua aspek baik pegawai, perangkat dan alat kerja serta hasil pembangunan yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan Re-Orientasi sebagai lembaga pemerintah yang tidak hanya sebagai cost centre tetapi juga profit centre untuk menghidupi diri sendiri dari objek-objek dan bisnis yang dilakukan. Re-orientasi ini bisa mendorong lembaga lebih efesien dan efektif dalam mengembankan tugas dan tanggungjawab pada masing-masing lini. Re-Orientasi ini juga mendorong insan-insan BPKS tidak hanya bekerja pada zona nyaman mengandalkan APBN, masih banyak sumber-sumber pembiayaan untuk mendukung dan mensinergikan program kerja melalui kerjasama dengan kementerian/lembaga dan donor.

Langkah ketiga adalah Re-Branding dengan membangun citra positif baik di lapangan maupun promosi secara terus-menerus menggunakan media dan teknologi dengan tagline Kawasan Sabang dan Aceh merupakan daerah tujuan investasi yang nyaman dan menguntungkan. Nama BPKS perlu di Re-Branding kembali mengingat ada trauma-trauma masa lalu yang membuat BPKS tampil tidak percaya diri ditengah-tengah publik.

Tentu hal ini menjadi landasan utama untuk dilakukan Re-Strukturisasi BPKS yang lebih ramping, energik dan lincah dengan insan-insan pilihan yang punya integritas, visi dan cita-cita serta jauh dari unsur kepentingan tertentu. Penulis dilapangan menjumpai banyak sekali anak-anak muda Aceh yang hebat dan berbakat serta visioner untuk membantu membangun kembali kejayaan ekonomi Aceh, namun belum ada peluang dan kesempatan untuk memperkuat lembaga seperti BPKS.

Setelah semua langkah tersebut diatas dilaksanakan baru dilakukan Re-Vitalisasi Pembangunan kembali Kawasan Sabang dengan pendekatan-pendekatan cluster dan konektivitynya dengan Aceh daratan maupun dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Singapura bahkan India maupun Uni Emirat Arab yang telah diinisiasi Pemerintah.

Re-Vitalisasi Pembangunan Kawasan Sabang diantaranya dapat dilakukan untuk pembenahan kembali Pembangunan Pelabuhan Teluk Sabang, Re-Vitalisasi Kawasan Perdagangan. Re-Vitalisasi Kawasan Pariwisata, Re-Vitalisasi Kawasan Perikanan dan lain-lain, menurut perkiraan Tim Wisata Bahari Kementerian Pariwisata RI membutuhkan anggaran lebih dari Rp 1,7 Trilyun untuk menata kembali Kawasan Sabang sebagai pintu gerbang bangsa dengan syarat insan-insan yang bekerja di BPKS merupakan insan pilihan dan terbaik.  

Pembenahan-pembenahan dapat baik dari sisi manajemen maupun perencanaan bisnis dapat dilakukan bekerjasama dengan konsultan manajemen dunia yang dipercaya dengan mengadopsi seperti BRR NAD-Nias yang bekerjasama dengan MacKinsey yang hasil kerjanya punya nilai jual dimata investor. Tentu ini menjadi PR semua pihak terutama Pemerintah Aceh, Pemko Sabang, Pemkab Aceh Besar dan anggota DPR-RI/DPD-RI dan tokoh-tokoh Aceh untuk memperjuangkan dan memanfaatkan keunggulan lokasi strategis dan alami dari Pelabuhan Sabang untuk kemakmuran rakyat Aceh. Semoga tulisan ini menginspirasi untuk mewujudkan harapan ini kemajuan Kawasan Sabang, amien.....

Penulis : Fauzi Umar, Alumni IPB Bogor dan Ketua Divisi Kemitraan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh

Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda